BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB V PEMBAHASAN. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diduga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

1.1 Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan kawasan yang berfokus

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki perusahaan. Dalam usahanya memperoleh keuntungan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Transkripsi:

1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa sawit telah mencapai 6,75 juta hektar menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 14,45 juta ton, yang mana 10 juta ton diekspor ke luar negeri dengan nilai ekspor sebesar $4.9 milyar dan 4,45 juta ton dipasarkan di dalam negeri. Pencapaian ini memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan masyarakat petani dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 2,8 juta orang. 1 Jumlah populasi pekerja terus meningkat di sektor pertanian. Pada tahun 2011 pekerja telah mencapai lebih dari 3,1 juta orang (7,42%), diantaranya di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Berdasarkan data Dapertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Indonesia tahun 2011, jumlah angkatan kerja sebanyak 117,37 juta orang yang diantaranya sebesar 93,18% penduduk yang berkerja dan 6,56% penduduk yang tidak bekerja. Dari keseluruhan tenaga kerja, sekitar 39,33% bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan yang menurut ILO adalah pekerjaan yang berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 2 Sektor pertanian menimbulkan seluruh spektrum keselamatan kerja dan risiko bahaya kesehatan. Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau penyakit yang sering serius. Mesin-mesin dan alat yang digunakan untuk pertanian merupakan sumber

2 bahaya yang dapat menybabkan cedera dan kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat mengakibatkan alergi dan penyakit pernapasan. Di wilayah tropika, pekerja juga berisiko terkena sengatan matahari dan hawa panas. Bahaya-bahaya lain meliputi semua jenis nyeri otot akibat keseleo atau terkilir karena mengangkat dan membawa beban, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, dan bekerja dengan postur tubuh yang salah dan berbagai masalah psikososial. Selain itu, tidak adanya atau kurangnya air bersih untuk diminum dan higiene yang tidak memadai dapat menimbulkan penyakit menular. Terkena tanaman beracun/berbahaya, serangan binatang buas, gigitan serangga dan ular juga merupakan faktor bahaya yang sudah umum diketahui. 3 Data mengenai penyakit akibat kerja yang bersumber dari aktivitas pengawasan dan juga pelaksanaan jaminan sosial terhadap penyakit akibat kerja sebagai satu aspek dari jaminan kecelakaan kerja relatif sangat minim. Per tahun tercatat sekitar 100.000 kecelakaan kerja, angka kecelakaan ini pada umumnya berbeda dari tahun ke tahun. Korban meninggal sebagai akibat kecelakaan kerja per tahunnya berkisar antara 1500 sampai 2000 orang. Data penyakit akibat kerja relatif sangat minin dari semua penelitian yang dilakukan oleh berbagai peneliti yang hasilnya menunjukkan angka sakit dan keparahan yang jauh berbeda dari data statistik operasional. 4 Survei mengenai penyakit akibat kerja cukup menunjukkan bahwa prevalensi penyakit cukup banyak. Prevalensi penyakit bissinosis pada pabrik tekstil mencapai 24,8%, kadar timah hitam darah > 800 mikrogram/l ditemukan pada tenaga kerja pabrik aki, penelitian pada penyemprot hama pernah menunjukkan 35,7% keracunan

3 ringan, 20,2% keracunan sedang dan 3,4% keracunan berat, dermatitis akibat kerja ditemukan sampai dengan 16,7%. 4 Kegagalan untuk mengenal dan memahami penyakit akibat kerja merupakan suatu masalah yang cukup mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh kurang/tidak dilakukankannya pengendalian yang adekuat dari perusahaan dan kurangnya pengawasan dan keseriusan perusahaan terhadap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja. 5 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya tersebut dimaksudkan dengan memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 6 Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja, maka perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangi angka kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu programnya adalah program keselamatan dan kesehatan kerja

4 para tenaga kerja. Program ini dibuat berdasarkan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. 7,8 Menurut Danggur Konradus (2006) mengatakan bahwa pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja (zero accident) dan tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. 9 Provinsi Riau miliki luas wilayah pertanian paling besar di Indonesia yaitu seluas 1.781.900 Ha. Oleh sebab itu, Riau didominasi oleh perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit yang terluas di Riau adalah Kabupaten Kampar yaitu ± 152.853 Ha (Statistik Perkebunan Indonesia 2009-2012). PT. Ciliandra Perkasa (persero) merupakan pabrik kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Salo Kabupaten Kampar. Luas area kebun kepala sawit ± 6.481,54 Ha. PT. Ciliandra Perkasa tergabung kedalam PT. Ciliandra Perkasa Group yang perusahaan yang memberikan dampak terhadap pertumbuhan perekonomian Riau. Berdasarkan data kecelakaan kerja di PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau pada tahun 2009, 2010, dan 2011 terus mengalami peningkatan. Kasus kecelakaan pada tahun 2009 sebanyak (13,64%), tahun 2010 (15,80%), dan tahun 2011 (16,86%). Area kebun yang paling tinggi tingkat kecelakaan kerja adalah di afdeling I dibandingkan dengan afdeling lainnya, yaitu afdeling I (26,79%), afdeling III dan afdeling VIII (17,72%). Data tersebut terlihat bahwa area kebun merupakan daerah rawan terjadi penyakit akibat kerja. Jenis penyakit akibat kerja yang sering terjadi adalah trauma

5 mekanik/kecelakaan kerja, seperti: terpeleset, tertusuk duri, terbentur dengan benda diam dan bergerak, terjepit mesin, kejatuhan benda, dan gigitan binatang berbisa. Hal ini menyebabkan memar, luka-luka, keseleo, bengkak, dan regang otot/urat. Pada tahun 2011, kasus trauma mekanik yang sering terjadi adalah kejatuhan benda, seperti pelepah dan serbuk bunga sawit (74%), terpeleset (7%), tertusuk duri (6%), terjepit mesin (5%), terbentur benda diam dan bergerak (4%), gigitan binatang berbisa (4%) dan terjepit mesin (3%). Bagian tubuh yang sakit adalah mata (42%), kaki (22%), punggung dan jari tangan (13%), kepala (6%), dada dan paha (7%), pelipis (2%), leher, bahu, dan perut (3%). Berdasarkan wawancara yang dilakukan, Pabrik Kelapa Sawit PT. Ciliandra Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau telah menerapkan program K3, yaitu pemakaian alat pelindung diri (APD), promosi K3, pelatihan K3, pemeriksaan kesehatan berkala, pelaporan kecelakaan, dan pematuhan terhadap peraturan mengenai K3. Namun, pelaksanaan program tersebut belum berjalan dengan optimal karena masih banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi, masih adanya sarana dan prasaran K3 yang kurang optimal, penegakan disiplin yang tidak jelas, dan ramburambu keselamatan yang kurang baik, serta masih banyak karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Dari survei pendahuluan yang dilakukan di area kebun, dari 10 orang karyawan, 60% tidak memakai APD, dan 30% karyawan mendapatkan pelatihan K3, serta 70% karyawan pernah menderita penyakit akibat kerja (PAK) di tempat kerja, terutama penyakit trauma mekanik, seperti: terjatuh, terpeleset, tertimpa brondolan TBS, tertusuk duri dan gigitan binatang berbisa.

6 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Diketahuinya distribusi frekuensi penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012.

7 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pelatihan K3 pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 3. Diketahuinya distribusi frekuensi pengawasan K3 pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 5. Diketahuinya hubungan pelatihan K3 dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 6. Diketahuinya hubungan pengawasan K3 dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 7. Diketahuinya hubungan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan penyakit akibat kerja (PAK) pada karyawan di Afdeling I kebun Kelapa Sawit PT. Ciliandra Perkasa Kecamatan Salo Kabupaten Kampar, Riau tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Instansi Sebagai masukan bagi perusahaan tentang hubungan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan penyakit akibat kerja karyawan. Masukan

8 tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan sehingga perusahaan dapat melakukan penerapan program K3 yang efektif sehingga dapat melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja di lingkungan kerja. 1.4.2. Bagi penulis Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan penerapan program K3 dengan penyakit akibat kerja pada karyawan di afdeling I kebun kelapa sawit PT. Ciliandra Perkasa kecamatan Salo Kabupaten Kampar Riau. 1.5. Ruang Lingkup Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penyakit akibat kerja yang diteliti adalah hanya penyakit akibat kerja fisik/kecelakaan kerja, yang dapat diamati oleh pancaindra seperti: jatuh dari ketinggian, terjatuh di tempat yang datar, terpelesat, terpotong, terbentur dengan benda diam atau bergerak, terjepit mesin yang sedang bergerak, tertusuk, kejatuhan benda, iritasi, alergi, dan luka bakar, penyakit kulit disebabkan oleh jamur, gigitan binatang berbisa.