BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

Eliana Yunitha Seran STKIP persada Khatulistiwa, Jl. Pertamina KM 4- Sengkuang- Sintang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB I PENDAHULUAN. masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Rokhmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. manusia. Pendidikan manusia dimulai sejak anak masih dalam kandungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat 9

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan guru sebagian besar masih berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa di SDN 02 Tiuh Toho belum dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Masalah rendahnya nilai belajar siswa tersebut selalu dibahas dalam rapat sekolah maupun dalam rapat KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPS. Prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Menurut peneliti mata pelajaran IPS tidak terlalu sulit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, misalnya matematika. Sebagai upaya peneliti untuk memecahkan masalah tersebut di atas, penulis akan melakukan penilitian terhadap pembelajaran tersebut. Langkah awal yang penulis lakukan adalah mengadakan tukar pendapat sesama rekan guru mengenai kekurangan yang mungkin ada terhadap proses pembelajaran yang dilakukan selama ini. Dari upaya tersebut penulis mendapatkan sejumlah gambaran, diantaranya bahwa agar pemahaman siswa terhadap materi belajar lebih bermakna dan bertahan lama dalam ingatan siswa, maka siswa hendaknya dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik secara fisik

maupun mental. Karena menurut peneliti maupun rekan guru yang lain bahwa proses belajar mengajar selama ini banyak menerapkan metode ceramah yang lebih berpusat pada guru. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah proporsi waktu kira-kira 90% digunakan oleh guru, sedangkan sisanya digunakan oleh siswa. Kegiatan siswa dalam pembelajaran pasif, artinya siswa hanya duduk, mendengarkan, menyimak, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting, sementara guru lebih aktif menjelaskan materi pembelajaran. Penyebabnya adalah guru kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran. Selain itu guru guru sering beranggapan bahwa apabila sudah menyampaikan materi, berarti sudah menyelesaikan kewajibannya dalam pembelajaran. Guru kurang menyadari bahwa dalam pembelajaran yang diutamakan adalah proses belajarnya. Oleh karena itu guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran, standar kompetensi, maupun kompetensi dasar tertentu. Materi belajar pada mata pelajaran IPS sebagian besar membahas tentang manusia dan kehidupanya di lingkungan sekitar. Di SDN 02 Tiuh Toho mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu 3 x 35 menit dalam setiap minggunya. Menurut Depdiknas dalam buku Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 (2008:162) menjelaskan bahwa tujuan IPS di Sekolah Dasar antara lain agar siswa (1) mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3)

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Siswa SDN 02 Tiuh Toho sebagian besar berasal dari kampung Tiuh Toho dan sekitarnya. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama enam bulan terakhir ini, selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cenderung pasif dan kurang kreatif. Siswa kurang menyadari bahwa mata pelajaran IPS sangat penting, apalagi mata pelajaran ini dimasukkan dalam UASBN. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan, baik aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotor. Data tentang hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 mata pelajaran IPS dari 26 siswa kelas IV-A menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa baru mencapai 14 dari 26 anak (53,8%). Masih ada 12 siswa (46,2%) siswa yang belum tuntas. Ketidaktuntasan belajar siswa tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dengan karakteristik materi belajar, khususnya mata pelajaran IPS. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka peneliti akan menerapkan salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam segala aspek dalam proses pembelajaran, yaitu metode simulasi pada pembelajaran IPS. Penerapan metode ini berdasarkan pendapat Abimanyu

(2009:6.22) yang menyatakan bahwa ada beberapa alasan tentang digunakannya metode simulasi, antara lain: 1. Metode simulasi merupakan salah satu metode yang memungkinkan siswa aktif belajar menghayati, memahami, dan memperoleh keterampilan tertentu tanpa memerlukan objek atau situasi yang sebenarnya yang umumnya susah didapatkan. 2. Metode simulasi memungkinkan terpadunya teori dan praktik, konten, dan metode, sebab dengan simulasi teori atau konten yang baru diajarkan dapat segera dipraktikkan, sehingga konsep yang diperoleh dan keterampilan yang dimiliki menjadi sangat kuat tertanam dalam diri siswa. 3. Melalui metode simulasi memungkinkan siswa belajar dengan pemahaman bukan belajar secara mekanis. 4. Metode simulasi memungkinkan pelibatan alat-alat indra siswa secara optimal, sehingga pencapaian tujuan pelajaran akan lebih efektif dan bermakna. Menurut peneliti metode simulasi memungkinkan siswa terlibat aktif secara fisik dan mental selama mengikuti proses pembelajaran. Penghayatan peran oleh siswa saat melakukan simulasi akan mempengaruhi dalam segi pemahaman konsep IPS. Melalui metode simulasi semua aspek kemampuan belajar siswa, baik aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotor akan dapat dimunculkan. Dengan demikan pembelajaran akan lebih bermakna. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi dan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi masalah antara lain: 1. Metode belajar yang digunakan oleh guru selama ini kurang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang diajarkan.

2. Selama mengikuti proses pembelajaran siswa cenderung pasif dan kurang kreatif. 3. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih dalam katagori rendah. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti menetapkan perumusan masalah yaitu; Apakah penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV-A SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala Tahun Pelajaran 2010/2011? D. Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah tersebut di atas, maka peneliti menetapkan pemecahan masalah, yaitu akan menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV-A SDN 02 Tiuh Toho. Dengan melakukan simulasi diharapkan siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung, karena siswa melakukan dan memerankan sendiri dari sebuah konsep kehidupan. Keaktifan belajar siswa akan memudahkan memahami konsep materi pembelajaran yang sedang dipalajari. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV-A SDN 02 Tiuh Toho, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang melalui penggunaan metode simulasi.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa; dapat meningkatkan prestasi belajar melalui metode simulasi pada mata pelajaran IPS. 2. Bagi Guru/Peneliti; merupakan bahan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS, serta untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya. 3. Bagi Sekolah; merupakan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prestasi Belajar Ada beberapa pendapat yang memberikan definisi tentang prestasi belajar. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdiknas, 2007: 895). Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Selanjutnya pengertian belajar, menurut Lapono (2009:1.14) mengatakan bahwa belajar diartikan sebagai perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan mutakhir proses belajar diperoleh dari kajian pengolahan informasi, neurofisiologi, neuropsikologi, dan sain kognitif. Sedangkan menurut Kurnia (2007:1) merumuskan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu tersebut dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah upaya sesorang untuk memperoleh perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi secara terus menerus dengan

lingkungannya. Apabila di dalam proses pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses pembelajaran. Jika kedua kata tersebut digabungkan, maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu. B. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Hidayati (2008:7) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Pendapat yang hampir sama juga ditegaskan oleh Taneo (2009:1.8) yang menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Depdiknas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 (2008:162) disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai pada jenjang SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Berdasarkan dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu kajian tentang kahidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinterkasi dengan lingkungannya. Dengan kata lain bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki kajian yang sangat kompleks tentang kehidupan manusia dan lingkungannya berserta aspek-aspek kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu peserta didik yang merupakan bagian dari masyarakat perlu diberikan menguasai Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bekal hidupnya kelak. C. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD Setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah memiliki tujuan yang berbeda-beda. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:162) tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah agar siswa memiliki kemampuan: 1. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 2. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan tingkat global.

D. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Taneo (2009:36) dijelaskan bahwa yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karenanya pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, melainkan juga pembinaan peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai pengetahuan tersebut di tengah masyarakat. Nilai-nilai tersebut misalnya tenggang rasa dan tepo sliro, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, disiplin, ketaatan, keteraturan, etos kerja, dan lain-lain. Penerapaan nilai-nilai pengetahuan dimulai dari lingkup yang paling kecil, misalnya di dalam keluarga sampai pada lingkup global. Setiap lingkungan akan mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadian peserta didik atau individu. Keanekaragaman kelompok masyarakat dengan karakternya yang berbeda-beda adalah contoh konkret sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Oleh karenanya seseorang harus mampu menerapkan nilai-nilai IPS dalam segala macam lingkungan di mana individu tersebut berada. Dalam lingkup yang lebih luas, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik, bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup IPS adalah semua aspek hidup dan kehidupan seseorang di tengah-tengah masyarakatnya. Di samping menguasai pengetahuan tenatang materi IPS, seseorang harus mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan yang telah mereka kuasai.

E. Pengertian Metode Menurut Abimanyu (2009:2.5) menjelaskan bahwa metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Selanjutnya Abimanyu menyatakan bahwa metode sebagai secara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Anitah (2007:1.24) menjelaskan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan komponen pembelajaran yang penting. Hal ini ditegaskan oleh Siddiq (2008:1.20) bahwa guru sebaiknya memilih metode pembelajaran yang tepat. Artinya metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa, dan ketersediaan fasilitas pendukungnya, serta ketersediaan waktu. Namun pertimbangan yang paling penting adalah metode pembelajaran tersebut harus mampu mengaktifkan pihak siswa, dalam arti mengaktifkan secara fisik dan mental emosional siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan indikasi keberhasilan penggunaan sebuah metode pembelajaran. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa metode adalah kerangka pikir untuk memulai sesuatu pekerjaan. Dalam konteks pembelajaran, metode adalah cara untuk mengembangkan proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

F. Pengertian Metode Simulasi Pengertian metode simulasi menurut Anitah (2008:5.22) merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajarannya objeknya cenderung bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang sifatnya purapura. Selama proses pembelajaran, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Selain itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Ruminiati (2007:2.6) metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode simulasi memungkinkan siswa mampu menghadapi kenyataan yang sesungguhnya atau mempunyai kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya. Dengan melakukan simulasi berarti siswa menghayati sebuah peran dan watak yang ia perankan, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep IPS akan mudah dipahami dan tertanam kuat dalam ingatan siswa.

G. Karakteristik Metode Simulasi Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Anitah (2007:5.23) metode simulasi banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKn, pendidikan agama, dan pendidikan apresiasi. Pembinaan kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi. Metode belajar simulasi lebih banyak menuntut aktivitas siswa sehingga metode ini berlandaskan pada CBSA dan keterampilan proses. Lebih jauh Anitah mengatakan bahwa metode simulasi dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Salah satu contoh bahan pembelajaran yang dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun permasalahan-permasalahan sosial yang aktual maupun masa lalu untuk masa yang akan datang. Permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan sosial maupun membentuk sikap atau perilaku dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan metode simulasi. Secara langsung maupun tidak langsung melalui simulasi kemampuan siswa yang berkaitan dengan bermain peran dapat dikembangkan. Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial, dan motorik dalam bidang-bidang yang dipelajarinya serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik metode simulasi lebih menekankan pada aktivitas siswa, melalui kegiatan bermain

peran terhadap suatu karakter atau watak tertentu yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas. Peran guru hanya memberikan petunjuk dan melakukan pengamatan jalannya simulasi. H. Prosedur Metode Simulasi Ada beberapa tahap dalam pembelajaran dengan metode simulasi. Menurut Anitah (2007:5.23) prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru. 2. Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas. 3. Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan. 4. Pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur dapat dilakukan dengan diskusi. 5. Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi. I. Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi Efektivitas dan keberhasilan penggunaan sebuah metode pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penguasaan dan pengalaman guru dan siswa terhadap pesan dalm metode pembelajaran sangat menentukan. Menurut Anitah (2007:5.24) memberikan penjelasan mengenai kemampuan guru dan kondisi siswa untuk mendukung efektivitas metode simulasi dalam pembelajaran. Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi di antaranya adalah :

1. Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dan peran yang akan dilakukan dalam simulasi. 2. Mampu memberikan ilustrasi. 3. Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi. 4. Mampu mengamati secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah sebagai berikut. 1. Kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam bersimulasi. 2. Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan. 3. Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa prasyarat yang harus dikuasai baik oleh guru maupun siswa untuk menunjang keefektifan penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini sebelum dilakukan simulasi yang sebenarnya, sebaiknya dilakukan latihanlatihan pendahuluan. J. Keunggulan Metode Simulasi Selain karakteristik, setiap metode pembelajaran juga memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Oleh karenanya, dalam mengembangkan proses pembelajaran, hendaknya guru menggabungkan beberapa metode pembelajaran. Beberapa keunggulan metode simulasi antara lain: 1. Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya. 2. Aktivitas siswa cukup tinggi dalam pembelajaran, karena terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Guru bertugas sebagai pengarah dan pengamat selama simulasi berlangsung.

3. Dapat membiasakan siswa untuk memahami masalah sosial, sehingga dapat dikatakan sebagai implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual. 4. Melalui kegiatan kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif. 5. Dapat membangkitkan imajinasi siswa. 6. Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok. Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa penggunaan metode simulasi sesuai dengan konsep pembelajaran IPS, karena materi pembelajaran IPS sebagian besar mengenai hubungan peserta didik dengan lingkungannya di semua aspek kehidupan. Melalui penggunaan metode simulasi diharapkan siswa dapat memahami konsep IPS serta menerapkan nilai-nilai di tengah masyarakat. K. Hipotesis Tindakan Dalam PTK ini hipotesis yang diajukan adalah Apabila proses pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas IV-A SDN 02 Tiuh Toho menggunakan metode simulasi, maka prestasi belajar siswa dapat meningkat.