BAB III ELABORASI TEMA

dokumen-dokumen yang mirip
Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kualitas daya listrik telah menjadi isu penting pada industri tenaga listrik sejak

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

LAPORAN AKHIR PENENTUAN STANDARISASI JUMLAH TITIK LAMPU PADA RUKO KAWASAN PT.MEGASURYA NUSALESTARI MANADO. : Orlando Sangi NIM :

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

BAB II LANDASAN TEORI

Metamerisme dan Iluminan Isi

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

Sunglasses kesehatan mata

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

Fisika Modern (Teori Atom)

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Bab 1 Besaran dan Pengukuran

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Pergerakan Matahari

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Rancang Bangun Armatur Cahaya Tanpa Eenergi Listrik

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

Astronomi di Luar Pengamatan

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

A. SISTEM UTILITAS Sinar Matahari

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Prioritas Daerah Kerja Sumber: Fordergemeinscaft Gutes Licht (2008, p.5), telah diolah kembali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Antiremed Kelas 12 Fisika

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

PENGUJIAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DI GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SILIWANGI DENGAN SIMULASI MENGGUNAKAN SOFTWARE DIALUX V.4.10

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1989

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

Pertanyaan Final (rebutan)

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

D. 0,87 A E. l A. Bila Y merupakan simpangan vertikal dari sebuah benda yang melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo A, maka :

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Transkripsi:

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya ialah, cahaya bergerak lurus ke semua arah. Cahaya juga dapat dipantulkan. Keadaan ini disebut sebagai pantulan cahaya. Cahaya terdiri dari partikel halus yang memancar ke semua arah dari sumbernya. Cahaya dipancarkan ke semua arah sebagai gelombang. Cahaya juga merupakan suatu gejala fisis. Ketika suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang elektro magnetik. Jadi, cahaya merupakan suatu gejala getaran. Gejalagejala getaran yang sejenis dengan cahaya adalah gelombang panas, gelombang radio, gelombang teleisi, gelombang radar, dan lain sebagainya. Letak perbedaan antara gelombang-gelombang ini adalah pada frekuensinya saja. 3.1.2. Teori Dasar Cahaya Cahaya hanya merupakan suatu bagian dari berbagai gelombang elektromagnetis. Gelombang tersebut memiliki panjang gelombang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetis. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut: 31

Pijar Dalam wujud padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000 K. intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik. Muatan Listrik Jika arus listrik dilewatkan melalui gas, maka atom dan molekul memancarkan radiasi di mana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada. Electro Luminescence Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semi konduktor atau bahan yang mengandung fosfor. Photoluminescence Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali sebagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence. Gambar 3.1. Gelombang Sinar Matahari Sumber: dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_19538.html 32

3.1.3. Istilah Umum tentang Cahaya Berikut ini adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan cahaya serta pengaplikasiannya: Lumen Satuan flux cahaya; flux dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (Lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata pengamat standar. 1 watt = 683 lumen pada panjang gelombang 555 nm. Efficacy Beban Terpasang Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum di dalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/w/m2. Indeks Ruang Merupakan perbanding yang berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya di antara tinggi bidang kerja dengan bidang titik lampu. Intensitas Cahaya dan Flux Satuan intensitas cahaya adalah candela (cd) juga dikenal dengan internasional candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya yang jatuh pada setiap meter persegi pada lingkaran dengan radius satu meter jika sumber cahayanya isotropik 1 candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. 33

Luminaire Satuan sahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu ke pasokan daya. Lux Merupakan satuan metrik cahaya pada suatu permukaan, cahaya ratarata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. Perbandingan Effifacy Beban Terpasang Merupakan perbandingan effifacy beban target dari beban terpasang. Suhu Ruang Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah penampakan warna lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya. Bayangkan sebuah balok baja yang dipanaskan secara terus-menerus hingga berpijar, awalnya berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga menjadi putih panas. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Suhu warna lampu membuat sumber cahaya akan tampak hangat, netral, atau sejuk. Umumnya makin rendah suhu, makin hangat sumber dan sebaliknya Tinggi Mounting Merupakan tinggi peralatan atau lampu di atas bidang kerja. 34

3.2. Pengertian Pencahayaan Alami Cahaya alami merupakan cahaya yang bersumber dari energi maupun material alam yang dapat kita peroleh melalui cahaya matahari, sinar bulan, cahaya api, maupun melalui mineral fosfor. Cahaya alami memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh cahaya buatan, antara lain: 1. Mencegah kelembaban berlebih dalam ruang 2. Menghemat energi 3. Memberi kehangatan dalam ruang (suhu kenyamanan ruang) 4. Sinar UV dapat membunuh kuman dalam ruang Cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruang dan memberikan penerangan yang cukup melalui bukaan-bukaan yang ada, misalnya melalui: 1. Jendela aktif (bisa dibuka) dan juga jendela pasif (pada bagian tertentu kadang menggunakan glass block) 2. Pintu 3. Void bangunan dan juga pada area yang tidak memungkinkan dipasang jendela, dapat juga menggunakan langi-langi yang transparan, biasanya disebut skylight. 3.3. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka, yang merupakan ukuran kinerja lubang 35

cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi: 1. Komponen langit (faktor langit-fl) Komponen pencahayaan yang berasal langsung dari cahaya langit 2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar-frl) Komponen pencahayaan berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan. 3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam-frd) Komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaanpermukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit. 3.4. Tingkat Kenyamanan Visual dalam Ruang Kenyamanan dalam sebuah ruangan harus memperhatikan faktor kenyamanan visual. Kenyamanan visual dipengaruhi oleh peletakan sumber cahaya. Kenyamanan visual sangat berhubungan dengan luminansi objek. Luminansi dapat dihubungkan dengan silau. Kenyamanan visual dapat diklasifikasikan menjadi empat tingkat, yaitu: 1. Tidak dapat dipersepsikan (inperceptible) Pada tingkat ini, mata belum dapat atau tidak dapat melakukan tugas visualnya karena luminansi dari sekeliling objek terlalu rendah sehingga mata tidak merasakan kekontrasan. 2. Kenyamanan visual yang dapat diterima (acceptable) Pada tingkat ini, mata sudah dapat merasakan atau menerima tingkat kenyamanan karena kekontrasan sesuai dengan daya akomodasi mata. Kondisi ini adalah kondisi yang paling baik. 36

3. Kondisi visual yang tidak nyaman (uncomfortable) Pada kondisi ini, mata menerima cahaya dengan luminansi yang cukup tinggi sehingga menyebabkan kekontrasan yang membuat mata lelah. 4. Gangguan visual yang tidak dapat ditolerir mata (intolerable) Pada kondisi ini, mata sama sekali tidak dapat menerima cahaya karena luminansi sekeliling objek yang terlalu tinggi. 3.5. Gangguan pencahayaan 1. Glare Glare atau silau merupakan faktor pengganggu penglihatan. Silau didefinisikan sebagai kondisi penglihatan di mana terjadi ketidaknyamanan ataupun pengurangan kemampuan melihat objek karena adanya ketidaksesuaian distribusi atau rentang iluminansi, maupun karena nilai kontras yang terlalu besar. Silau dapat terjadi karena radiasi langsung sumber cahaya ke mata maupun karena pantulan cahaya dari suatu permukaan ke mata yang dapat mengurangi kemampuan mata melakukan tugas visualnya. Besarnya sensasi silau dipengaruhi oleh besarnya sumber cahaya, posisi objek dan sudut pandang terhadap sumber cahaya serta luminansi latar belakang ruangan tersebut di mana mata telah beradaptasi. Menurut sumbernya, silau dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu silau langsung dan tidak langsung. Menurut efeknya, silau dibagi menjadi disability glare dan dicomfort glare. 2. Silau langsung Silau langsung disebabkan oleh luminansi yang besar dari sumber cahaya seperti lampu dan matahari. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya 37

kejelasan dalam melihat suatu objek. Silau langsung dapat dihindari dengan mengatur tata letak sumber cahaya terhadap sudut pandang mata. 3. Silau tidak langsung Silau tidak langsung disebabkan oleh pantulan dari suatu permukaan yang mengakibatkan berkurangnya kejelasan dalam melihat objek, silau tidak langsung biasanya terjadi pada permukaan mengkilat. Contohnya adalah pantulan dari monitor komputer. 4. Disability glare Disability glare yaitu silau yang menyebabkan ketidakmampuan melihat. Disability glare disebabkan oleh radiasi langsung dari sumber cahaya ke mata, maupun pantulan langsung. Gangguan ini dapat diatasi dengan mengatur distribusi intensitas cahaya terpusat menjadi difus, atau distribusi tidak langsung. 5. Discomfort glare Discomfort glare yaitu silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat. Discomfort glare dapat menurunkan kemapuan mata dalam melakukan tugas visualnya dan dapat menyebabkan kelelahan mata. Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi dapat pula terjadi setelah mata terpapar oleh sumber silau dalam jangka waktu yang lebih lama. 3.6. Studi Banding Tema 3.6.1. Detail Proyek Nama Proyek Pemilik Arsitek : Ben Franklin Elementary School, Kirkland WA : Lake Washington School District : Mahlum Architects 38

Teknisi : Stantec Gambar 3.2. Ben Franklin Elementary School Lama Perancangan : 2002-2004 Lama Pembangunan : 2004-2005 Luas Lahan : 57,000 SF Biaya : $10,000,000 3.6.2. Konsep Rancangan Gambar 3.3. Potongan Bangunan yang memperlihatkan konsep rancangan 39

Gambar 3.4. Potongan Bangunan yang memperlihatkan konsep rancangan Kedua gambar di atas menjelaskan bahwa konsep yang digunakan pada bangunan sekolah ini adalah mengoptimalkan pencahayaan alami siang hari pada ruang-ruang dengan cara: 1. Memasukkan langsung cahaya langit (indirect sunlight) pada ruangan melalui bukaan-bukaan berupa jendela. 2. Memasukkan cahaya matahari langsung (direct sunlight) dengan cara dipantulkan dahulu kepada suatu bidang pantul sebelum dimasukkan ke dalam ruangan. 3.6.3. Foto-foto Berikut akan diperlihatkan hasil dokumentasi foto bagaimana implikasi tema pada desain Ben Franklin Elementary: 40

Gambar 3.5. Break Room dan Perpustakaan Gambar 3.6. Sports Hall 41

Gambar 3.7. Sun Shading Gambar 3.8. Ruang Kelas dan Ruang Guru Gambar 3.9. Sketsa Tampak Bangunan 42

3.7. Metode yang Digunakan Berikut metode yang digunakan dalam menentukan kualitas pencahayaan alami pada ruang-ruang Sekolah Menengah Terpadu yang akan dirancang 1. Perhitungan nilai Faktor Langit Minimum (FLmin) pada Titik Ukur Utama/TUU (dan Titik Ukur Samping/TUS) - SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung, dengan tujuan untuk memperoleh dimensi bukaan. 2. Mensimulasikan ruang yang dianalisa dalam bentuk 3-d model dengan bantuan software ArchiCAD 15. 3. Uji Spektrum dengan bantuan software Ecotech Analysis yang nantinya akan memperlihatkan kualitas pencahayaan dalam ruang berdasarkan tingkatan yang dijelaskan seperti gambar di bawah. Kualitas pencahayaan alami ruangan sangat baik, tidak memerlukan bantuan lampu, namun perlu diperhatikan masalah silau dll. Ruangan cukup mendapat cahaya alami, namun penerangan buatan sewaktu-waktu diperlukan Ruangan tidak mendapat cahaya alami dengan baik, penerangan ruang harus dibantu pencahayaan buatan. Gambar 3.10. Spektrum Tingkat Kualitas Pencahayaan (Sumber: http://www.wikipedia.com/daylight_factor.html) 43

3.8. Studi Kasus Studi kasus dilakukan untuk mengetahui kualitas pencahayaan di suatu sekolah, terutama untuk mengetahui apakah ruang-ruang yang ada di sekolah tersebut masih memakai lampu di siang hari atau tidak. Selain itu, studi kasus ini dilakukan sebagai sarana untuk mencoba software Ecotect Analysis. Sekolah yang dipilih adalah SD dan SMP Alfa Centauri yang beralamat di jalan Palasari Bandung. Terdapat empat hal utama yang dilakukan terhadap sekolah yang dijadikan sebagai studi kasus ini, yaitu: 1. Dokumentasi, untuk mengetahui kondisi aktual dari setiap ruangruang yang ada di sekolah tersebut terutama dari segi kualitas penerangannya 2. Pengukuran, untuk mengetahui dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) ruang-ruang yang ada, serta untuk mengetahui luas dan posisi bukaan (pintu dan jendela) di setiap ruang. 3. Pemodelan ulang, yaitu membuat ulang model 3-D secara skematik berdasarkan hasil pengukuran. Berikut merupakan hasil dari pemodelan beserta beberapa foto dokumentasi: Gambar 3.11. Model 3-D Skematik dan Dokumentasi SD dan SMP Alfa Centauri (Sumber: Dokumen Pribadi) 44

4. Pengetesan dengan software, yaitu meng-import model 3-D ke dalam Ecotect Analysis untuk dilakukan analisis pencahayaan alami dengan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis pencahayaan alami yang dilakukan, terlihat dengan jelas bahwa untuk penerangan ruang di SD dan SMP Alfa Centauri ternyata masih memerlukan bantuan lampu pada waktu siang hari. Dengan kata lain, kualitas pencahayaan alami di sekolah tersebut tidak baik. Gambar 3.12. Hasil Uji Spektrum yang Memperlihatkan Kualitas Pencahayaan Alami di SD dan SMP Alfa Centauri (Sumber: Dokumen Pribadi) 45