Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Unnes Physics Journal

SKRIPSI. Desy Priyandoko NIM Oleh :

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

METODE EKSPERIMEN Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Rawan Longsor Berdasarkan Interpretasi Data Resistivitas

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DAERAH KEPULAUAN SERUI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Pemodelan Fisis Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Fosfat dalam Batuan Gamping

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

PENENTUAN BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR (LANDSLIDE) BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK RESISTIVITAS

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

Unnes Physics Journal

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi Situs Purbakala di Candi Deres

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. 6 No. 02 Halaman 88 Oktober 2016

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

*

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Unnes Physics Journal

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

Aplikasi Software 3 Dimensi Inversi Dalam Interpretasi Sebaran Air Tanah (Studi Kasus Dukuh Platarejo Dan Dukuh Selorejo)

PEMODELAN TOMOGRAFI CROSS-HOLE METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS (Bentuk Anomali Silindris)

Muhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.

Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan Tanah Menggunakan Metode Geolistrik 2-D (Mapping)

Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ISBN No PENGGUNAAN METODE RESISTIVITAS 3-DIMENSI: UNTUK MENGETAHUI BIDANG LONGSOR PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI DESA KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAGIAN DARI MITIGASI BENCANA LONGSOR Ridhwan *) Dwa Desa Warnana *), Widya Utama *) *) Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111 ABSTRAK Bencana longsor adalah peristiwa alam yang disebabkan oleh proses geologi dan perbuatan manusia Ketidaksiapan dalam menghadapi bencana, pecegahan dan mitigasi dapat mengakibatkan jatuh korban baik jiwa maupun harta benda Pada daerah rawan longsor perlu diidentifikasi struktur bawah permukaan untuk mengetahui dimana letak bidang longsor Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember merupakan daerah rawan yang hamper tiap tahun terjadi longsoran Telah dilakukan pengukuran resistivitas 3 Dimensi konfigurasi pole-pole di lokasi penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan tanah secara vertikal maupun secara horizontal sehingga dapat diketahui bidang yang rawan longsor Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan Software Res3dinv dan software Rockwork hasil dari interpretasi dan korelasi dengan data bor bidang rawan longsor terletak pada ke dalaman sekitar 2 meter sampai 15 meter berupa apabila apabila saturasi air jenuh, jenis tanah di area penelitian ini adalah lempung dan lanau berpasir dengan nilai resistivitasnya lapisan 2,72 Ωm hingga 95, 72 Ωm Jenis tanah jenuh tidak kuat apabila saturasi air tinggi tidak mampu menahan tekanan air yang besar maka diperkirakan akan terjadi longsoran dengan arah menuju tebing Kata kunci : Bencana longsor, Desa Kemuning Lor, Resistivitas, Pole-pole, Sofware Res3dinv,tanah jenuh 1 Pendahuluan Kelongsoran menjadi suatu masalah yang umum terjadi di daerah-daerah dengan kemiringan lebih curam sehingga menyebabkan pergeseran sudut dari tanah Longsoran juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga kadar air dan beban dalam lapisan tanah bertambah Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang disebabkan oleh proses kebumian (geologi) atau ulah tangan manusia, misalnya dengan penggundulan hutan, pembalakan liar dan lain sebagainya Ketidaksiapan dalam menghadapi bencana, pecegahan dan mitigasi sehingga mengakibatkan jatuh korban baik jiwa maupun harta benda, kerusakan lingkungan hidup, sarana prasarana, fasilitas umum serta mengganggu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat Gerakan tanah sering disebut sebagai longsoran dari massa tanah atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadi gerakan tanah adalah daya ikat tanah atau batuan yang lemah sehingga butiran tanah dan batuan dapat terlepas dari ikatannya Pergerakan butiran ini dapat menyeret butiran lainnya yang ada disekitar sehingga membentuk massa yang lebih besar Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan memicu terjadinya gerakan tanah diantaranya sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban tanah, dan tutupan lahan (Djauhari Noor, 2006) Penanggulangan bencana akibat tanah longsor ini diperlukan pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan dengan berbagai cara dan metode Disini peran geologi sangat penting dalam proses perencanaan untuk mengurangi resiko bencana yang akan terjadi dan reaksi manusia terhadap bencana itu sendiri Pada kenyataannya kebanyakan komunitas manusia bertempat tinggal pada daerah yang rawan bencana, maka diperlukan suatu usaha mitigasi Mitigasi yang paling mudah dan kecil resikonya dengan cara menghindar dari lokasi yang rawan bencana Untuk itu perlu dilakukan idetifikasi terhadap struktur geologi seperti struktur bawah permukaan di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Dalam pendugaan keadaan bawah permukaan bumi diperlukan suatu metode geofisika, salah satunya adalah geolistrik resistivitas Metode ini banyak digunakan dalam penyelidikan masalah lingkungan maupun masalah eksplorasi mineral dalam tanah (Renolds, 1997) Studi pendugaan bawah permukaan dengan menggunakan metode resistivitas 3-D nantinya tidak hanya berupa penampang secara vertikal saja tetapi juga dapat mengetahui penampang secara horizontal Penyelidikan bawah permukaan dengan menerapkan survei resistivitas 3-D jarang dilakukan karena banyak membutuhkan waktu dan tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan dengan survei 2-D Teknik akusisi data dengan 3-D ini digunakan untuk mengetahui bawah permukaan pada daerah rawan longsor Untuk pengambilan data untuk resistivitas 3-D menggunakan konfigurasi pole-pole yang merupakan konfigurasi

ISBN No elektrode yang paling sering digunakan untuk servei resistivitas 3-D Pada konfigurasi elektrode ini tidak sama halnya dengan konfigurasi Winner dan Schumberger Hasil penggambaran distribusi resistivitas 3-D yang didapatkan memiliki kelebihan daripada hasil yang didapatkan dari survei 2-D Hasil penggambaran distribusi resistivitas 3-D mampu menampilkan citra penyebaran resistivitas yang baik penyebaran secara vertikal maupun secara horizontal untuk tiap-tiap kedalaman Dari analisis ini diharapkan mendapatkan gambaran bawah permukaan baik secara vertikal maupun secara horizontal dan penentuan bidang longsor 2 Metodologi 21 Metode Resistivitas 3-Dimensi Bumi sesungguhnya adalah bentuk 3-D, perlu adanya suatu metode resistivitas yang mampu memberikan penggambaran di bawah permukaan dalam bentuk 3-D Resistivitas 2-D belum mampu memberikan informasi resistivitas yang representatif Resistivitas 3-D adalah yang terutama untuk menentukan kedalaman pada batuan sebagai alas, yang diharapkan bahwa endapan-endapan yang tidak menyatu dan batu pasir itu akan menyediakan sesuatu yang cukup jelas di dalam keterhambatan karena perbedaan-perbedaan di dalam porositas dan kejenuhan (Prayogo Singgih, 2003) Kedua kedalaman batuan diharapkan pada kedalaman yang dangkal antara 1 dan 2 meter, sehingga resistivitas 3-D dengan suatu pengaturan jarak elektroda yang sempit akan menyediakan suatu resolusi yang lebih tinggi Metode resistivitas 3-D mampu memberikan gambaran 3-dimensi dari bawah permukaan tentang tahanan jenis lebih detail debandingkan dengan resistivitas 2-D, oleh karena itu tidak hanya memberikan citra distribusi resistivitas dalam penampang vertikal saja tetapi juga dalam bentuk penampang horizontal Metode resistivitas 3-D tidak sering dipakai dalam survei penelitian geofisika, namun resistivitas 3-D hanya digunakan dalam pengembangan metode resistivitas itu sendiri Faktor yang menyebabkan jarang digunakan adalah besarnya faktor biaya, banyak tenaga yang dibutuhkan terutama pada area yang luas Pada saat ini terdapat dua jenis solusi yang sedang dikembangkan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut (MH Loke, 2000) Pertama pengembangan resistivitimeter dengan multi-channel yang diharapkan mampu membaca hasil terhadap sekali penginjeksian arus, dengan demikian waktu, biaya dan tenaga yang diperlukan tidak banyak Kedua mengembangkan teknologi mikro komputer berkecepatan tinggi yang disiapkan untuk melakukan proses inversi data dalam skala besar dengan petak survei lebih luas dalam waktu yang singkat 22 Konfigurasi Pole-Pole Konsep pengukuran geolistrik sebagaimana dijelaskan pada sub-bab ini menggunakan konfigurasi elektroda paling elementer, yaitu sumber arus tunggal dan potensial diukur hanya pada satu titik Pada kenyataannya pengiriman/injeksi arus harus dilakukan menggunakan dua elektroda yang masingmasing dihubungkan ke kutub positif (sebagai current source) dan kutub negatif sumber arus (sebagai current sink) Demikian pula dengan pengukuran potensial pada dasarnya adalah pengukuran beda potensial, yaitu potensial pada suatu titik relatif terhadap titik yang lain Konfigurasi pole-pole merupakan konfigurasi elektrode yang paling sering digunakan untuk survei resistivitas 3-D Pada dasarnya konfigurasi pole-pole ini hanya memanfaatkan dua elektroda saja, yaitu elektroda arus (C 1) dan elektrode lainnya berupa elektroda potensial (P 1) seperti diperlihatkan pada gambar berikut: Gambar 21 Konfigurasi pole-pole Harga resistivitas semu yang didapatkan dengan konfigurasi pole-pole ini adalah: ρ = 2π ar dengan : ρ = resistivitas semu (apparent resistivity) a = spasi elektroda (jarak antara elektroda C 1 dan P 1) R = resistivitas yang terukur langsung dii lapangan Dari persamaan di atas 2πa merupakan faktor geometri dari konfigurasi pole-pole 23 Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran ini berada di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur dengan lokasi terletak pada posisi S8 0 31 8 dan E113 0 27 6 Desa Kemuning Lor berjarak ± 15 km kearah utara kota Jember dan desa ini berada di dataran tinggi yang ketinggiannya ± 600 meter dari permukaan laut yang terdiri dari perbukitan Titik longsor merupakan tebing setinggi ± 27 m terletak di RT 03 dusun Durungan dan berada di tengah-tengah pemukiman penduduk (gambar 22) Longsoran yang serupa pernah terjadi pada tahun 1985 dan 1995 tetapi yang paling besar terjadi pada tahun 2002 Gambar 22 Peta Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa (Sumber: BAKOSURTANAL) Lintasan 1 sampai dengan lintasan 5 yang berada dekat dengan tebing (gambar 23) Luas areal

ISBN No penelitian adalah 8 m x 30 m dengan jarak spasi antar lintasan adalah 2 meter kedalaman Dalam gambar 31 tersebut, ditunjukkan 4 (empat) buah penampang horizontal dengan ketebalan yang berbeda Untuk mempermudah pembacaan hasil pengolahan tersebut, tabel 31 berikut ini menunjukkan ke dalaman dan harga resistivitas setiap lapisannya Tabel 31 Sebaran Tahanan Jenis Sebagai Fungsi Kedalaman pada Penampang Horizontal searah sumbu-x Gambar 23 Lokasi Penelitian dan penentuan lintasan pengukuran 3 Hasil dan Pembahasan 31 Penampang Horizontal Dari hasil pengolahan dengan perangkat lunak tersebut didapatkan distribusi harga tahanan jenis bawah permukaan berupa citra warna baik dalam bentuk penampang vertikal maupun penampang horizontal Gambar 31 dan 32 memperlihatkan hasil pengolahan data pada iterasi ke 3 berupa citra warna yang menujukkan penyebaran resistivitas bawah permukaan pada daerah rawan longsor di Desa Kemuning Lor Gambar 31 merupakan penampang secara horizontal sedangkan Gambar 32 dalah bentuk penampang vertikal No Irisan (sb-x) Ketebalan (m) Resistivita s (Ωm) 1 I 0,00 2,00 8,8 201 2 II 2,00 4,00 8,8 201 3 III 4,00 6,00 8,8 76,4 4 IV 6,00 8,00 8,8 76,4 Untuk mempermudah persepsi dalam penggambaran susunan lapisan horizontal dan vertikal tersebut, hasil pengolahan pada gambar 31 dan 32 tersebut ditunjukkan dalam perspektif penampang horizontal dan perspektif vertikal dengan bantuan perangkat lunak pengolahan grafik (Adobe Photoshop CS 2) Gambar 33 merupakan penampang horizontal x y Ketebalan 6,00 8,00 m Ketebalan 4,00 6,00 m Ketebalan 2,00 4,00 m Ketebalan 0,00 2,00 m Gambar 31 Penampang horizontal dari hasil pengolahan data Gambar 32 Penampang vertikal dari hasil pengolahan data Pada penampang horizontal digambarkan sebaran distribusi tahanan jenis untuk setiap lapisan z Gambar 33 Penampang vertikal susunan lapisan bawah permukaan arah sumbu-y dan sumbu-z Pada gambar 33 menunjukan bahwa persebaran nilai resistivitas arah horizontal yang sejajar dengan sumbu x Pada ketebalan 0,00 m sampai dengan 2,00 m memiliki nilai resistivitas dari 8,8 Ωm hingga 201 Ωm, pada ketebalan 2,00 m sampai dengan 4,00 m mempunyai nilai resistivitas mulai dari 8,8 Ωm hingga 201, pada ketebalan 4,00 m sampai dengan 6,00 m memiliki nilai resistivitas berkisar antara 8,8 Ωm hingga 76,4 Ωm dan pada kedalaman 6,00 m sampai dengan 8,00 m memiliki nilai resistivitas 8,8 Ωm hingga 76,4 Ωm Pada ketebalan 0,00 m sampai 2,00 m terdapat anomali yang tinggi dengan pencitraan warna merah, pada ketebalan ini diduga terdapat rongga udara dan juga dibawahnya terdapat anomali yang rendah dengan pencitraan warna biru muda, diperkirakan sebagian rongga udara berisi air Pada ketebalan 2,00 m sampai 4,00 m juga terdapat anomali yang tinggi dengan pencitraan warna merah, pada ketebalan ini terdapat rongga

ISBN No udara dan dibawahnya terdapat anomali yang rendah dengan pencitraan warna biru muda, ini diduga terdapat rongga yang terisi oleh air Sedangkan pada ketebalan 4,00 m sampai 6,00 m dan 6,00 m sampai 8,00 m tidak terdapat anomali yang tinggi tetapi terdapat anomali yang rendah dengan pencitraan warna biru muda, ini menunjukkan bawah terdapat rongga yang terisi air Berdasarkan gambar 31 dan anomali dapat disimpulkan bahwa lapisan di bawah permukaan terdapat tanah jenuh yang arahnya menuju kearah tebing yang saturasi air tinggi Dari hasil pengolahan data dengan penyebaran nilai resistivitas pada masing-masing ketebalan memiliki error RMS 14,4% 32 Penampang Vertikal Pada penampang horizontal digambarkan sebaran distribusi tahanan jenis untuk setipa lapisan kedalaman Dalam gambar 31 tersebut, ditunjukkan 4 (empat) buah penampang vertikal dengan kedalaman yang berbeda Untuk mempermudah pembacaan hasil pengolahan tersebut, tabel 32 berikut ini menunjukkan ke dalaman dan harga resistivitas setiap lapisannya Tabel 32 Sebaran Tahanan Jenis Sebagai Fungsi Kedalaman pada Penampang Vertikal searah No Irisan (arah sumbu-y) Ketebalan (meter) Harga resistivitas (Ωm) 1 I 0,00 1,40 6,8 201 2 II 1,40 3,01 6,8 201 3 III 3,01 4,86 11,1 124 4 IV 4,86 6,99 11,1-124 Untuk mempermudah persepsi dalam penggambaran susunan lapisan horizontal dan vertikal tersebut, hasil pengolahan pada gambar 31 dan 32 tersebut ditunjukkan dalam perspektif penampang horizontal dan perspektif vertikal dengan bantuan perangkat lunak pengolahan grafik (Adobe Photoshop CS 2) Gambar 34 merupakan penampang vertikal z y Kedalaman 0,00 1,40 m Kedalaman 1,40 3,01 m x Kedalaman 3,01 4,86 m Kedalaman 4,86 6,99 mr Gambar 34 Penampang persepektif vertikal susunan l apisan tanah bawah permukaan Menurut penampang lapisan vertikal pada kedalaman 0,00 m sampai 1,40 m memiliki nilai resistivitas 6,60 Ωm hingga 47,1 Ωm, pada kedalaman 1,40 m sampai 3,01 m memiliki nilai resistivitas 6,6 Ωm hingga 201 Ωm, pada kedalaman 3,01 m sampai 4,86 m memiliki nilai resistivitas 6,60 Ωm hingga 47,1 Ωm dan pada kedalaman 4,86 m sampai 8,99 m mempunyai nilai resistivitas 6,60 Ωm hingga 47,1 Ωm Dari hasil pengolahan data dengan penyebaran nilai resistivitas pada masing-masing kedalaman memiliki error RMS 14,4% Menurut gambar 32 pada kedalaman 1,40 m sampai 3,01 m terdapat anomali tinggi dengan pencitraan warna merah, pada kedalaman ini diduga terdapat rongga Pada kedalaman 3,01 m sampai 4,86 m terdapat anomali rendah dengan pencitraan warna biru muda diduga bagian dari rongga itu diisi oleh air Dan pada kedalaman 4,86 m sampai 6,99 m terdapat anomali rendah pada kedalaman ini juga terdapat tanah yang saturasi air tinggi, maka dapat simpulkan bahwa pada area ini diperkirakan terdapat tanah jenuh 33 Korelasi Data Bor Dalam menginterpretasi data hasil pengolahan di atas, diperlukan adanya data pendamping yaitu berupa data sumur bor Data tersebut digunakan sebagai data pengikat dari hasil pengolahan data lapangan yang berupa nilai tahanan jenis setiap lapisan batuan Dalam penelitian ini diperoleh 1 data sumur bor yaitu data sumur bor BH 1 Dari data sumur bor tersebut sampai kedalaman 30 meter yang terdiri dari lempung, lempung lanau dan lanau berpasir (Gambar) sumur bor D R I L L I N G L O G Project No : 1 Project /Location : Kemuning Lor Type of Drilling Rotary Remarks Bore Hole No : BH 1 Kec Arjasa Kab Jember Date 05-08 Agustus 08 UD = Undisturb Sample Water Table : tdk terlihat Elevation : ± 0,0 ( muka tanah setempat ) Driller P Sampun SPT = SPT Test Scale in m 0 000 1 2 25 3-300 300 Lempung Lanau Coklat 30 SPT-1 12 3 5 7 4 Lanau Berlempung 45 5-500 200 Berpasir Coklat 50 SPT-2 24 8 10 14 65 6 7 70 SPT-3 11 3 5 6 8 85 9-900 400 Lanau Berlempung Coklat 90 SPT-4 14 2 5 9 10 105 11 110 SPT-5 22 6 11 11 125 12 13-1300 400 Lanau Berpasir Coklat 130 SPT-6 20 5 9 11 Lanau Berpasir 145 14 15-1500 200 Berlempung Coklat 150 SPT-7 9 3 4 5 165 16 17 170 SPT-8 27 5 8 19 18 185 19-1900 400 Lanau Berpasir Coklat 190 SPT-9 21 5 8 13 205 20 21 210 SPT-9 15 3 6 9 Lanau Berpasir 225 22 23-2300 400 Berlempung Coklat 230 SPT-10 10 3 4 6 245 24 25 250 SPT-11 >50 - - - 26 Elevation Depth in m Thickness in m Legend Type of Soil Colour Relative Density or Consistency Dari data di atas, dikorelasikan dengan data hasil pengolahan, sehingga hasil pengolahan data lapangan yang berupa nilai tahanan jenis lapisan batuan dan data bor Dari hasil pengolahan data resistivitas dan data bor tidak terdapat perbedaan jenis tanah dibawah permukaan pada daerah penelitian, interpretasi dengan data bor General Remarks UD / SPT TEST Depth in m Sample Code N-Value Blows/30 cm 15 cm Standard Penetration Test Blows per each 15 cm 15 cm 15 cm 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 N - Value 0 10 20 30 40 50 9 12 11 10 14 15 24 22 20 21 27 > 50

ISBN No 34 Penampang 3-Dimensi Penggabungan penampang perspektif horizontal (gambar 31) dan penampang perspektif vertikal (gambar 32) memberikan suatu bentuk perspektif 3-Dimensi berupa blok citra warna yang berbedabeda antara arah barat dengan yang arah timur Bedasarkan data hasil inversi dengan menggunakan Software Res3dinv kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan software Rockwork maka diperoleh gambar 3- Dimensi Distribusi warna tersebut mereprentasikan penyebaran resistivitas tanah bawah permukaan Gambar 35 berikut ini menunjukkan penampang perspektif 3-Dimensi dengan distribusi resistivitas yang berbeda Berdasarkan tabel di atas didapatkan jenis-jenis tanah batuan bawah permukaan di daerah penelitian Tabel 33 Citra warna jenis-jenis tanah dan batu S S N N N N S S (a) (b) Gambar 35 Penampang perspektif 3-Dimensi Tahanan Jenis Bawah Permukaan Menurut gambar 35 yaitu berupa gambar 3- Dimensi di atas, pada arah sebelah barat memiliki nilai resistivitasnya yang tinggi sedangkan ke arah sebelah timur memilik nilai resistivitas yang rendah, ini merupakan tanah jenuh yang saturasi air tinggi Apabila tanah jenuh tidak mampu menahan tekanan air yang besar diperkirakan akan menyebabkan terjadinya longsor 35 Jenis-jenis Batuan Berdasarkan Citra Warna Sebaran harga resistivitas tanah bawah permukaan ditunjukkan oleh citra warna pada hasil pengolahan data Untuk mengetahui jenis-jenis lapisan tanah/batuan yang terdapat di bawah permukaan pada daerah tersebut, digunakan tabel 34 untuk mencocokkan harga resistivitas yang didapatkan dengan jenis batuan yang ada dan pencitraan warna kontur hasil pengolahan data Berdasarkan tabel warna dapat dilihat jenisjenis tanah batuan bawah permukaan di daerah penelitian Tabel 33 di atas menunjukkan jenis tanah dan kedalamannya yang ditentukan berdasarkan tahanan jenisnya dapat dilihat pada (tabel 34) di bawah ini Tabel 34 Tabel Jenis Tanah dan Kedalaman Hasil Penelitian No Kedalaman (m) Resistivitas (Ωm) Jenis tanah/batuan 1 0,70 2,20 8,8 201 Rongga udara, lanau pasiran, 2 2,20 3,94 8,8 201 Rongga udara, lanau pasiran 3 3,94 5,83 8,8 76,4 Lanau pasiran, 4 5,83 9,22 8,8 76,4 Lanau pasiran, 5 9,22 10,8 8,8 76,4 Lanau pasiran, 6 10,8 13,9 17,6 76,4 Lanau pasiran 7 13,9 17,4 17,6 124 Lanau pasiran 8 17,4 21,4 29,1 124 Lanau pasiran 9 21,4 26,0 29,1 124 Lanau pasiran Gambar 36 Hasil pengolahan data dengan menggunakan Software Res3dinv 35 Bidang Longsor Harga resistivitas mempunyai peranan penting dalam menentukan bidang longsor Bidang longsor umumnya memiliki ketebalan yang relatif tipis dibandingkan ketebalan lapisan batuan lain yang

ISBN No tidak mudah longsor dalam satu struktur lapisan bawah permukaan Lapisan bidang longsor memiliki nilai tahanan jenis yang sangat berbeda dengan lapisan lainnya yang tidak mudah longsor Perbedaan nilai resistivitas yang dimiliki bidang longsor menunjukkan suatu ketidak seragaman (anomali) dari suatu struktur lapisan bawah permukaan Berdasarkan penampang vertikal (hasil pengolahan Software Rockwork dan tabel tersebut, diketahui bahwa bidang rawan longsor terletak pada ke dalaman sekitar 2 meter sampai 15 meter karena terdapat rongga udara dan jenis tanahnya adalah tanah lempung, tanah lanau dan pasiran Nilai resistivitasnya lapisan 5,72 Ωm hingga 25,72 Ωm memiliki nilai yang cukup mencolok dengan lapisan di bawahnya Diperkirakan bidang longsor yaitu daerah yang ditunjukan oleh anak panah pada penampang perspektif vertikal (gambar 35) S Bidang Longsor Gambar 35 Perkiraan bidang longsor pada struktur bawah permukaan di area penelitian 36 Pembahasan Pada sub bab ini, akan dibahas mengenai distribusi resistivitas (tahanan jenis) dari hasil pengukuran geolistrik dengan konfigurasi pole-pole pada area penelitian Metode resistivitas ini adalah untuk mengetahui kondisi fisik lapisan bawah permukaan dengan melihat perbedaan sebaran nilai resistivitas Nilai resitivitas yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan software Res3dinv melalui proses inversi dengan metode kuadrat terkecil Proses inversi yang ada dalam software Res3dinv sebagaimana dijelaskan dalam bab 2 tentang software Res3dinv Dari hasil pengolahan data diperoleh sebaran nilai resistivitas bawah permukaan pada area penelitian berupa 4 (empat) penampang horizontal (gambar 31) dan 4 (empat) penampang vertikal (gambar 32) Nilai resistivitas bawah permukaan yang diperoleh berkisar antara 6,8 Ωm hingga 201 Ωm dengan error RMS 14,4%, yang merupakan harga persen kesalahan antara nilai resistivitas yang didapatkan melalui permodelan terhadap nilai resistivitas batuan di bawah permukaan yang sebenarnya Permodelan yang digunakan pada software Res3dinv ini berupa model bumi yang homogen yang berarti model bumi memiliki nilai resistivitas yang seragam Pada gambar 31 menunjukan bawah pada ketebalan 0,00 m sampai 2,00 m dan 2,00 m sampai 4,00 terdapat anomali yang tinggi 201 Ωm N dengan pencitraan warna merah, pada ketebalan ini diduga terdapat rongga udara dan juga dibawahnya terdapat anomali yang rendah 6,8 Ωm dengan pencitraan warna biru muda, diperkirakan sebagian rongga udara berisi air Gambar 33 pada kedalaman 1,40 m sampai 3,01 m terdapat anomali tinggi 201 Ωm dengan pencitraan warna merah, pada kedalaman ini diduga terdapat rongga Pada kedalaman 3,01 m sampai 4,86 m dan 4,86 m sampai 6,99 m terdapat anomali rendah 6,8 Ωm dengan pencitraan warna biru muda diduga bagian dari rongga itu diisi oleh air Maka dapat simpulkan bahwa di bawah permukaan pada area ini diperkirakan terdapat tanah jenuh Berdasarkan citra warna maka jenis tanah bawah permukaan pada area penelitian adalah tanah lempung dan tanah lanau pasiran Jenis tanah ini sangat mudah meloloskan air apabila saturasi air jenuh akan mengurangi kuat geser dari tanah dibawahnya dan ini merupakan bidang yang mudah longsor Dari hasil inversi software Res3dinv kemudian diolah dengan menggunakan software Rockwork untuk memperoleh gambar 3-Dimensi Dari hasil pengolahan dengan menggunakan software Rockwork juga diduga di bawah permukaan pada area penelitian terdapat tanah jenuh Pada ke dalaman sekitar 2 meter sampai 15 meter memiliki nilai resistivitasnya 5,72 Ωm hingga 25,72 Ωm memiliki nilai yang cukup mencolok dengan lapisan di bawahnya Gambar 33 (a) dan 33 (b) yang menunjukkan penampang 3-Dimensi terlihat distribusi citra warna antara sebelah barat menuju kesebelah timur semakin menurun Tanah jenuh ini dibawah permukaan yang dapat saturasi air yang tinggi dan tidak tembus kebagian tebing sedangkan air yang keluar berupa rembesan air yang keluar dari pori-pori tanah Dan lokasi tersebut berada sangat dekat dengan tebing longsoran diperkirakan pada saat tanah jenuh saturasi air maksimum dan tidak mampu menaham tekanan air Jika terjadi curah hujan yang tinggi struktur semacam ini tidak akan mampu menahan jumlah air yang besar dan tekanan air yang tinggi, maka akan diperkirakan akan terjadi longsor 4 Simpulan Berdasarkan analisa terhadap data yang diperoleh serta pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1 Survei geolistrik dengan menerapkan metode resistivitas 3-Dimensi dalam hal ini dapat menggambarkan penyebaran resistivitas bawah permukaan pada daerah rawan longsor 2 Terdapat bidang rawan longsor terletak pada ke dalaman sekitar 2 meter sampai 15 meter berupa tanah jenuh apabila saturasi air, jenis tanah di area penelitian ini adalah lempung dan lanau berpasir dengan nilai resistivitasnya lapisan 2,72 Ωm hingga 95, 72 Ωm, dan jenis tanah ini tidak kuat apabila saturasi air jenuh maka diperkirakan akan terjadi longsoran dengan arah menuju tebing 3 Upaya mitigasi yang harus dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti

ISBN No menghindari daerah yang dekat dengan bencana longsor dengan cara perencanaan tata ruang dan wilayah serta memberdayakan masyarakat dengan cara mengadakan penghijuan kembali daerah longsor serta pada daerah longsor jangan dijadikan daerah pertanian 5 Penghargaan Penghargaan dan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Dr Widya Utama, DEA dan Bapak Dwa Desa Warnana, MSi serta pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini 6 Daftar Pustaka Telford, WM, Geldart, LP (1976), Applied Geophysics, Cambridge University Press London Team Pustekom, (2007), Pengantar Pengetahuan Populer, Depdiknas, Jakarta Wayono, SC, (2004), Penentuan Bidang Gelincir Pada Daerah Rawan Longsor dengan Metode Geolistrik 2-D di Desa Lumbang Rejo, Prigen, Pasuruan, Jurusan Fisika, FMIPA, ITS William, EK and Stanislav, M, 1993 Applied Geophysics in Hydrogeological and Engineering Practice, Elsevier Science Publishers, Amsterdam-Netherland Djauhari Noor, (2006), Geologi Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta, Geotomo Software, Rapid 3D Resistivity & IP inversion using the least-squares method Geoelectrical Imaging 2D & 3D, 2007 Minden Heights, 11700 Gelugor, Penang, Malaysia Hendrajaya, Lilik, Arif, Idham (1990) Geolistrik Tahanan Jenis, Laboratoium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, FMIPA, ITB Imaida-Teixeira, ME, Fantechi R, Oliveira R and Coalho AG, 1991 Commission of the European Communities, Prevention and Control of Landslides and Other Mass Movements, Directorate General Science, Research and Development, Brussel ImamA Sadisun, Workshop Penanganan Bencana Gerakan Tanah, Pusat Departemen teknik Geologi ITB Loke, MH (2000), Electrical imaging survey for Environmental and Engineering Studies,Penang Loke, MH; Baker, RD (1996), Last-Squares Deconvolution of Apparent Restivity Pseudosections, Geophysics, Vol 60, No 6 pp1682-1690 Pangluar, D, D, Suroso, (1985) Petunjuk Penyelidikan dan Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Republik Indonesia Prayogo Singgih, (2003), Survei Resistivitas 3-D untuk Menentukan Tahanan Jenis Tanah Bawah Permukaan Daerah Rawan Longsor Di Desa Lumbang Rejo, Prigen, Jawa Timur, Tugas Akhir, ITS Surabaya Purbohadiwidjojo, (1965) di dalam Petunjuk Penyelidikan dan Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Republik Indonesia Roynolds JM, (1997), An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, John Wiley and sons Ltd, New York