KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

dokumen-dokumen yang mirip
Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN KAJIAN UNJUK KERJA KELISTRIKAN ARESTER PORSELEN DAN ARESTER POLIMER PADA SISTEM TEGANGAN 20 KV

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

1. BAB I PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Petir di Gedung Rumah Sakit Permata Hijau dengan Metode Konvensional dan Elektrostatis

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

Vol.3 No1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. :Mahasiswa dapat memahami gambaran umum perkuliahan Teknik Tegangan Tinggi yang akan diikutinya secara keseluruhan

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

BAB II BUSUR API LISTRIK

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses Pembuatan varistor meliputi preparasi, pembentukan atau pencetakan,

Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendistribusikan energi listrik tersebut. Hal ini tentunya akan

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat

BAB III LIGHTNING ARRESTER

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA NAMA : AYU PUSPITASARI NIM : 0910633003 PROGRAM STUDI : TEKNIK ENERGI ELEKTRIK JUDUL SKRIPSI : RANCANG BANGUN PERALATAN PROTEKSI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM SATU FASA TERHADAP BAHAYA SURJA PETIR MENGGUNAKAN PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) TELAH DI-REVIEW DAN DISETUJUI ISINYA OLEH: Pembimbing I Pembimbing II Moch. Dhofir, Drs., Ir., MT. NIP. 19600701 199002 1 001 Harry Soekotjo D., Dr., Ir., M.Sc. NIP. 19490309 198602 1 001

RANCANG BANGUN PERALATAN PROTEKSI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM SATU FASA TERHADAP BAHAYA SURJA PETIR MENGGUNAKAN PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun oleh: AYU PUSPITASARI NIM. 0910633003-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014

RANCANG BANGUN PERALATAN PROTEKSI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM SATU FASA TERHADAP BAHAYA SURJA PETIR MENGGUNAKAN PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) Ayu Puspitasari¹, Moch. Dhofir.², Harry Soekotjo Dahlan³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya E-mail: ayupuspitasari697@yahoo.com Abstrak- Penelitian ini menguraikan tentang rancang bangun peralatan proteksi lampu penerangan jalan umum satu fasa terhadap bahaya surja petir menggunakan PCB (Printed Circuit Board). Arester ini dapat digunakan pada kategori I yang memiliki ketahanan terhadap tegangan impuls sebesar 1,5 kv. Pada peralatan listrik tegangan rendah dapat diamankan dengan menggunakan arester berupa susunan elektroda sela udara yang terbuat dari PCB karena mudah dalam rekayasa dan murah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah perencanaan arester yang meliputi bentuk geometri elektroda, perubahan jarak sela dan perbesaran dimensi elektroda (panjang sela). Selanjutnya pengujian ketahanan arester terhadap tegangan AC dan analisis v-t Curve serta analisis probabilitas tembus arester hasil perancangan. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa perbesaran jarak sela dan panjang sela dapat memotong tegangan impuls sebesar 1,5 kv sesaat sebelum puncak impuls dengan jarak sela 0,3 mm dan panjang sela 20 mm. Semakin tinggi tegangan impuls yang terpotong, maka akan semakin cepat pula waktu potongnya dan didapatkan kepastian tembus lebih dari 95% yaitu sebesar 1,5 kv. Kata Kunci- Tegangan impuls, arester sela udara, Probabilitas tembus, v-t Curve. I. PENDAHULUAN Di masa sekarang ini kebutuhan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi. Penggunaan peralatan elektronik dan sistem teknologi informasi di bidang perdagangan, industri bahkan rumah tangga terus meningkat. Peralatan ini mempunyai sensitivitas tinggi terhadap tegangan lebih karena dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada peralatan listrik. Indonesia memiliki tingkat curah hujan dan jumlah hari guruh yang tinggi yaitu pada tahun 2013 terjadi hari guruh sebesar 90 200 hari dengan kerapatan petir sebesar 12 sambaran/km 2. Dari kasus ini menunjukkan bahwa ancaman kerusakan akibat tegangan lebih menjadi lebih besar. Petir dapat menimbulkan surja yang dapat membahayakan peralatan listrik seperti lampu penerangan jalan umum (PJU) yang berada dalam zona elektromagnetik nol dimana bahaya medan elektromagnetik paling tinggi. Surja ini bisa masuk ke lampu melalui mekanisme kopling, yaitu kopling konduktif, kopling induktif, dan kopling kapasitif. Keberadaan alat pelindung terhadap tegangan lebih surja petir telah menjadi suatu keharusan. Menurut standar DIN VDE 0110/IEC Publ.664, peralatan listrik tegangan dibagi kedalam empat kategori berdasarkan tingkat (level) ketahanan terhadap tegangan impuls. Peralatan kategori IV memiliki ketahanan impuls hingga 6 kv. Kategori III memiliki ketahanan impuls hingga 4 kv. Kategori II memiliki ketahanan impuls hingga 2,5 kv. Kategori I memiliki ketahanan impuls hingga 1,5 kv. Oleh karena itu, peralatan proteksi yang digunakan harus mampu memotong setiap tegangan lebih hingga kurang dari tegangan ketahanan pada masing-masing kategori tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proteksi Fungsi proteksi adalah untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi. Macammacam proteksi ada dua yaitu, proteksi internal dan proteksi eksternal. B. Petir Suatu fenomena alam yang merupakan pelepasan muatan elektrostatis,dimana muncul berupa kilatan cahaya dan beberapa saat disusul oleh suara yang menggelegar. C. Parameter petir Ada empat parameter petir, yaitu arus puncak petir akan menimbulkan kenaikan tegangan di titik pembumian, muatan dari petir akan mengakibatkan peleburan pada permukaan finial yang tersambar langsung oleh petir, turunan arus terhadap waktu menghasilkan tegangan induksi pada setiap loop, dan yang terakhir parameter energi spesifik akan menimbulkan pemanasan dan efek elektromagnetik pada penghantar yang dilewatinya. D. Surja Petir Adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh sambaran petir. Tegangan lebih tersebut dapat merusak peralatan isolasi serta komponen-komponen dalam sistem tenaga listrik. Jika tingkat tegangan melebihi BIL (Basic 1

Insulation Level) peralatan isolasi serta komponen sistem tenaga listrik yang dipakai akan rusak. E. Arester Sela Udara Arester sela udara adalah salah satu komponen pelindung surja. Udara termasuk isolasi jenis gas yang banyak digunakan untuk mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi. Bahan isolasi gas merupakan bahan isolasi yang banyak digunakan karena udara pada keadaan normal merupakan isolator yang sempurna dan juga murah, mudah, sederhana dan mampu memulihkan keadaan sendiri setelah suatu kegagalan. F. Arester PCB (Printed Circuit Board) Gambar 1 Arester PCB Arester PCB (Printed Circuit Board) merupakan salah satu inovasi dari arester sela udara dan komponen pelindung surja yang digunakan pada system tegangan rendah. PCB (Printed Circuit Board) umumnya digunakan untuk komponenkomponen elektronika tetapi juga dapat menjadi suatu alat proteksi tegangan lebih. Adapun arester PCB hasil perancangan terlihat pada Gambar 1. G. Karakteristik Tegangan Arester Arester bekerja berdasarkan tegangan yaitu bila tegangan impuls pada terminal melampaui teraan impulsnya maka arester akan bekerja dengan memotong tegangan lebih tersebut (Mansuri, 2009 : 9). Karakteristik tegangan potong arester merupakan kombinasi dua variabel yaitu tegangan potong dan waktu potong yang akan menghasilkan karakteristik v-t dari arester. Karakteristik v-t arester sangat berguna sebagai dasar koordinasi isolasi. H. Pemotongan Tegangan Lebih Gambar 2 Lengkung volt-waktu Sumber : Arismunandar, 1983 : 115 Jika ada surja petir datang ke sebuah peralatan, dapat digambarkan gelombangnya menyerupai karakteristik A pada Gambar 2. Surja yang datang ke peralatan sebagai gelombang curam yang terpotong pada mukanya (karakteristik B) atau sebagai gelombang curam yang terpotong pada ekornya ( karakteritik C) atau surja yang datang dapat berbentuk gelombang penuh (karakteristik D). Arester yang ideal adalah arester yang selalu mampu memotong setiap tegangan lebih di bagian muka dan tingkat pemotongan tegangannya selalu sama. I. Karakteristik volt-waktu (v-t Curve) Karakteristik v-t merupakan lengkung yang menghubungkan puncak-puncak tegangan potong sejumlah impuls dengan bentuk tertentu diterapkan pada isolasi dengan kata lain karakteristik v-t adalah tempat kedudukan titik-titik dengan koordinat (t potong, V potong ). J. Tegangan Tinggi Impuls Tegangan impuls diperlukan dalam pengujian tegangan tinggi untuk mensimulasi terpaan akibat tegangan lebih dalam dan luar serta untuk meneliti mekanisme tembus. Untuk keperluan pengujian di laboratorium, maka tegangan tinggi impuls menggunakan tegangan impuls eksponensial ganda jenis impuls petir dengan karakteristik 1,2/50 μs yang berarti besar waktu dahi T s = 1,2 μs dan waktu paruh punggung T r = 50 μs seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Û 0,9 Û dahi 0,5 Û 0,3 Û 0 A T s B S Tr punggung Gambar 3 Parameter tegangan impuls surja petir Sumber : Kind, 1993 : 34 K. Pengaruh Bentuk Geometri Terhadap Tegangan Tembus Pengaruh bentuk geometri elektroda atau homogenitas medan yang direpresentasikan dalam faktor efisiensi medan terhadap tingkat tegangan tembus, oleh Kind dinyatakan pada persamaan : U d = E d x s x ɳ (2.1) = u(t) Erata rata (2.2) E maksimum U E d rata-rata = (2.3) s dengan: C t 2

:efisiensi medan listrik pada susunan elektroda E :kuat medan listrik rata-rata (kv/cm) rata rata E :kuat medan listrik lokal tertinggi maksimum (kv/cm) U :tegangan tembus pada susunan s E d d elektroda :jarak sela antar elektroda (cm) : kuat medan listrik yang menyebabkan terjadinya tembus (kv/cm) L. Hukum Perbesaran (Enlargement Law) Hukum perbesaran ini mengatakan bahwa reduksi tegangan tembus terjadi ketika sistem isolasi diperbesar (bertambah) dimensinya, yang juga dapat diinterpretasikan sebagai peningkatan jumlah elemen yang mengalami tekanan listrik dalam paralel seperti ditunjukkan pada Gambar 4. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Pada arester ini, variabel yang akan diamati adalah perubahan jarak sela dan perbesaran panjang sela untuk melihat pengaruh tegangan tembusnya. B. Penarikan Kesimpulan Adapun diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 5. Mulai Studi Literatur Rancang Bangun Arester Pengujian Alat Pengujian Sesuai? TIDAK YA Kesimpulan dan Saran Gambar 4 Representasi perbesaran dimensi elektroda Sumber : Hauschild,W., 1992 : 260 M. Penentuan Nilai Probabilitas dan Distribusi Normal (Gauss) Fungsi kerapatan probabilitas dari variabel acak menjelaskan frekuensi yang relatif pada nilai yang berbeda terhadap variabel acak. Fungsi kerapatan probabilitas pada distribusi Normal diberikan pada Persamaan (2.4) (Lovric, 789,1738). dengan: : Nilai data : Nilai rata-rata dari seluruh data : Nilai deviasi standar seluruh data Sedangkan untuk mencari nilai mean atau rata-rata dan deviasi standar dari data-data tersebut adalah (Lovric, 789,1739): dengan: : frekuensi data : nilai data : jumlah keseluruhan data : nilai data pada urutan ke-i Selesai Gambar 5 Diagram alir penelitian IV. PEMBAHASAN DAN HASIL A. Perkiraan Tegangan Tembus pada Elektroda Sela Udara Besarnya tegangan tembus, bergantung pada nilai faktor efisiensi, kuat medan, serta jarak sela. Kekuatan dielektrik udara pada impuls sebesar 41 kv/cm atau 4,1 kv/mm. maka perkiraan jarak sela untuk setiap perbesaran panjang sela sebagai berikut. U d = Ed x s x ɳ 1,5 = 4,1 x s x 1 1,5 = 4,1 x s (2.4) s = 1,5 (2.12) 4,1 s = 0,37 mm B. Penentuan Karakteristik v-t Hasil Pengujian Hasil pengujian penentuan karakteristik arester dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data hasil pengujian (2.5) Panjang Jarak Teg. 2 NO Sela Sela (mm) (mm) (2.6) 1 10 2 15 0,1 0,95 100 0,2 0,97 113 0,3 1.13 114 0,1 1,05 114 0,2 1,12 111 0,3 1,21 116 3

Pada Tabel 1 dapat dibuat grafik hubungan antara tegangan potong dan jarak sela elektroda seperti pada Gambar 6. Gambar 6 Grafik hubungan tegangan potong terhadap jarak sela Dapat terlihat bahwa semakin besar jarak sela maka tegangan potong juga semakin tinggi. Untuk penentuan jarak sela, didapatkan persamaan regresi untuk masing-masing panjang sela. d = 10 mm, Ud = 2,30s + 0,8367 d = 15 mm, Ud = 1,81s + 0,9667 Dari hasil perhitungan dengan Ud sebesar 1,5 kv didapatkan 0,28 mm dan 0,29 mm. Terlihat jarak sela hampir mendekati 0,3 mm. C. Pengujian Arester pada Fasa-Ground dan Netral-Ground Pada Tabel 2 adalah hasil pengujian pada panjang sela 10 mm dan jarak sela 0,3 mm. Tabel 2 Data hasil pengujian Panjang Sela (mm) Jarak Sela (mm) F - G 10 0,3 N - G 10 0,3 Teg.Puncak Impuls Teg. 3,34 0,7 120 5,87 0,8 116 7,37 1 112 8,77 1,2 108 10,8 1,5 105 13,3 1,8 103 3,36 0,8 120 5,82 0,8 116 7,4 1 112 8,88 1,2 108 10,6 1,5 105 13,2 1,9 103 Dapat dibuat karakteristik v-t arester seperti Gambar 7. Semakin besar tegangan potong, semakin cepat pula waktu potongnya. Pada Tabel 3 adalah hasil pengujian pada diameter elektroda 15 mm dan jarak sela 0,3 mm Tabel 3 Data hasil pengujian Panjang Sela (mm) Jarak Sela (mm) F - G 15 0,3 N - G 15 0,3 Teg.Puncak Impuls Teg. 3,25 0,68 117 5,79 0,8 114 7,28 0,96 110 1,15 1,15 107 1,4 1,4 104 1,73 1,73 102 3,2 0,71 117 5,77 0,81 114 7,3 0,94 110 9,09 1,17 107 10,6 1,36 104 13,5 1,7 102 Dapat dibuat karakteristik v-t arester seperti Gambar 8. Gambar 8 Karakteristik v-t arester panjang sela 15mm dan jarak sela 0,3mm Semakin besar tegangan potong, semakin cepat pula waktu potongnya. D. Pengaruh Perbesaran Dimensi Terhadap Tegangan Tembus Pada Tabel 4 adalah hasil pengujian perbesaran dimensi. Tabel 4 Data hasil pengujian No. Dimensi Elektroda (cm) Teg. Puncak Impuls Teg. 1 1 x 1 1,86 0,8 467 2 2 x 1 1,86 0,79 466 3 3 x 1 1,86 0,78 533 4 4 x 1 1,86 0,77 500 5 5 x 1 1,86 0,76 534 6 6 x 1 1,86 0,75 520 Dapat dibuat grafik perbesaran dimensi seperti Gambar 9. Gambar 7 Karakteristik v-t arester diameter 10mm dan jarak sela 0,3mm 4

Dari hasil Gambar 9 didapatkan persamaan regresi untuk tingkat proteksi 1,5 kv. Ud = 0,034l + 0,8108 1,5 = 0,034l + 0,8108 l = 20,1 mm Setelah didapatkan panjang sela yang sesuai maka dilakukan pengujian. Pada Tabel 5 adalah hasil pengujian pada diameter elektroda 15 mm dan jarak sela 0,3 mm Tabel 5 Data hasil pengujian Panjang Jarak Teg.Puncak Teg. Sela Sela Impuls (mm) (mm) 3,14 0,53 116 5,53 0,78 113 F - G 20 0,3 7,18 0,84 109 8,99 1,13 106 10,89 1,21 103 13,47 1,51 100 3,11 0,54 116 5,6 0,76 113 N - G 20 0,3 7,21 0,84 109 8,78 1,13 106 10,65 1,28 103 13,43 1,49 100 Dapat dibuat karakteristik v-t arester seperti Gambar 10. Gambar 10 Karakteristik v-t arester diameter 20mm dan jarak sela 0,3mm Semakin besar tegangan potong, semakin cepat pula waktu potongnya. Gambar 11 menunjukkan karakteristik v-t diameter 10 mm, 15 mm, dan 20 mm. Gambar 11 Karakteristik v-t arester diameter 10 mm, 15 mm, dan 20 mm dengan jarak sela 0,3mm Dapat disimpulkan bahwa, pada setiap pengujian terlihat bahwa semakin besar tegangan potongnya waktu potong juga semakin kecil. E. Pengujian Ketahanan Arester PCB Terhadap Tegangan AC Pada pengujian ini, arester PCB diberi tegangan 380 V selama 5 menit untuk mengetahui ketahanan arester. Terlihat pada arester, memiliki ketahanan yang baik. Terlihat pada Gambar 12. Gambar 12 Pengujian arester F. Probabilitas Tembus pada Pengujian Tegangan Tinggi Impuls Pada Tabel 6 menunjukkan probabilitas tembus dengan diameter 15 mm. Tabel 6 Hasil pengujian No. Ud Pengujian ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 # P (U d) % 1 0,34 x x x x x x x x x x 0 2 0,67 x x x x x x x x x 10 3 1,04 x x x x x 50 4 1,11 x x x 70 5 1,21 x x 80 6 1,32 x 90 7 1,54 10 0 Didapatkan nilai mean µ dan nilai deviasi standar, sesuai Persamaan (2.5) dan (2.6) yaitu µ = 1,29 kv dan = 0,19. Dapat dihitung probabilitas tembus dengan menggunakan Persamaan (2.4). 5

Nilai tegangan tembus yang memberikan tegangan tembus 95% yaitu : 0,95 = 0,95 x 0,15 x = ln 0,3571 = 2(0,15) 2.1,0297 = (U d -1,29) 2 U d = 1,46 kv Sehingga dengan perhitungan yang sama nilai-nilai karakteristik yang penting akan didapatkan: U d-5 = 0,65 kv U d-50 = 0,94 kv U d-95 = 1,46 kv Dapat dibuat grafik probabilitas tembus seperti pada Gambar 13. potong dan tegangan potong, serta menganalisis probabilitas tembus arester perancangan. 2. Dimensi arester PCB yang memberikan level proteksi 1,5 kv adalah dengan jarak sela udara sebesar 0,3 mm dan panjang sela sebesar 20 mm. 3. Pada pengujian v-t curve, menunjukkan bahwa arester PCB selalu memotong di bagian muka gelombang impuls. Pada tegangan dengan amplitudo sebesar 13 kv mampu memotong dalam waktu 100 ns. 4. Pada kurva probabilitas tembus menunjukkan bahwa arester PCB akan memotong tegangan impuls dengan amplitudo sebesar 1,5 kv dengan probabilitas tembus sebesar 100%. Gambar 13 Grafik probabilitas tembus untuk diameter elektroda 15 mm Dari Gambar 13 menunjukkan bahwa kurva S pada probabilitas tembus pada U d-95 = 1,46 kv dengan nilai mean µ=1,26 kv dan deviasi standar = 0,15. Data-data diatas menunjukkan bahwa ketika tegangan berada pada level tegangan U d-5 secara teori elektroda belum bekerja. Pada saat level tegangan U d-50, nilai probabilitas menunjukkan angka sebesar 50%. Sedangkan pada level tegangan U d-95 artinya tembus terjadi pada tegangan ini dengan probabilitas sebesar 95% dan dengan cara yang sama dapat dihitung untuk diameter 10 mm dan 20 mm. V. PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil perancangan, pengujian dan analisis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan level proteksi 1,5 kv variabel penelitian yang dilakukan yaitu dengan merubah jarak sela, setelah itu dilakukan pengujian untuk mendapatkan level proteksi yang sesuai. Apabila tidak sesuai dilakukan perbesaran dimensi elektroda (panjang sela) dan dilakukan pengujian lagi hingga mendapatkan level proteksi yang sesuai. Lalu dilakukan analisis v-t curve untuk mendapatkan waktu DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, A., Prof. Dr. 1983. Teknik Tegangan Tinggi Suplemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hauschild, W, Mosch, W.1992. Statistical Techniques for High Voltage Engineering, London: Peter Peregrinus Ltd. Kind, Dieter.1993. Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB. Kuffel, E., Zaengl, W,S. 1984. High Voltage Engineering. London: Pergamon Press. Naidu,M.S., Kamaruju, V. 1982. High Voltage Engineerin. New Delhi:Tata Mc. Graw-Hill Publishing Co.Ltd. Hasse, Peter.2008. Overvoltage Protection of Low Voltage Systems. UK: Lightining Source UK Ltd. Sirait,K.T. dan Zorro (1987). Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik.Bandung: ITB. 6