Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

PERBEDAAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SD NEGERI TATELU KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENCUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SDN 01 GONILAN

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dari bayi hingga remaja (Departemen Kesehatan RI, 2008). Derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS DEMONSTRASI DAN BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 38 SEMARANG

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Keywords: hand washing demonstration, elementary school students, the incidence of illness.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LAGU TERHADAP PRAKTIK MENCUCI TANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

PERBEDAAN PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA SISWA SDN 1 DUWET KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

: MUHAMMAD RIZKI AZMIDILLAH NPM.

PENGARUH DEMONSTRASI CUCI TANGAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN ANAK TK DI TK SISWA HARAPAN SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

KETERSEDIAAN SUMBER AIR BERSIH DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA KELUARGA BAYI YANG MENGALAMI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. lakukan seringkali dekat dengan kuman-kuman yang dapat menyebabkan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH PEER EDUCATOR TERHADAP PHBS PADA ANAK KELAS V SD N 2 DI JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBADUYUT BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

PENGARUH EDUKASI SOSIODRAMA TENTANG PHBS CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN SISWA SD MUHAMMADIYAH KALANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

Manuskrip. Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN ISPA PADA BALITA DI POSYANDU Tina Yuli Fatmawati 1

Transkripsi:

PERBEDAAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat ABSTRACT Hand washing is one of the sanitation actions by washing hand and fingers using flowing water and soap by people to clean and break the germ chain. It is caused by diare. The aim of the research is to know the difference washing hand habit before and after being given health education to children. The method of research is one group pretest posttest design. The pretest is given before conducting the intervention. After getting the intervention, the posttest is conducted. The research conducted on July 2011 in At-Taqwa Cibeber Cimahi with 32 samples by using sampling purposive technique. The t-test result shows that there is difference hand washing habit before and after being given education with p value = 0,0001. It is recommended for education institution to foster the high health value principal such as hand washing before and after eating or after doing activities. Furthermore the principal of health or healthy behavior should be their habit from early age. Keywords : hand washing; education; children. ABSTRAK Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air mengalir dan sabun. Berdasarkan hasil observasi pada 21 anak saat melakukan cuci tangan, didapatkan hanya 4 anak yang benar, namun itu dilakukan kadangkadang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan One Group Pretest Posttest Design. Peneliti menggunakan lembar check list cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2011 di TK At-Taqwa Cibeber Cimahi. Sampel 32 responden diambil menggunakan teknik purposive sampling. Rerata cuci tangan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 2,78 dan setelahnya menjadi 9,44. Hasil uji t didapatkan ada perbedaan signifikan perilaku cuci tangan sesudah diberikan pendidikan kesehatan (p value 0,001). Institusi pendidikan agar membudayakan cuci tangan. Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, PHBS, Mencuci Tangan. PENDAHULUAN Anak merupakan usia yang rawan terserang berbagai penyakit, misalnya diare, kecacingan dan anemia. Berdasarkan data WHO (2007) bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, angka kejadian kecacingan mencapai angka 40-60% (Depkes, 2005). Perilaku Hidup Bersih Sehat di sekolah ini dapat diterapkan atau diberikan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, 60

pengajaran, dan latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang (Ananto, 2006). Pendidikan kesehatan bagi anak bertujuan menambah kebiasaan hidup sehat agar dapat bertangung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha usaha kesehatan. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat, dan membentuk kebiasaan hidup sehat (Fitriani, 2011). Ada beberapa indikator PHBS yang dilakukan di sekolah, yaitu cuci tangan dengan air bersih dan sabun; jajan di kantin sekolah, BAB dan BAK di jamban; buang sampah di tempatnya; berolah raga; mengukur tinggi dan berat badan; memeriksa jentik nyamuk; dan tidak merokok di sekolah (Notoatmodjo, 2010). Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak sekolah diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku cuci tangan ini pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil, tidak hanya oleh orang tua di rumah, bahkan menjadi salah satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Dasar. Kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit. Oleh karena itu, sangat penting perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung. Menurut kajian yang disusun oleh Curtis, Rabie and Cairncross (2005) didapatkan hasil bahwa perilaku cuci tangan dapat menurunkan insiden diare hingga 42-47%, menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, dan dapat menurunkan 50% insiden flu burung. Taman kanak-kanak At-Taqwa Cibeber merupakan salah satu sarana pendidikan yang berada di lingkungan Kota Cimahi. Di mana jumlah keseluruhan siswa adalah 126 anak. Terbagi atas 2 kriteria kelas, yaitu kelas dengan usia 4-5 tahun berjumlah 44 anak, dan kelas dengan usia 5-6 tahun berjumlah 88 anak. Pada tahun ajaran 2010-2011 ini, jumlah absensi anak karena sakit selama bulan Juli 2010 Februari 2011 berjumlah 271 kali. Bila di rata-ratakan, jumlah kesakitan perbulannya adalah 34 orang perbulan. Selain itu, kejadian penyakit pada siswa TK At-Taqwa Cibeber Cimahi tahun 2010-2011 kebanyakannya adalah batuk pilek, demam, diare dan thipoid. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan secara observasi saat pengambilan data awal yang dilakukan peneliti tanggal 02 Maret 2011 pada anak usia 4-5 tahun, didapatkan data bahwa kebiasaan cuci tangan pada anak sudah diterapkan. Namun kebiasaan cuci tangan ini hanya dilakukan sebelum makan oleh anak-anak, sedangkan sesudah makan dan setelah main di luar, anak-anak belum mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melakukan cuci tangan. Selain itu, pada saat cuci tangan, anak hanya menggunakan air mengalir saja tanpa menggunakan sabun atau cairan antiseptik. Padahal saat anak selesai bermain, tangan mereka kotor dan tercemar bakteri atau kuman penyakit, sehingga bila tidak dibersihkan atau di cuci dengan baik dan benar beresiko untuk terjangkit kuman. Selain itu, berdasarkan hasil observasi pada 21 anak saat melakukan cuci tangan, didapatkan 4 anak diantaranya hanya melakukan cuci tangan dengan menggosok tangan dan jari-jari serta sela-sela jari tangan. Sedangkan 17 anak diantaranya hanya melakukan cuci tangan dengan menggosok-gosok tangan saja dan semua itu dilakukan tanpa memakai sabun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku mencuci tangan 61

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada anak usia 4-5 tahun. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pendekatan One Group Pretest Posttest Design. Pretest merupakan pengukuran cara mencuci tangan anak sebelum diberikan intervensi. Selanjutnya posttest dilakukan setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan selama 2 hari tentang mencuci tangan dan manfaatnya. Pengambilan data menggunakan lembar check list berdasarkan hasil pengamatan pada anak saat melakukan kegiatan cuci tangan, baik pre test maupun post test yang dilaksanakan hari keempat setelah diberikan pendidikan kesehatan. Sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling terhadap 32 siswa-siswi Taman Kanak-Kanak At-taqwa Cibeber Cimahi Bandung pada bulan Juli 2011 dengan rentang usia 4-5 tahun. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji t dependen. HASIL DAN BAHASAN 1. Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Setelah dilakukan pengambilan data dan dianalisis univariat mengenai perbedaan perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada siswa-siswi TK At-Taqwa Cibeber Cimahi, hasilnya akan disajikan dalam uraian berikut ini. Tabel 1. Rerata Perilaku Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Siswa TK At-Taqwa Cibeber Cimahi Tahun 2011 Standar Mencuci Tangan Mean N Deviasi Perilaku Mencuci Tangan Sebelum 2,78 32 0,420 Sesudah 9,44 32 1,162 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 62 Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) perilaku mencuci tangan responden di TK At-Taqwa Cibeber Cimahi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 2,78. Setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 9,44 yang berarti terdapat rentang antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu (6,66). Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) perilaku mencuci tangan responden di TK At-Taqwa Cibeber Cimahi setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 9,44 yang berarti terdapat rentang antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu 6,66. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan Risna (2010) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan mencuci tangan terhadap perilaku mencuci tangan pada 57 responden, didapatkan hasil mean pre test adalah 19,77 dan mean post test adalah 24,63, sehingga nilai rata-rata mean-nya adalah 4,86. Menurut Wood (1926, dan Join Commision On Health Education, 1973, dalam Fitriani, 2011) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan merupakan kegiatankegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dan membuat keputusan yang tepat sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan, sehingga berdasarkan

pengalaman yang diperoleh dapat bermanfaat dalam mempengaruhi kebiasaan, sikap, dan pengetahuan seseorang. Menurut WHO (1954, dalam Fitriani, 2011) menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan mengubah perilaku yang berkaitan dengan sikap atau perilaku budaya. Sehingga jelas, pendidikan kesehatan dapat merubah perilaku seseorang khususnya mengenai kesehatan menjadi lebih baik, salah satunya dengan mencuci tangan. Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air, dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006). Menurut Tiethen (2000), diperoleh tujuan dari cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Oleh sebab itu, cuci tangan merupakan suatu kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Cuci tangan harus dibiasakan sejak keciloleh sebab itu sangat jelas bahwa pendidikan kesehatan dapat merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. 2. Perbedaan Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tabel 2. Perbedaan Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Siswa-Siswi TK At-Taqwa Cibeber Cimahi Tahun 2011 P Mencuci Tangan Mean Std.dev T CI 95% value Sebelum Diberikan Penkes 2,78 0,420-7,092-31,176 0,0001 Setelah Diberikan Penkes 9,44 1,162-6,221 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa rata-rata perilaku mencuci tangan responden yang ada di TK At-Taqwa Cibeber Cimahi pada pengukuran pertama (pretest) adalah 2,78 dengan standar deviasi 0,420. Sedangkan pada pengukuran kedua (posttest) didapat rata-rata perilaku mencuci tangan responden adalah 9,44 dengan standar deviasi 1,162. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value untuk uji dua sisi (2- tailed) 0,0001 α (0,05), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa adanya kecenderungan pendidikan kesehatan sebagai penyebab meningkatnya perilaku mencuci tangan siswa siswi. Hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Risna (2010) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan mencuci tangan terhadap perilaku mencuci tangan pada 57 responden, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan signifkan antara perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan (p value 0,0001). Hal yang sama yang dijelaskan oleh Fitriani (2011) di mana pendidikan kesehatan bagi anak bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat, membentuk kebiasaan hidup sehat, dan menambah kebiasaan 63

hidup sehat agar dapat bertangung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha usaha kesehatan. Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan diri dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik. Hal yang sama dikemukakan oleh Azwar (1983, Fitriani, 2011) yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan dapat menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai, mampu menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok, dan mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Beberapa pendapat di atas sejalan dengan penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) yang menjelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat lenggeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, pemahaman dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Seperti anak-anak dihimbau untuk cuci tangan oleh gurunya tanpa mengetahui makna dan tujuan mencuci tangan pakai sabun, maka sebagian besar anak akan banyak menyepelekan kegiatan mencuci tangan tersebut walaupun telah mendapatkan himbauan mencuci tangan pakai sabun. Hal tersebut sesuai dengan kajian yang disusun oleh Curtis, Rabie and Cairncross (2005) didapatkan hasil bahwa perilaku cuci tangan dapat menurunkan insiden diare hingga 42-47%, menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, dan dapat menurunkan 50% insiden flu burung. 64 Praktek CTPS juga dapat mencegah infeksi kulit, dan mata. Mencuci tangan dengan teratur menggunakan air dan sabun akan mengurangi resiko penyakit diare lebih dari 40% dan mengurangi resiko penyakit infeksi saluran pernafasan hampir 25%. Selain itu dapat mencegah penularan penyakit seperti diare dan pilek biasanya ditularkan melalui kontak kulit (Malawi, 2010). Mencuci tangan merupakan tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir dengan tujuan untuk memutus mata rantai perpindahan kuman dalam pencegahan penyakit. Pentingnya membudayakan cuci tangan memakai sabun secara baik dan benar didukung oleh data WHO yang menunjukkan, setiap tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara data Subdit Diare Depkes menunjukkan sekitar 300 orang diantara 1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun. Penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, salah satunya kurangnya pemahaman mengenai cara cuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih mengalir. Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47% (Lily, 2007, dalam Risna, 2010). Data menunjukkan lebih dari 5.000 anak balita penderita diare meninggal setiap harinya di seluruh dunia sebagai akibat kurangnya akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderitaan dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit dapat dikurangi dengan melakukan perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun. (Mujiyanto, 2009, dalam Risna, 2010).

Penelitian WHO (2009) di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50%. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan dengan melepaskan patogenpatogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. (Suryani, 2009, dalam Risna, 2010). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai dampak dan berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang. Karena hal tersebut sesuai dengan tujuannya yaitu pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku seseorang agar menjadi lebih baik dan menjadi lebih tahu, khususnya mengenai mencucui tangan. Semakin seseorang tersebut tahu dan mempunyai informasi lebih, maka semakin baik pula perilakunya. Disamping itu, berdasarkan beberapa uraian di atas, terlihat jelas bahwa mencuci tangan mempunyai dampak yang besar terhadap kesehatan, di mana dengan kita mencuci tangan maka akan terhindar dari berbagai penyakit khususnya penyakit menular seperti diare, flu, dan yang lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Ada perbedaan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada anak usia 4-5 tahun di TK At-Taqwa Cibeber Cimahi Tahun Disarankan kepada pihak institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai perbedaan cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ataupun dijadikan sebagai bahan acuan atau data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai perbedaan mencuci tangan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Disarankan kepada pihak TK At- Taqwa Cimahi agar mengajarkan dan mengingatkan siswa siswinya tentang kebersihan mencuci tangan, baik sebelum dan sesudah makan ataupun setelah beraktivitas. Sehingga perilaku hidup bersih dan sehat sudah tertanam sejak kecil atau dalam masa pendidikan kanak-kanak. DAFTAR PUSTAKA Ananto, P. (2006). Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Bandung : Yrama Widya. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Departemen Kesehatan RI. (2003). Kemitraan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Sekretariat Jenderal.. (2007). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Dinkes Jawa Barat, 2003. PHBS di Sekolah. Tersedia http://www.dinkes.jabarprov.go.id, diperoleh tanggal 28 Februari Dinkes Sulawesi Selatan, 2008. Pelaksanaan PHBS di Sekolah. dalam www.dinkessulsel.go.id, diperoleh tanggal 28 Februari 2011). Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. 65

Hidayat, A. (2009). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika. Malawi, (2010). Cuci tangan kurangi resiko kematian. Tersedia, http://www.republika.co.id, diperoleh tanggal 28 Februari Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta. (2007). Perilaku Kesehatan. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.. (2010), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Cetakan Kedua. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2003) Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Pollit, D.F., & Hungelar, B.P. (1999). Nursing Research : Priciples and methodes. (6 th ed). Philadelphia : Lippincott William & Wilkins. Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta : Jajamedia Sastroamoroso, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang Anak. Jakarta: EGC Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Tiethien, 2004. Cuci Tangan, tersedia http://bascomworld_gosublogger. com, diperoleh tanggal 28 februari Wong. (2009). Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Wastu Wibowo, 2008. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tersedia dalam http://bascomworld_gosublogger. com, diperoleh tanggal 28 februari 66