BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

dokumen-dokumen yang mirip
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. Sangihe merupakan daerah kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PARADIGMA. Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

TRADISI MITONI DI YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Masing-masing daerah memiliki kebudayaan dan tradisi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB I PENDAHULUAN. di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

SIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO. (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi)

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

PROSESI ADAT MITONI DI TINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN MORAL

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA, OM SWASTIASTU, NAMO BUDHAYA,

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

Bab IV. Analisa Data. A. Tingkeban sebagai Tradisi Mewarisi Nilai Luhur Umat Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

5.1. KESIMPULAN FAKTUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan

UPACARA TRADISI MASA KEHAMILAN dalam Masyarakat Jawa. Titiek Suliyati. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan kebudayaan tidak sama halnya dengan warisan, yang secara sengaja diwariskan dan jelas pula kepada siapa diwariskan. Kebudayaan merupakan suatu rekaman kehidupan yang telah berlangsung di masyarakat dan merupakan hasil dari perbuatan yang memiliki tujuan serta makna. Kebudayaan tersebut berjalan secara teratur dari masa ke masa dan berbaur menjadi sebuah tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah mati, karena masyarakat telah mempercayai dan meyakini keberadaannya sebagai suatu keselamatan. Negara Indonesia mempunyai berbagai ragam kebudayaan yang tersebar sepanjang wilayah kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terbentang dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote, menjadikan negara ini sebagai negara multikultural yakni memiliki beragam kebudayaan yang tak terbatas. Salah satunya adalah tradisi tingkeban yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tradisi tingkeban (tujuh bulanan) merupakan suatu adat kebiasaan atau upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan (ibu). Suatu peninggalan atau warisan kebudayaan yang diciptakan oleh para leluhur sebagai ritual adat dengan maksud supaya embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung memperoleh keselamatan. Meskipun semua 1

2 itu hanya sebuah mitos yang hasil nyatanya belum dapat dicerna oleh akal manusia, tapi sesungguhnya ritual tersebut hanyalah sebuah sedekahan terhadap tetangga untuk bersama-sama mendoakan supaya seorang ibu dan si jabang bayi selamat. Penyelenggaraan upacara tingkeban dilaksanakan oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai orang tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial saja dalam upacara tingkeban. Berikut serangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni di daerah Yosomulyo Kabupaten Banyuwangi yakni: (1) Membaca Al Quran, (2) Kendurian. Kegiatan kendurian dilakukan dengan mengundang beberapa orang, baik itu tetangga, saudara, teman, maupun sahabat. Pengadaan praktek perjamuan yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu tempat yang sama, bertujuan untuk bersedekah dan sebagai simbolis penolak bala bagi keluarga yang mengadakannya. Pemahaman bacaan kenduri atau yang telah dikenal oleh masyarakat dengan bahasa kajat, secara langsung diajarkan kepada penerusnya dengan jalan mempelajari menggunakan hafalan dan tidak ditulis. Hafalan menggunakan daya ingat dan dilakukan berulang-ulang secara rutin merupakan suatu kunci untuk keberhasilan pemahaman bacaan tersebut. Melalui jalan pemahaman makna simbol yang dilihat dari sesaji yang diberikan. Seorang keluarga yang mengadakan kenduri dalam prosesi tingkeban itu harus menyajikan sesuatu sajian yang menjadi kehendaknya. Sebab, di sini para sesaji tersebut diikrarkan sebagai

3 pandongak kalian gusti allah (doa kepada Allah) supaya diberi keselamatan lahir batin dalam prosesi lahiran. Ritual kenduri yang dalam pelaksanaannya dipimpin langsung oleh dukun dengan media sesaji dalam bentuk permohonan keselamatan. Beberapa sajian tersebut yang harus wajib ada dan membedakan dengan kendurian yang lain adalah cengkir gading, kembang setaman, dan gula gimbal gula gringsing. Serta sajian pelengkapnya sebagai berikut nasi tumpeng, keleman, rujakan, dhawet ayu, sega megana, ketan procot, nasi kuluban, jajanan pasar, dan lain sebagainya. Semuanya tidak harus diberikan sebagai sajiannya, melainkan dasar sajian tersebut adalah terdapatnya nasi sebagai tumpeng dan lauk sebagai pelengkapnya, baik itu ingkung maupun sayur-sayuran. Makna adalah sesuatu yang secara otomatis ada dalam setiap satuan bunyi, baik itu dalam kalimat tanya, berita, atau menyuruh. Maka peneliti menggunakan media semiotika sebagai suatu literatur dalam menganalisis bentuk kajatan atau ujub dalam tradisi kenduri. Sebagai dalil landasan penelitian ini, mengungkapkan secara nyata bahwa ilmu bahasa yang telah diungkapkan oleh dukun memiliki makna. Suatu tanda bahasa bersifat arbitrer, kombinasi tertentu dari penanda dan ditanda (Culler, 1996:7). Sebagai suatu sistem komunikasi, bahasa tersebut digunakan dalam berinteraksi oleh manusia kepada manusia, manusia dengan hewan, dan manusia dengan Tuhan. Hubungan yang dapat dilakukan oleh manusia meliputi beberapa tahap, yaitu dapat dibedakan secara horizontal dan vertikal. Pembangunan dimensi atau kaidah seperti ini, disebabkan karena manusia tidak hidup sendiri.

4 Interaksi horizontal dilakukan oleh manusia dengan manusia dan manusia dengan hewan. Kemudian, terdapat pula interaksi vertikal, yang dilakukan oleh manusia dengan Tuhannya. Suatu sistem bahasa haruslah memiliki makna, supaya informasi tersebut dapat dimengerti. Penentuan gagasan pemaknaan, maka setidaknya peneliti berusaha mengkaji penelitiannya menggunakan unsur-unsur yang ada dalam semiotik pada penggunaan komunikasi bahasa. Menurut Aminudin (1988:40) di antaranya sebagai berikut: (1) sistem sosial budaya dalam suatu masyarakat bahasa, (2) sistem kebahasaan yang melandasi, (3) bentuk kebahasaan yang digunakan, serta (4) aspek semantis yang dikandungnya. Setelah acuan tersebut sudah kita dapat dengan bukti simbol yang ada, maka senantiasa peneliti dapat mengemukakan gagasan sebagai bentuk hasil analisisnya. 1.2 Fokus Penelitian Peneliti ingin menemukan landasan dasar falsafah masyarakat Jawa dalam acara kenduri menggunakan semiotik, mengapa menggunakan kajatan atau ujub dalam kenduri pada tradisi tingkeban masyarakat Jawa Desa Yosomulyo Kabupaten Banyuwangi? Sebagai bentuk doa pengharapan dalam mencapai suatu keselamatan keluarga yang punya hajat. Doa dipanjatkan oleh beberapa saudara, teman, tetangga, keluarga yang diundang untuk hadir dalam satu tempat. Kepada Tuhanlah doa tersebut dipanjatkan, semata hanya Dia sang juru selamat. Terutama pada segi pemaknaan yang terdapat dalam suatu bahasa, yang menitik beratkan pada ajaran-ajaran kebaikan.

5 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah makna bahasa kajat atau ujub dalam kendurian pada tradisi tingkeban masyarakat Jawa berdasarkan analisis semiotik? (2) Bagaimana fungsi yang terdapat pada bahasa kajat atau ujub pada tradisi tingkeban masyarakat Jawa berdasarkan analisis semiotik? 1.4 Tujuan Tujuan secara umum penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan makna bahasa kajat atau ujub dengan berupaya menemukan tanda dan penandanya. (2) Mendeskripsikan fungsi makna tersebut berdasarkan tanda dan penandanya. Tujuan yang bersifat khusus dalam melakukan kegiatan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan (2) Mengetahui kandungan makna yang ingin disampaikan dalam bahasa kajat atau ujub pada tradisi tingkeban masyarakat Jawa desa Yosomulyo kabupaten Banyuwangi. 1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoretis Bahasa digunakan oleh manusia sebagai media untuk berkomunikasi, baik itu melalui lisan, tulisan, atau isyarat. Komunikasi itu sendiri dapat dilakukan oleh manusia dengan manusia lain, manusia dengan Tuhannya, atau manusia dengan makhluk hidup lainnya seperti yang dilakukan dengan beberapa hewan, bertujuan untuk memberikan perubahan yang ditimbulkan. Misalnya, suatu bahasa kajat

6 yang ada dalam kendurian pada tradisi tingkeban bertujuan sebagai permohonan doa keselamatan kepada Tuhan yang dipanjatkan oleh manusia dengan dipimpin oleh dukun, supaya kelak sang ibu bisa melahirkan secara normal dan dijauhkan dari marabahaya. Sehingga, kegiatan tersebut bisa dikategorikan sebagai ilmu bahasa. Kajian ilmu tentang bahasa secara otomatis memiliki suatu makna yang melatar belakangi, maka untuk memahaminya peneliti harus mengetahui sistem yang melatari terlebih dahulu (Aminuddin, 1988:36). Maka lebih tepat bila dalam pengkajian ilmu tentang bahasa tersebut menggunakan ilmu semiotik yang berdasarkan pada penggunaan sistem tanda atau simbol dalam memahami makna yang ada dari konteks bahasa tersebut. 1.5.2 Manfaat Praktis Beberapa manfaat pratis bagi setiap kalangan, diantaranya: a) Bagi peneliti dapat memberikan pencerahan batin, bahwasanya sebuah tradisi sangatlah berarti dan tidak berhak untuk diremehkan. Selayaknya manusia meminta permohonan untuk keselamatan dari yang Maha Agung. b) Bagi pembaca, supaya memahami kaidah tanda bahasa yang terdapat pada bahasa kajat. Sehingga dapat dimaknai dan diambil suatu pelajaran demi kebaikan hidup dalam hal bertingkah laku dan berbuat. 1.6 Penegasan Istilah Demi menghindari terjadinya salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu diadakan penegasan istilah sebagai berikut:

7 (1) Tanda adalah sesuatu yang menjadi alamat atau menyatakan sesuatu baik itu berupa gejala, bukti, pengenal atau lambang, dan petunjuk dari kelas atau fungsinya. (2) Penanda adalah sesuatu yang digunakan untuk memberi tanda atau penunjuk. (3) Konvensi adalah perjanjian atau pemufakatan dalam suatu konteks bahasa dari masyarakat mengenai adat, tradisi, kebudayaan dan sebagainya. (4) Tingkeban atau tujuh bulanan merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. (5) Selamatan merupakan bentuk penerapan sosio-religius orang Jawa, praktik perjamuan yang dilaksanakan bersama-sama dengan para tetangga, sanak keluarga, teman dan sahabat. (6) Arbitrer adalah sewenang-wenang. Berdasarkan sifat dalam kebahasaan yaitu keberadaan suatu butir atau sesuatu aturan tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan yang sifatnya logis. (7) Bahasa kajat atau ujub adalah bahasa yang dipakai oleh dukun dalam melakukan kendurian, yang memiliki sifat sebagai bentuk pengharapan kepada Tuhan melalui keberadaan sajian dalam rangka sedekah kepada orang yang hadir.