BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan. Barat Tahun 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI JAWA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016


INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2016

SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Selatan 2016


INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BERITA RESMI STATISTIK

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

RELAWAN PENGAWAS PEMILU

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015

Partnership Governance Index

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2014

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Korupsi Pemilu Legislatif 2014 Pemantauan Atas Politik Uang, Politisasi Birokrasi dan Penggunaan Sumber Daya Negara Dalam Pemilu 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI TENGAH 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI BARAT 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA


Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULTRA 2014

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

dikatakan baik jika indeks di atas 80, dikatakan sedang jika indeksnya antara 60 80, dan dikatakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Adapun dasar usulan tersebut adalah bahwa pencetakan Surat Suara DPRD Kabupaten/Kota waktunya relatif singkat, jumlah oplaagnya untuk setiap Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

ASOSIASI PEMERINTAH DAERAH

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Tahap Penetapan Hasil. Pemungutan Suara. Kampanye. Tahap Jelang Pemungutan Dan Penghitungan Suara. Tahap Pencalonan. Tahap Pendaftaran Pemilih

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

EVALUASI PEMILU 2014 DI SUMATERA UTARA 1. Muryanto Amin 2

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI SUMSEL 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Oleh Ivanovich Agusta. PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah

PROF. DR. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Transkripsi:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015 Jakarta, 1 September 2015 PENGANTAR Pemilu merupakan sarana pelaksanaan demokrasi prosedural yang diatur oleh UU. Pasca pengesahan UU UU No. 8 Tahun 2015 tentang pilkada, pelaksanaan pilkada akan dilakukan serentak; serentak pertama Desember 2015; serentak kedua Februari 2017; serentak ketiga Juni 2018. Pada tahun 2015 ini akan ada pelaksanaan pilkada serentak di 269 kab./kota dan 9 provinsi. Pelaksanaan pilkada serentak untuk yang pertama kali membutuhkan konsentrasi yang bersamaaan pada waktu yang sama pula. Penyelenggara Pemilu, baik KPU maupun Bawaslu terutama di provinsi dan kabupaten/kota harus menyiapkan segala kebutuhan agar proses Pilkada berlangsung secara jujur, adil, dan transparan. Dalam konteks pengawasan, Bawaslu perlu mengidentifikasi sejumlah kerawanan dan pelanggaran yang berulang terjadi berdasar pengalaman pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2014 dan juga Pilkada sebelumnya. Identifikasi sejumlah potensi kerawanan ini juga diperlukan untuk memetakan strategi pengawasan yang berorientasi pencegahan dan juga penemuan pelanggaran yang sangat mungkin terjadi dalam pelaksanaan pilkada. Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945 menentukan enam ukuran pemilu demokratis: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Berbagai UU pemilu kemudian menambah dua kriteria lagi untuk lebih memastikan bahwa pelaksanaan pemilu berkualitas, yaitu dengan mendorong transparansi dan akuntabilitas proses dan hasil. IKP 2015 memotret beberapa aspek yang dianggap paling rawan dan potensial memunculkan pelanggaran dalam pilkada 2015.

Penjelasan Tekhnis IKP 2015 Tujuan dari dilaksanakannya IKP 2015 ini adalah untuk memetakan dan memberi skor kerawanan daerah menjelang pelaksanaan pilkada serentak pertama, Desember 2015. Indeks dipakai sebagai alat baca untuk melakukan pemetaan terhadap daerah yang akan melaksanakan Pilkada dengan beberapa indikator yang disepakati untuk dijadikan alat ukur. Diharapkan IKP ini menjadi semacam pengasan preventif atau pengingat dini (early warning) pada semua pihak terutama pengawas untuk memetakan daerah yang rawan dalam pelaksanaan Pilkada serentak 2015. Memang, mengukur potensi kerawananan Pilkada hanya dengan 5 aspek tidak akan menjawab semua masalah. Paling tidak penggunaan cara indeks untuk memetakan kerawanan Pilkada serentak nanti bisa dijadikan sebagai alat dan tradisi baru yang bisa dilakukan Bawaslu dalam memetakan kerawanan Pilkada. Kedepan, indeks kerawanan pemilu bisa terus dikembangkan dengan varian aspek, variable, dan indikator yang lebih beragam lagi dan persiapan yang lebih matang. Beberapa tantangan dalam pengolahan IKP 2015 adalah sebagai berikut: 1. Sumber data yang sebagian besar ada di Panwas kab./kota sebagian sulit didapatkan karena saat penggalian data dilakukan (Mei-Juli 2015) panwas belum terbentuk karena bersifat adhoc. 2. Sebaran daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada serentak di tahun 2015 bervariasi di setiap provinsinya. Akibatnya ada provinsi dengan jumlah daerah Pilkada sangat sedikit dan ada yang banyak. Dan ini berkorelasi dengan data yang masuk. 3. Beberapa isu penting yang berpotensi menjadi peta kerawanan Pilkada tidak dimasukkan sebagai aspek yang diindeks karena kesulitan dalam mencari data. Misalnya aspek pencalonan, mobilisasi birokrasi, dll. Metode dan Sumber Data Metode penggalian data yang akan dilakukan untuk menyusun IKP 2015 adalah: 1. Diskusi terfokus/focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama Bawaslu provinsi dan pihak terkait. 2. Review hasil pengawasan. 3. Review data terkait isu indeks. Sumber Data: Sumber data yang akan diambil untuk penyusunan IKP 2015 adalah: 1. Hasil Pengawasan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwas Kab./Kota. 2. Data BPS. 3. Data Podes.

4. Data KPU. 5. Data DKPP. Variabel, Indikator, dan Pembobotan Variabel dan indikator IKP 2015 ini dirumuskan bersama antara Bawaslu RI dan Bawaslu provinsi. Karena kebutuhan indeks berkorelasi langsung dengan ketersediaan data, maka variabel dan indikator ditentukan brdasarkaan ketersediaan data. Variabel dan indikator yang dinilai dalam IKP 2015 ini adalah sebagai berikut: 1. Profesionalitas Penyelenggara Salah satu hal penting dalam penyelenggaraan Pemilu adalah independensi dan netralitas penyelenggara (KPU) yang harus dijaga. Para penyelenggara ini yang menjadi salah satu kunci keberhasilan Pemilu. Untuk memastikan potensi kerawanan dari sisi netralitas penyelenggara Pemilu, IKP akan memotret beberapa indikator pendukung, diantaranya: Ketersediaan anggaran Pilkada, netralitas penyelenggara, kualitas daftar pemilih tetap (DPT), serta kemuadahan akses informasi. Keempat hal ini dianggap penting untuk membuktikan apakah profesionalitas penyelenggara benar-benar ada dan memetakan kerawanan di Pilkada yang akan datang. 2. Politik Uang Politik uang merupakan salah satu hal yang paling ditakuti sekaligus dilakukan oleh peserta Pemilu. Ditakuti karena praktik ini adalah praktik jahat dan dilakukan oleh mereka yang tidak mau repot dalam mendulang suara. Pileg 2014 lalu dianggap sebagian pihak sebagai Pemilu yang paling meriah praktik politik uangnya. Oleh karenanya, politik uang diperkirakan akan tetap marak dan menjadi salah satu kerawanaan dalam Pilkada. Diantara indikator yang akan dicek di aspek ini adalah: angka kemiskinan suatu daerah, anggaran bansos dalam APBD, dan juga anggaran Iklan pencitraan. 3. Akses Pengawasan Tantangan pengawasan juga bisa datang dari luar teknis penyelenggaran, misalnya kondisi geografis daerah yang berat. Kondisi ini akan dijadikan basis pemetaan kerawanan Pemilu dari sisi: kondisi geografis daerah, fasilitas listrik, fasilitas alat komunikasi, dan juga akses jalan. Dengan pemetaan potensi daerah yang secara geografis berat kondisinya dalam Pilkada diharapkan dapat menyelesaikan persoalan distribusi logistik dan juga memudahkan pelaporan pelanggaran bagi pengawas. 4. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah salah satu kunci atas kredibilitas pelaksanaan penyelenggaraan pemilu. Masyarakat pemilih adalah subyek dalam proses pemilu dan bukan merupakan obyek semata. Partisipasi pemilih di suatu daerah menjadi salah satu

indikator untuk menilai kualitas partisipasi masyarakat. Dalam Pileg 2014 lalu, KPU menggerakkan relawan demokrasi untuk membantu melakukan sosialisasi Pemilu. Bawaslu sendiri merekrut relawan pengawas yang tergabung dalam Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (GSRPP). Banyaknya relawan di suatu daerah akan menjadi salah satu ukuran untuk menilai bahwa Pilkada di daerah tersebut akan rawan atau tidak dari sisi keterlibatan masyarakat dalam pengawasan. Keberadaan pemantau pemilu di suatu daerah juga menjadi indikator untuk menilai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pilkada. 5. Keamanan Daerah Keamanan daerah menjadi penting dipetakan dalam melihat potensi kekerasan dalam Pilkada. Di beberapa daerah, ketika pelaksanaan Pilpres dan Pileg tidak terjadi kekerasan yang berkaitan dengan pemilu tetapi ketika pelaksanaan Pilkada malahan terjadi kekerasan. Memetakan daerah yang mempunyai sejarah kekerasan dalam Pilkada menjadi penting sebagai salah satu cara mengantisipasi hal itu terjadi lagi. Dalam pembobotan IKP 2015, profesionalitas penyelenggara menjadi aspek dengan bobot nilai paling tinggi (30); politik uang (20); akses pengawasan (15); partisipasi masyarakat (20), dan keamanan daerah (15). Pembobotan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan aspek paling penting dengan dukungan sumber data yang memadahi. Variabel dan Indikator dalam IKP 2015 No Aspek Variabel Jumlah Indikator 1 Profesionalitas Ketersediaan Dana 10 Penyelenggara Netralitas Penyelenggara Kualitas DPT Kemudahan Akses Informasi 2 Politik Uang Angka Kemiskinan 6 Alokasi Bansos/Iklan Pencitraan Laporan Politik Uang dalam Pileg dan Pilpres 3 Akses Kondisi Geografis Pengawasan Fasilitas Listrik Fasilitas alat komunikasi 4

Akses transportasi 4 Partisipasi Partisipasi Masyarakat dalam Pileg dan Pilpres Masyarakat 2014 8 Jumlah relawan demokrasi dan GSRPP Pemantau di daerah 5 Keamanan Intimidasi ke penyelenggara Daerah Kejadian kekerasan dalam Pileg dan Pilpres 2014 Pembobotan IKP 2015 adalah sebagai berikut: 2

TEMUAN INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015 Dari lima aspek yang dinilai dalam IKP 2015 ini secara nasional diperoleh data sebagai berikut: DATA IKP 2015 UNTUK 5 ASPEK DI SETIAP PROVINSI Sumatera Utara

Sumatera Barat Sumatera Selatan

Bali

Banten Bengkulu

DIY Gorontalo

Jambi Jawa Barat

Jawa Tengah Jawa Timur

Kalimantan Barat Kalimantann Selatan

Kalimantan Tengah Kalimantan Timur

Kalimantan Utara Bangka Belitung

Kepulauan Riau Lampung

Maluku Maluku Utara

NTB NTT

Papua Papua Barat

Riau Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah

Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara

Dari 5 aspek yang dinilai dalam IKP 2015, perbandingan setiap provinsinya adalah sebagai berikut: 1. Profesionalitas Penyelenggara (KPU) Salah satu kunci untuk perhelatan pilkada yang sukses adalah ketersediaan anggaran pelaksanaannya. Oleh karenanya tidak mengherankan ketika awal persiapan Pilkada serentak kemarin, masalah alokasi dana menjadi salah satu isu penting yang mengemuka. Di beberapa daerah, Pemda sangat responsif dan cepat dalam memastikan ketersediaan dana pelaksanaan pilkada tetapi di daerah lain ada yang juga yang membutuhkan energi ekstra untuk mendapatkan dana tersebut. Kualitas dan akurasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) juga menjadi faktor untuk menilai kualitas DPT penyelenggara. DPT yang baik memastikan setiap warga negara yang mempunyai hak pilih tercatat sebagai pemilih dan tidak terdapat banyak pemilih yang tak terdaftar, pemilih ganda, serta pemilih fiktif di dalamnya.

Hal lain yang bisa dipakai untuk mengukur kualitas penyelenggara pemilu (KPU) adalah bagaimana KPU menyediakan akses informasi kepada publik. Salah satu indikator bahwa penyelenggara sudah terbuka dengan publik adalah ketika diminta informasi bisa dengan mudah dihubungi, dan salah satunya dengan cara menyediakan website yang bisa dibuka oleh siapapun dan kapanpun. Berikut data ketersediaan informasi seputar DPT dan hasil pemilu 2014 dalam website KPU kabupaten dan provinsi se Indonesia:

Hasil IKP 2015 untuk aspek profesionalitas penyelenggara di tingkat nasional adalah sebagai berikut: 2. Politik Uang Salah satu tantangan penyelenggaraan Pilkada yang jujur, adil, dan transparan adalah meminimalisir terjadinya politik uang atau jual beli suara. Praktik politik uang bisa dikemas dengan beragam modus. Pada pelaksanaan Pilkada, kedekatan figur calon kepala daerah yang berdekatan dengan pemilih langsung membuat kemungkinan politik uang juga semakin massif dalam pilkada. Faktor banyaknya jumlah penduduk miskin suatu daerah menjadi salah satu hal yang dilihat dalam memetakan potensi kerawanan pemilih yang bisa menjadi target politik uang.

Hasil IKP 2015 untuk kategori aspek politik uang dalam IKP 2015 di tingkat nasional adalah sebagai berikut: 3. Akses Pengawasan Akses pengawasan mejdi salah satu aspek yang dinilai dalam IKP 2015 dengan salah satu tujuannya ialah untuk melihat potensi kerawanan dalam pelaksanaan pilkada dari sisi geografis dan fasilitas penunjang lainnya. Hal ini dilakukan karena selama ini baik KPU maupun pengawas di beberapa daerah terkadang masih terkendala dengan hal tersebut dalam upaya mewujudkan pemilu yang jujur, adil, efisien. Pemetaan daerah ini akan menjadi salah satu modal bagi pengawas untuk menjawab tantangan geografis dalam melakukan pengawasan.

Hasil IKP 2015 untuk kategori aspek politik uang dalam IKP 2015 di tingkat nasional adalah sebagai berikut: 4. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat dijadikan salah satu aspek yang dilihat dalam IKP 2015 ini untuk memastikan bahwa masyarakat memang menjadi subyek dan aktif dalam proses pemilu. Tingginya angka paratisipasi pemilih dalam Pileg dan Pilpres 2014 merupakan hal baik yang harus tetap dipertahankan. Pada sisi lain gerakan untuk tetap mengajak masyarakat pemilih mau ikut mengawasi, melaporkan kecurangan, dan juga menjadi pemantau dalam Pilkada menjadi sangat penting sebagai media penguat kualitas demokrasi. Posisi relawan demokrasi yang dimiliki KPU dan relawan pengawas (GSRPP) yang dimiliki Bawaslu merupkan energi tambahan yang luar biasa dalam menyukseskan pemilu. Namun demikian, dalam proses Pilkada, karena situasi politiknya sangat dekat antara kandidat kepala daerah dan pemilih, bisa jadi banyaknya relawan memunculkan ancaman lain yaitu jaminan independensinya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena relawan pemantau bisa juga disusupi relawan dari tim sukses yang pastinya mempunyai orientasi dan tujuan lain dalam melakukan pengawasan.

Hasil IKP 2015 untuk kategori aspek partisipasi pemilih dalam IKP 2015 di tingkat nasional adalah sebagai berikut: 5. Keamanan Daerah Kondisi dan keamanan daerah tak bisa dianggap remeh sebagai salah satu faktor yanag menjamin terlaksananya Pilkada jujur, adil, dan aman. Tanpa jaminan keamanan yang baik dimungkinkan terjadinya ancaman atas pelaksanaan pemilu yang baik. Oleh karenannya aspek keamanan daerah berdasar pengalaman pileg dan pilpres 2014 menjadi penting. Dalam banyak kasus, situasi daerah bisa sangat aman saat pilpres tetapi tidak aman atau rawan di saat pilkada. Hal ini sangat mungkin terjadi karena dekatnya kepentingan pemilih dengan kandidat dan juga dinamika politik lokal yang sangat tinggi.

Hasil IKP 2015 untuk kategori aspek kondisi keamanan daerah dalam IKP 2015 di tingkat nasional adalah sebagai berikut: INDEKS PERBANDINGAN IKP 2015 DI MASING-MASING PROVINSI Bali

Sumatera Utara Sumatera Selatan

Banten Sumatera Barat

Bengkulu DIY

Gorontalo Jambi

Jawa Barat Jawa Tengah

Jawa Timur

Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

Kalimantan Utara Bangka Belitung Kepulauan Riau

Lampung Maluku

Maluku Utara NTB

NTT Papua

Papua Barat

Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan

Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara

CATATAN AKHIR Dari beberapa skor diatas, ada beberapa catatan akhir yang bisa dijadikan sebagai pegangan dalam memetakan kerawanan pelaksanaan pilkada serentak: 1. Variasi penyediaan anggaran yang berbeda-beda membuat persiapan awal Pilkada serentak agak gaduh. Tidak ada standard biaya umum yang setara membuat setiap daerah mempunyai cara sendiri menentukan biaya pilkada. Di beberapa daerah, jika calon petahana maju biasanya alokasi dana pelaksanaan Pilkada tinggi. Di beberapa daerah, alokasi pengawas bahkan terlambat disetujui. 2. DPT Pilkada punya potensi tak sevalid DPT Pileg Pilpres karena migrasi pemilih dan juga kebijakan lokal masing-masing daerah yang bisa jadi menambah atau mengurangi pemilih. Perlu pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin validitas DPT. Jangan sampai kualitas DPT pilkada lebih buruk dibandingkan dengan kualitas DPT Pileg dan Pilpres 2014. 3. Netralitas penyelenggara (KPUD) harus benar-benar diawasi dalam pilkada. Daerah yang terdapat calon petahana sebanyak 222 maju kembali sebagai calon kepala daerah harus diawasi ekstra karena akan sangat rawan menggunakan fasilitas negara dan memobilisasi birokrasi untuk mendulang suara maksimal dalam Pilkada.

4. Sebaran politik uang akan masih sangat mungkin terjadi di sebagian besar daerah. Diperbolehkannya pemberian ke pemilih dengan nilai maksimal Rp 25.000,- menjadi pemicu terjadinya politik uang dengan modus lain, misalnya dengan menghargai setiap materi pemberian kampanye senilai Rp. 25.000,- meskipun nilai sebenarnya diatas itu serta kemungkinan modus lain yang sangat bervariasi di setiap daerah. 5. Faktor geografis, akses informasi, ketersediaan listrik dan transportasi akan sangat membantu proses pelaksanaaan Pilkada, demikian juga dengan proses pengawasan karena pengawas butuh kecepatan dalam memberikan laporan dan percepatan dalam melakukan penindakan bagi Bawaslu. 6. Partisipasi pemilih masih perlu mendapatkan perhatian karena meskipun turn out pemilih tinggi dalam Pileg dan Pilpres 2014, partisipasi masyarakat untuk ikut mengawasai dan terlibat sosialisasi masih minim. Banyaknya jumlah relawan masih tak berkesesuaian jika dibandingkan dengan banyaknya temuan yang disampaikan ke Bawaslu. 7. Dalam konteks Pilkada, keberadaan relawan yang banyak diproses Pilkada harus juga dipahami sebagai salah satu potensi kerawanan jika relawan tersebut dimanfaatkan sebagai tim sukses yang disisipkan menjadi relawan. Netralitas dan independensi relawan pengawas harus juga diawasi. 8. Faktor keamanan menjadi penting untuk dipastikan karena beberapa daerah bisa sangat rawan terkait keamanan saat pilkada nanti. Dinamika politik lokal bisa lebih dinamis, daerah yang dalam Pileg dan Pilpres 2014 aman bisa jadi menjadi tidak aman dalam Pilkada karena panasnya politik lokal. 9. Selain 5 aspek yang dalam IKP 2015, masih banyak faktor/aspek yang bisa membuat kerawanan pilkada, misalnya pencalonan, mobilisasi birokrasi, dll. ooooooo