4. BAJA PERKAKAS. Baja perkakas (tool steel), yang dikenal juga sebagai baja premium, adalah

dokumen-dokumen yang mirip
TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Pembahasan Materi #11

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

1. MENGAPA PENGETAHUAN BAHAN DIPERLUKAN. Tergantung dari penugasan yang diterima, tapi seorang sarjana teknik industri

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

MATERIAL TEKNIK LOGAM

1. PROSES AWAL BESI DAN BAJA. Dalam pertemuan ini akan dibahas logam berbasis besi (ferrous), yaitu besi

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

Program Studi Teknik Mesin S1

DUPLEX STAINLESS STEEL

DIAGRAM FASA BESI-KARBON (Fe-C)

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

: MES 313 (2 SKS TEORI + 1 SKS PRAKTIK)

PROSES MANUFACTURING

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

RENCANA PEMBELAJARAN

PENGARUH VISKOSITAS MEDIA CELUP TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO MARTENSITIC WHITE CAST IRON ASTM A532. Oleh :

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

OPTIMALlSASI PENCAPAIAN TARGET KOMPOSISI PADA PEMBUATAN BAJA SKD 61 MELALUI PENGGUNAAN SCRAP BESI COR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PROSES MANUFAKTUR

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

KARAKTERISTIK AISI 304 SEBAGAI MATERIAL FRICTION WELDING

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

BAB II TINJAUAN TEORI

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

V. KEGIATAN BELAJAR 5 STANDARISASI BAHAN TEKNIK LOGAM. Standarisasi untuk bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

KONTRAK KULIAH PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

MODUL PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK 2

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

Kategori Sifat Material

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII LOGAM BESI METAL FABRI CATION TECHNIQUES SAND DIE

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CROM DAN TEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENAHANAN SUHU STABIL TERHADAP KEKERASAN LOGAM

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MANGAN PADA PADUAN ALUMINIUM 7wt% SILIKON TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Air

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

BAB VIII LOGAM BESI METAL FABRI CATION TECHNIQUES CASTING SAND DIE

STUDI PENGARUH KOMPOSISI KIMIA DAN KETEBALAN CORAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO BESI COR PADA KASUS PEMBUATAN BESI COR VERMICULAR

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

Bila logam cair paduan tembaga dan seng sudah cukup dingin untuk dipindahkan, mereka dikeluarkan dari cetakan dan dipindah ke tempat penyimpanan.

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU LEWAT PENAMBAHAN UNSUR C r DAN C u

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

PENGARUH TEKANAN, TEMPERATUR DIE PADA PROSES SQUEEZE CASTING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PISTON BERBASIS MATERIAL BEKAS

SIFAT MATERIAL. Dipl. Ing. Soedihono, ST, MT

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

Transkripsi:

4. BAJA PERKAKAS Baja perkakas (tool steel), yang dikenal juga sebagai baja premium, adalah satu jenis baja yang dirancang untuk aplikasi seperti alat memotong baja lain pada mesin perkakas, alat penumbuk (punch), landasan cetak (die), cetakan cor (mold), pisau pemotong, pahat dan alat-alat sejenis. Untuk bisa menjalankan aplikasiaplikasi di atas, baja perkakas harus mempunyai kelebihan dalam hal kekuatan (strength), kekerasan (hardness), kekerasan ketika panas (hot hardness), ketahanan terhadap aus (wear resistance), dan keuletan (toughness) terhadap impak (impact). Baja perkakas dibagi menjadi tujuh kelompok berdasarkan aplikasinya, dan dengan sendirinya juga berdasarkan komposisinya. AISI (American Iron and Steel Insitute) menggunakan skema klasifikasi yang mengunakan sebuah huruf prefiks untuk mengidentifikasikan baja perkakas. Berikut ini adalah tujuh kelompok tersebut, beserta huruf prefiks dan uraiannya. Sedangkan dalam tabel setelahnya diperlihatkan komposisi kimia beberapa jenis baja paduan yang termasuk dalam baja perkakas. T, M High-speed tool steels, digunakan sebagai alat potong dalam mesin-mesin pemroses. Dirancang sehingga mempunyai ketahanan tinggi terhadap aus dan tetap mempunyai kekerasan tinggi walaupun dalam keadaan panas. Kode baja perkakas dalam kelompok ini memakai prefiks T kalau mengandung Tungsten, dan memakai prefiks M kalau mengandung Molibdenum. H Hotworking tool steel, digunakan untuk aplikasi cetakan (dies) yang dioperasikan dalam keadaan panas, seperti penempaan (forging), ekstrusi, dan cetakan pada pengecoran. Prefiks H untuk hot. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 1/14

D Cold-work tool steels, adalah baja untuk aplikasi cetakan (dies) yang dioperasikan dalam keadaan dingin, seperti pekerjaan pres terhadap lembaran baja, ekstrusi dingin, dan beberapa operasi penempaan (forging). Prefiks D untuk die. Kelompok ini berhubungan erat dengan kode AISI yang memnggunakan prefiks A dan O. Prefiks A untuk air hardening (pengerasan yang pendinginannya mengunakan udara, dan prefiks O untuk oil hardening (pengerasan yang pendinginannya mengunakan oli). Kelompok ini mempunyai kelebihan dalam ketahanan terhadap aus, dan rendahnya distorsi. W Water hardening tool steels, mempunyai kandungan karbon yang tinggi, dengan sedikit (atau tidak ada sama sekali) elemen lain yang dipadukan. Baja kelompok ini hanya bisa diperkeras dengan cara pencelupan cepat ke dalam air. Baja jenis ini dipakai secara luas karena biayanya rendah, tapi penggunaannya terbatas hanya pada aplikasi bertemperatur rendah. Prefiks W untuk water. S Shock-resistant tool steels, ditujukan untuk aplikasi dimana diperlukan keuletan (toughness) yang tinggi, seperti pada operasi shearing pada logam lembaran, punching dan bending. P Mold steels, digunakan untuk aplikasi cetakan yang digunakan untuk mencetak plastik dan karet. L Low-alloy tool steels, kelompok ini berisi bermacam baja perkakas untuk aplikasi khusus. Baja perkakas bukan satu-satunya bahan untuk perkakas. Plain carbon steel, low alloy steel dan baja tahan karat (stainless steels), juga biasa dipakai untuk Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 2/14

aplikasi perkakas dan cetakan. Besi tuang dan beberapa paduan non-fero juga bisa dipakai untuk beberapa aplikasi perkakas. Jangan dilupakan, beberapa jenis keramik (misalnya Al2O3) digunakan sebagai bahan untuk membuat perkakas dengan operasi berkecepatan tinggi, sebagai bahan abrasif, dan aplikasi lain. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 3/14

5. BAJA TAHAN KARAT Baja tahan karat adalah sekelompok baja paduan tinggi yang dirancang agar mempunyai ketahanan tinggi terhadap korosi. Unsur utama dalam paduan tersebut adalah krom, biasanya lebih dari 15%. Krom akan membentuk suatu lapisan tipis yang dapat menahan terjadi oksidasi. Nikel (unsur lain dalam paduan), digunakan untuk meningkatkan perlindungan atas korosi. Karbon berguna untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan logam. Sebenarnya kandungan karbon dapat menurunkan ketahanan terhadap korosi. Ini terjadi karena karbon dapat membentuk chromium carbide yang mengurangi jumlah kromium bebas yang tersedia pada paduan. Baja tahan karat juga dikenal karena kekuatan (strength) dan kekenyalannya (ductility). Walaupun sifat ini diperlukan dalam banyak aplikasi, tapi hal ini menyebabkannya paduan ini menyulitkan dalam proses manufaktur. Juga, baja tahan karat secara signifikan lebih mahal ketimbang plain carbon steel atau low alloy steel. 5.1. Kelompok-kelompok dalam baja tahan karat Ada lima kelompok baja tahan karat, sebagai berikut. Austenitic stainless. Mempunyai bentuk kristal FCC. Mengandung sekitar 18% Cr dan 8% Ni. Paling tahan terhadap karat, dibanding dengan yang lain. Non magnetic, sangat kenyal (ductile) tapi mempunyai kekerasan (hardness) yang tinggi. Stabil dalam temperatur kamar. Dipakai untuk peralatan di pabrik kimia atau peralatan pengolah makanan. Juga dipakai untuk komponen mesin yang memerlukan tahan karat. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 4/14

Ferritic stainless. Mempunyai bentuk kristal BCC. Mengandung sekitar 15% - 20% Cr, kandungan karbon yang rendah, dan tanpa nikel. Ketahanan terhadap korosi lebih rendah, jika dibanding dengan austenitik. Kekenyalan lebih rendah, dibanding austenitik. Dipakai untuk berbagai perlatan dapur, sampai komponen mesin jet. Martensitic stainless. Mempunyai kandungan karbon yang lebih tinggi, dibanding ferritic, sehingga memungkinkan untuk diperkuat dengan heat treatment. Mengandung 18% Cr, tanpa nikel. Lebih kuat, keras, tahan terhadap fatigue. Ketahanan terhadap korosinya lebih rendah ketimbang austenitic dan ferritic. Dipakai untuk alat makan dan peralatan operasi. Precipitation hardening stainless. Mengandung 17% Kromium dan 7% Nikel. Ditambah Aluminium, Tembaga, Titanium, Molibdenum dalam jumlah kecil. Dapat diperkeras dengan metoda precipitation hardening. Kekuatan dan ketahanan terhadap korosi, terjaga walaupun dalam temperatur tinggi. Sifat ini cocok untuk aplikasi pada pesawat luar angkasa. Duplex stainless. Mempunyai struktur campuran antara austenitic dan ferritic, dalam jumlah yang kira-kira sama. Daya tahan korosinya mirip dengan austenitic. Mempunyai daya tahan terhadap retak karena stress-corrosion. Dipakai antara lain untuk heat exchangers, pompa, instalasi pengolahan air limbah. 5.2. Identifikasi baja tahan karat AISI (the American Iron and Steel Institute). Kebanyakan baja tahan karat memperoleh kode tiga digit dalam skema penomoran berdasarkan AISI. Satu digit pertama menunjukkan tipe umumnya, sedangkan dua digit terakhir menunjukkan Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 5/14

grade khususnya. Tabel berikut memperlihatkan komposisi tipikalnya, serta sifat mekanikalnya. UNS (Unified Numbering System). Skema penomoran berdasarkan UNS, adalah sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 16-1 dan Tabel 16-2 berikut ini. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 6/14

5.3. Sifat-sifat fisika/mekanikal Sifat-sifat berbagai jenis baja tahan karat dapat bervariasi, tergantung dari komposisi paduannya. Walaupun begitu beberapa sifat umum perlu dicatat karena akan mempengaruhi aplikasinya. Berat jenis. Karena dasarnya adalah besi, berat jenis baja tahan karat hampir sama dengan baja karbon atau baja paduan rendah. Struktur kristal. Austenitic mempunyai struktur kristal tertentu yang membuatnya bersifat tidak ferromagnetic. Sedangkan ke-empat jenis baja tahan karat yang lain, bersifat ferromagnetic Konduktivitas. Baja tahan karat merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup buruk, jika dibanding dengan baja karbon. Pemuaian. Koefisien muai panas baja tahan karat adalah 50% lebih tinggi dibanding baja karbon. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 7/14

Modulus elastisitas Baja tahan karat mempunyai modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah ketimbang baja karbon sederhana dan baja paduan rendah. Kalau per baja karbon sederhana akan diganti oleh per baja tahan karat, karena kinerjanya akan berbeda. 6. BESI COR Besi cor adalah besi paduan yang mengandung sekitar 2,1% sampai 4% karbon dan sekitar 1% sampai 3% silikon. Komposisi tersebut membuatnya sangat cocok untuk besi cor. Dengan demikian, volume pengecoran bahan ini, angkanya beberapa kali lipat volume pengecoran logam-logam lain. Jumlah tonase besi cor hanya kalah oleh baja. 6.1. Jenis-jenis besi cor Terdapat beberapa jenis besi cor, yang paling penting adalah besi cor abuabu (gray cast iron). Yang lainnya adalah ductile iron, white cast iron dan malleable iron dan berbagai besi cor paduan lainnya. Perbandingan komposisi kimia dari baja, besi cor putih dan besi cor abu-abu adalah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.6. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 8/14

Gray cast iron. Jumlah tonase jenis ini adalah yang terbesar di antara sesama cast iron. Mempunyai komposisi dalam kisaran 2,5%-4% karbon dan 1%- 3% silikon Ductile iron. Ini adalah besi dengan komposisi sama dengan gray iron, dimana logam yang dicairkan, mendapat perlakuan secara kimia sebelum penuangan. Ini menyebabkan terbentuknya speroid grafit, alih-alih flakes.hasilnya adalah suatu besi yang lebih kuat dan lebih kenyal (ductile). Aplikasinya mencakup komponen masin-mesin yang memerlukan kekuatan yang tinggi dan daya tahan yang tinggi terhadap aus (wear). Besi cor putih (white cast iron). Besi cor jenis ini mempuinyai lebih sedikit karbon dan silikon ketimbang besi cor abu-abu. Jenis ini dibuat dengan cara pendinginan yang lebih cepat, setelah besi cair dituangkan. Malleable iron. Besi cor paduan (alloy cast iron). Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 9/14

6.2. Proses pengecoran Besi cor sering dicairkan dalam sebuah kupola (Figure 17-1). Besi yang sudah cair akan melalui pencetakan. Proses pencetakan kurang lebih dilakukan sebagaimana terlihat dalam Figure 17-2. Dalam gambar tersebut diperlihatkan enam macam jenis cetakan: (1) cetakan yang dibuat dari pasir, (2) cetakan yang dibuat permanen, (3) pengecoran yang menggunakan die, (4) shell molding, (5) investment casting, dan (6) centrifugal casting. Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 10/14

Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 11/14

Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 12/14

Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 13/14

Bahan bacaan: Budinski, K.G. dan Budinski M.K., 2010, Engineering Materials, Properties and Selection, Pearson Prentice Hall Mott, Robert L., 2009, Elemen-elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis, Perancangan Elemen Mesin Terpadu, Jilid 1, Penerbit ANDI Yogyakarta Surdia, Tata dan Saito, Shinroku, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta Wargadinata, Arijanto S., 2002, Pengetahuan Bahan, Penerbit Universitas Trisakti Wirjosumarto, Harsono, stensilan, tanpa tahun, Kekuatan dan Penguatan Logam, Laboratorium Teknik Metalurgi, Departemen Mesin, FTI, ITB, Bandung Hanya untuk lingkungan UMB (2011-2I) 14/14