BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Identifikasi Pola Perilaku Konsumsi Islam di Lingkungan Universitas Islam Bandung. M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ependi, 2013

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

2014 S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG

LESTARI, SE. MM

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari BPS (Badan Pusat Statistik), menunjukan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap. 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya Allah telah memberikan rezeki kepada seluruh umat

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam

PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

Ekonomi Islam dan Solusi Kemandirian Ummat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

BAB IV ANALISIS DATA. perilakunya selalu berorientasi pada nilai-nilai yang meyakini.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

Harta benda wakaf adalah harta benda dimiliki dan dikuasai oleh pewakaf secara sah

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. tumbuhan. Dengan kesempurnaan itu manusia harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB IV PERILAK TERPUJI

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KENDAL DALAM PEMBELIAN JILBAB

BAGIAN I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

A. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk

Pengaruh Nilai Religiusitas terhadap Etika Konsumsi Islami Mahasiswa di Kawasan Pesantren Daarut Tauhid Kota Bandung

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ella Maulidya, 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

2014 PENGARUH KONTROL PERILAKU DAN NIAT TERHADAP PERILAKU MENABUNG MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

TUGAS TEORI ORGANISASI UMUM 2 MASALAH POKOK EKONOMI. Oleh: Asmara Nuryadi

BAB V PEMBAHASAN. pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat

BAB I PENDAHULUAN Siamat Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2001, hlm. 22

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Faried Wijaya, Ekonomikamakro Edisi 3, BPFE Yogyakarta, hal

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CBT SBMPTN TPA SBMPTN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Whindy Yoevestian, Fun With Symbian, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

TEORI PERMINTAAN DALAM PANDANGAN ISLAM. Muhammad Farid * *IAI Syarifuddin Lumajang

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha dan berdo a ( ikhtiar). Setiap manusia dalam kehidupannya dituntut

2015 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK RUMAH TANGGA MERK TUPPERWARE

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan yang diminati oleh masyarakat. trend saat ini. syariah dalam melakukan kegiatannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran

BAB 3 TEORI KONSUMSI ISLAMI

68. Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia, merupakan makhluk yang paling. sempurna, dengan dikarunia akal pikiran, paling disempurnakan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di perkotaan dengan beragam tempat publik dan layanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karena manusia menjadi perencana, pelaku, pengorganisasian, pengendalian

PENGARUH PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL TERHADAP MINAT NASABAH BERINVESTASI ( Survey Pada Bank Syari ah di Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. Suparmono, Pengantar Ekonomika Makro, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 10.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri, namun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari. fitrah manusia yang selalu beradapan dengan risiko.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonosia, 2003, h Heri Sudarsono, Bank dan lembaga keuangan Syariah, Yogyakarta:

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Transkripsi:

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut seseorang memerlukan pengeluaran untuk konsumsi. Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk bertahan hidup. Dari semua pengeluaran yang dilakukan tersebut sekurang-kurangnya dapat memenuhi tingkat kebutuhan minimum yang diperlukan. Karena dalam 1 ilmu ekonomi kovensional manusia akan selalu merasa kurang puas dengan berbagai kebutuhan yang telah dipenuhinya, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, bertolak belakang dengan alat pemuas kebutuhan manusia yang terbatas atau langka. Kelangkaan sumberdaya sebagai alat pemuas kebutuhan tersebut mengakibatkan manusia harus melakukan pengorbanan untuk mendapatkannya, mereka harus melakukan pilihan dan harus mengorbankan komoditas lain untuk mendapatkan komoditas tertentu. Dalam menanggapi kelangkaan ini manusia harus bisa mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk kelangsungan hidupnya dikemudian hari, demikian merupakan pandangan konvensional dalam menanggapi masalah kebutuhan hidup manusia. Berbeda dengan pandangan konvensional, dalam ekonomi islam pertimbangan untuk mengkonsumsi barang atau jasa harus bertumpu pada prinsip-prinsip syariah, dalam hal ini harus memperhatikan hak-hak fakir miskin. Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha manusia untuk terus dapat mempertahankan hidupnya sebagai khalifah Allah di dunia. Konsumsi merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT, tentu saja jika hal itu

2 diniatkan mendapatkan keridhaan-nya. Konsumsi yang dilakukan adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan kebaikan, bukan hanya kepada dirinya tetapi juga kepada masyarakat yang lain. Fenomena yang terjadi saat ini adalah bergesernya pola konsumsi masyarakat, dewasa ini masyarakat menggunakan uang yang dimiliki guna memenuhi keinginan yang sifatnya tidak terbatas, membelanjakan barang dan jasa yang memang dikatakan bukan barang kebutuhan pokok, membeli barang yang sebenarnya telah dimiliki namun karena perkembangan mode yang diikuti menyebabkan masyarakat mengkonsumsi barang- barang secara berlebihan, hal ini tentu tidak sesuai degan prinsip konsumsi secara syariah, membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekadar mengikuti mode, hanya ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat sekitarnya, hal ini tentu bertolak belakang dengan prinsip konsumsi secara syariah. Berdasarkan hasil pra penelitian yang disebarkan kepada 25 responden diketahui pola konsumsi masyarakat saat ini adalah sebagai berikut, Tabel 1.1 Pola Konsumsi Masyarakat Jenis Pengeluaran Jumlah Anggaran Rata-Rata Makan dan Minum Rp. 12.125.000 Rp. 485.000 Kebutuhan Kesenangan Rp. 6.470.000 Rp. 258.800 Kebutuhan Pendidikan Rp. 3.575.000 Rp. 143.000 Tabungan Rp 2.885.000 Rp. 115.400 Sedekah / infak Rp. 1.100.000 Rp. 44.000 Total Rp. 26. 155. 000 Rp. 1.046.200 Sumber : data diolah dari hasil pra penelitian (angket)

3 Dari tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan makan dan minum masih merupakan kebutuhan utama sehingga nilainya akan lebih besar jika dibandingkan kebutuhan yang lain, selanjutnya yaitu kebutuhan akan kesenangan, kebutuhan kesenangan ini adalah kebutuhan non pangan yang didalamnya terdapat kebutuhan akan membeli barang-barang sifatnya sekunder dan kebutuhan akan aktualisasi diri terhadap lingkungan, jika dilihat kebutuhan ini nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan untuk pendidikan, menabung atau berjaga-jaga untuk masa yang akan datang, dan jauh pula nilainya dengan menyisihkan uangnya untuk berbagai terhadap sesama atau sedekah untuk orang yang membutuhkan. Padahal diketahui dalam hadis disebutkan bahwa sebagian dari pendapatan yang diterima oleh seseorang ada hak dari fakir miskin dan anak yatim, dan itu hukumnya wajib untuk dikeluarkan, namun ternyata pergeseran pola konsumsi saat ini menyebabkan tujuan seseorang untuk berkonsumsi tidak lagi didasarkan atas kebutuhan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, pola konsumsi seperti ini akan menyebabkan pola yang nantinya bermuara pada perilaku konsumtif seseorang, berlebihan dalam menggunakan pendapatannya. 14% 11% 4% 46% Kebutuhan Pokok ( Makan dan Minum) Kebutuhan Kesenangan / Lain-Lain Kebutuhan Belajar Menabung 25% sedekah / infak Sumber : data diolah dari hasil pra penelitian (angket) Gambar 1.1 Persentasi Pola Konsumsi Masyarakat

4 Dari gambar tersebut dapat dilihat presentasi dari kebutuhan akan pangan mencapai 46 %, kebutuhan akan kesenangan sebesar 25 %, kebutuhan akan pendidikan sebesar 14 % kebutuhan akan menabung dan berjaga-jaga sebesar 11% dan menyisihkan sebagian rezekinya untuk sedekah dan infak sebesar 4 % saja. Disadari atau tidak sesungguhnya pola konsumsi dan gaya hidup seseorang cenderung merugikan diri sendiri, dimulai dari pemenuhan kebutuhan pokok (primer) seperti makan, minum, sandang dan papan, keseluruhannya mengandung bahan-bahan yang harus diimpor dengan mengabaikan sumber-sumber yang sesungguhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri. Banyak barang-barang tertentu yang semestinya belum layak dikonsumsi oleh bangsa ini, telah diperkenalkan dan kemudian menjadi mode yang ditiru sehingga meningkatkan impor akan barang tersebut, belum ditambah dengan barang-barang mewah yang beredar mulai dari alat-alat kecantikan sampai kepada mobil-mobil mewah, padahal pola hidup seperti ini hanya akan memperburuk neraca transaksi berjalan karena meningkatkan impor barang tersebut sehingga menguras devisa dan pada gilirannya akan menekan nilai tukar mata uang dalam negeri. Islam memberikan arahan yang sangat indah dengan memperkenalkan konsep israf (berlebih-lebih) dalam membelanjakan harta dan tabzir. Islam memperingatkan agen ekonomi agar jangan sampai terlena dalam berlomba-lomba mencari harta (at-takaatsur). Islam membentuk jiwa dan pribadi yang beriman, bertaqwa, bersyukur dan menerima. Pola hidup konsumtive seperti di atas tidak pantas dan tidak selayaknya dilakukan oleh pribadi yang beriman dan bertaqwa. Satusatunya gaya hidup yang cocok adalah simple living ( hidup sederhana) dalam pengertian yang benar secara syar i. Dalam ekonomi islam dikemukakan bahwa sebenarnya alat pemuas kebutuhan atau sumberdaya yang ada itu tidak terbatas, melainkan melimpah. Sebab Allah SWT telah menciptakan bumi beserta isinya bagi

5 kehidupan manusia dengan begitu beragam sehingga tidak ada alasan bahwa sumberdaya yang tersedia di muka bumi ini terbatas. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana seseorang mampu mengalokasikan dengan seefisien mungkin sumberdaya yang telah Allah berikan. Gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini sudah mengikuti gaya hidup negara-negara maju, gaya hidup yang hedonis menyebabkan masyarakat berperilaku konsumtif, gaya hidup yang konsumtif ini didukung pula dengan semakin berkembangnya tempat rekreasi, wisata kuliner dan tempat perbelanjaan yang menjamur di lingkungan sekitar, sebagai masyarakata yang berada di negara dengan mayoritas penduduk islam, harus mampu membentengi diri agar tidak terbawa oleh lingkungan yang mengarah pada pola perilaku yang konsumtif. Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar didunia harusnya Indonesia mampu menjadikan masyarakatnya berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, karena dengan jumlah penduduk muslim yang besar ini akan lebih mudah dalam menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai islam, lingkungan yang islami mampu membentengi seseorang dari perbuatan atau perilaku yang menyimpang dari ajaran. Asbisindo yang merupakan suatu asosiasi masyarakat yang berada di lingkungan perbankan syariah di Jawa Barat, lingkungan dapat membentuk kepribadian dan pola konsumsi seseorang. Lingkungan yang islami akan membentuk pribadi yang islami pula, masyarakat yang notabene berada dilingkungan islam akan membawa dirinya mampu membatasi diri pada hal-hal yang dilarang oleh syariah islam, karena Konsumsi yang islami selalu berpedoman pada ajaran islam. Di antara ajaran yang penting berkaitan dengan konsumsi, misalnya perlunya memperhatikan orang lain. Dalam hadis disampaikan bahwa setiap muslim wajib membagi, makanan yang telah dimasaknya kepada tetangganya yang merasakan bau dari makanan tersebut. Selanjutnya juga, diharamkan bagi seorang Muslim hidup dalam keadaan serba berkelebihan sementara ada tetangganya yang menderita kelaparan. Asbisindo yang berada di

6 lingkungan syariah tentu memiliki pengetahuan nilai-nilai syariah lebih dalam, ketika nilai-nilai atau prinsip islam telah melekat pada diri seseorang, seyogyanya dapat membentengi diri dari hal-hal yang dapat merusak akal sehat, hati dan jiwa manusia karena perbuatan dan perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai islam, karena dengan akal yang rasional, hati yang bersih dari perilaku konsumtif dan jiwa yang bersih dari kehidupan yang bermewah-mewahan akan menjadikan ketenangan dalam diri manusia, maslahat dalam hidupannya bukan hanya karena seseorang terpenuhi kebutuhannya pada berbagai tingkatan, namun karena dalam konsumsi tersebut ada prinsip-prinsip islam yang dipegangnya sehingga konsumsi bukan hanya bagaimana menghabiskan sumberdaya atau pendapatan yang dimiliki melainkan bagaimana mengamalkan bagian dari pendapatan yang diperoleh untuk kepentingan sosial, karena sebagian pendapatan yang dimiliki tersebut terdapat bagian orang lain yang harus bahkan wajib hukumnya untuk dikeluarkan, ketika seseorang telah mampu menyeimbangkan kebutuhan akan duniawi dan ukhrowi maka seseorang telah mencapai maslahah. Pencapain mashalahah merupakan tujuan dari syariat islam (maqashid syariah), yang tentu saja harus menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi itu sendiri. Dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia, ada skala prioritas yang harus diterapkan agar pola konsumsi masyarakat dapat tersusun dengan baik, dalam konsep syariah pengaturan pola konsumsi seseorang tidak boleh lepas dari nilai-nilai religius yang menghubungkan nilai ibadah kepada Allah SWT dan hubungan kepada sesama manusia. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis Bermaksud melakukan penelitian dengan judul ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI DALAM PANDANGAN ISLAM (Survei Pada Pengurus dan Anggota Asbisindo di Jawa Barat).

7 1.2.Identifikasi Masalah dan Rumusan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Pola konsumsi merupakan susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka lingkup permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah Aql berpengaruh terhadap pola konsumsi dalam pandangan islam? 2) Apakah Qalb berpengaruh terhadap pola konsumsi dalam pandangan islam? 3) Apakah Nafs berpengaruh terhadap pola konsumsi dalam pandangan islam? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hal-hal berikut ini : 1) Pengaruh Aql terhadap pola konsumsi dalam pandangan islam 2) Pengaruh qalb terhadap pola konsumsi dalam pendangan islam 3) Pengaruh nafs terhadap pola konsumsi dalam pandangan islam 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat peneliti ini adalah sebagai berikut: 1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi islam, khususnya terkait dengan pola konsumsi dalam pandangan islam, 2) Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi dalam pandangan islam. Juga dapat memberikan masukan bagaimana mengalokasikan anggarannya untuk memenuhi kebutuhannya secara bijak