PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/OT.210/3/2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN HORTIKULTURA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 ayat (2) Peraturan Pem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/PD.410/7/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 04/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG UNIT RESPON CEPAT PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 65/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 4. P

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa hortikultura merupakan komoditas yang mempunyai fungsifungsi sebagai sumber pangan esensial, ekonomi masyarakat, kesehatan, dan sosial budaya; b. bahwa sistem informasi hortikultura merupakan bentuk kegiatan terpadu yang mencakup pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data dan informasi hortikultura; c. bahwa agar tersedia data dan informasi hortikultura, perlu dibangun dan dikembangkan sistem informasi secara terintegrasi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan hortikultura, baik di tingkat nasional, tingkat provinsi, maupun tingkat kabupaten/kota berdasarkan kebutuhan masing-masing; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, dan untuk menindaklanjuti amanat Pasal 102 dan Pasal 103 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Sistem Informasi Hortikultura; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5170);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Sistem Informasi Hortikultura adalah kesatuan komponen yang terdiri atas kegiatan yang meliputi penyediaan data, penyeragaman, penyimpanan dan pengamanan, pengolahan, pembuatan produk informasi, penyampaian produk informasi dan penggunaan informasi yang terkait satu sama lain, serta penyelenggaraan mekanismenya pada pengembangan usaha hortikultura. 2. Data adalah fakta atau angka-angka, merupakan bahan baku yang harus diolah sedemikian rupa sehingga berubah sifatnya menjadi informasi. 3. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berguna bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada masa sekarang dan akan datang. 4. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. 5. Usaha Hortikultura adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa yang berkaitan dengan hortikultura. 2

6. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Dinas adalah unit kerja yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang hortikultura. Pasal 2 Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Pasal 3 Sistem Informasi Hortikultura bertujuan untuk: a. meningkatkan efektifitas pemanfaatan Data dan Informasi Hortikultura; b. menghasilkan Data dan Informasi yang akurat, relevan dalam proses pengambilan keputusan di bidang hortikultura; c. meningkatkan pelayanan pengembangan hortikultura; d. menyelenggarakan hortikultura secara terpadu dan berkelanjutan. Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan ini meliputi: a. penyediaan Data hortikultura; b. pengelolaan Data hortikultura; c. informasi hortikultura; d. dukungan sumber daya manusia dan teknologi Informasi; e. penyelenggaraan sistem Informasi hortikultura; f. pembinaan dan pengawasan. BAB II DATA HORTIKULTURA Pasal 5 Penyediaan Data hortikultura meliputi: a. benih dan varietas tanaman; b. luas dan/atau populasi tanaman; c. letak dan luas wilayah, kawasan dan unit usaha budidaya hortikultura; d. permintaan pasar; 3

e. tata niaga; f. peluang dan tantangan pasar; g. produksi dan perkiraan produksi; h. harga dan perkiraan harga; i. jumlah pasokan dan perkiraan pasokan; j. perkiraan musim tanam dan musim panen; k. prakiraan iklim; l. ketersediaan prasarana hortikultura; m. kebutuhan dan ketersediaan sarana hortikultura; n. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); o. kelembagaan; p. hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan. Pasal 6 Data benih dan varietas tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi: a. benih; b. varietas tanaman yang terdaftar; c. varietas tanaman yang mendapat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Pasal 7 Data luas dan/atau populasi tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi: a. luas tanam dan/atau populasi tanaman; b. luas panen; c. luas gagal panen, akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan, iklim, dan lain-lain. Pasal 8 Data letak dan luas wilayah, kawasan dan unit usaha budidaya hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi: a. lokasi dan potensi luas wilayah budidaya; b. tipologi lahan; c. kawasan nasional/provinsi/kabupaten/kota; d. jumlah unit usaha budidaya. Pasal 9 Data permintaan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi: a. konsumsi; 4

b. pasar dalam negeri; c. ekspor; d. impor. Pasal 10 Data tata niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi: a. pola distribusi produk; b. pola perdagangan produk; c. pola pemasaran produk. Pasal 11 Data peluang dan tantangan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi: a. peluang pasar; b. tantangan pasar; c. masalah pemasaran. Pasal 12 Data produksi dan perkiraan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g meliputi: a. perkiraan produksi; b. produktifitas dan produksi; c. ketersediaan produk. Pasal 13 Data harga dan perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h meliputi: a. harga; b. perkiraan harga. Pasal 14 Data pasokan dan perkiraan pasokan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i meliputi: a. jumlah pasokan; b. jumlah perkiraan pasokan. Pasal 15 Data perkiraan musim tanam dan musim panen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi: a. perkiraan musim tanam; 5

b. jadwal tanam; c. perkiraan musim panen; d. jadwal panen. Pasal 16 Data prakiraan iklim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k meliputi: a. jumlah curah hujan dan hari hujan; b. prakiraan musim hujan dan musim kemarau; c. prakiraan cuaca; d. klasifikasi iklim wilayah; e. dampak perubahan iklim. Pasal 17 Data ketersediaan prasarana hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf l meliputi: a. jaringan irigasi; b. pengolahan limbah; c. jalan penghubung dari lokasi budidaya ke lokasi pascapanen sampai ke pasar; d. alat transportasi; e. pelabuhan dan area transit; f. tenaga listrik dan jaringannya sampai ke lokasi pascapanen; g. jaringan komunikasi sampai ke lokasi budidaya; h. gudang yang memenuhi persyaratan teknis; i. rumah atau penaung tanaman yang memenuhi persyaratan teknis; j. gudang berpendingin; k. bangsal penanganan pascapanen yang memenuhi persyaratan teknis; dan/atau l. pasar. Pasal 18 Data kebutuhan dan ketersediaan sarana hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf m meliputi: a. benih atas dasar jenis tanaman; b. pupuk; c. zat pengatur tumbuh; d. bahan pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan; dan/atau e. alat dan mesin. 6

Pasal 19 Data Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf n meliputi: a. jenis dan luas serangan OPT; b. peramalan serangan OPT; c. luas dan penerapan pengendalian OPT; d. dampak serangan OPT. Pasal 20 Data kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf o meliputi: a. kelembagaan usaha perbenihan; b. kelembagaan usaha budidaya; c. kelembagaan usaha panen dan pascapanen; d. kelembagaan usaha pengolahan; e. kelembagaan usaha distribusi, perdagangan, dan pemasaran; f. kelembagaan usaha penelitian; g. kelembagaan usaha wisata agro; h. kelembagaan usaha jasa hortikultura; i. kelembagaan pakar dan akademisi di bidang hortikultura; j. kelembagaan konsumen produk dan jasa hortikultura. Pasal 21 Data hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf p meliputi: a. informasi Sumber Daya Genetik yang bisa dan boleh dimanfaatkan; b. inovasi teknologi; c. inovasi sosial dan ekonomi. BAB III PENGELOLAAN DATA HORTIKULTURA Pasal 22 Pengelolaan Data Hortikultura dilakukan secara terintegrasi dan mencakup pengumpulan, pengolahan dan analisis, penyimpanan/pemeliharaan, pemutakhiran, dan penyajian Data. 7

Pasal 23 (1) Pengumpulan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan berdasarkan data primer dan data sekunder. (2) Pengolahan dan analisis Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan sesuai dengan standar pengolahan dan analisis Data yang baku. (3) Penyimpanan/pemeliharaan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan secara manual dan/atau elektronik. (4) Pemutakhiran Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan secara periodik. (5) Penyajian Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan dalam bentuk cetak dan/atau elektronik. Pasal 24 (1) Bupati/walikota bertanggung jawab untuk melakukan penyediaan Data hortikultura di tingkat kabupaten/kota, dalam pelaksanaannya dilakukan oleh unit kerja yang menyelenggarakan fungsi penyediaan Data dan Informasi Hortikultura. (2) Hasil penyediaan Data hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada gubernur, melalui unit kerja yang menyelenggarakan fungsi penyediaan Data dan Informasi Hortikultura. (3) Gubernur melakukan kompilasi dan verifikasi Data hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pelaksanaannya dilakukan oleh unit kerja yang menyelenggarakan fungsi penyediaan Data dan Informasi Hortikultura, untuk disampaikan kepada Menteri, melalui unit kerja eselon I sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pasal 25 (1) Unit kerja eselon I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) mengolah, menganalisis, menyimpan, menyajikan, dan menyebarkan Data dan Informasi yang diterima dari provinsi. (2) Hasil pengolahan, penganalisisan Data dan Informasi Hortikultura yang dilakukan oleh unit kerja eselon I sebagiamana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. BAB IV INFORMASI HORTIKULTURA Pasal 26 Informasi Hortikultura meliputi potensi dan peluang pengembangan usaha: 8

a. perbenihan; b. budidaya; c. panen dan pascapanen; d. pengolahan; e. distribusi, perdagangan, dan pemasaran; f. penelitian; g. wisata agro. Pasal 27 (1) Penyebaran Informasi dilakukan melalui media cetak dan/atau elektronik. (2) Informasi Hortikultura disampaikan secara serta merta, setiap saat, atas dasar permintaan, dan secara terbatas. (3) Penyebaran Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan. BAB V DUKUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN TEKNOLOGI INFORMASI Pasal 28 Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura dilaksanakan oleh sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan. Pasal 29 (1) Sumber daya manusia yang menyelenggarakan Sistem Informasi Hortikultura memiliki standar kompetensi antara lain: analis sistem, pembuat program, pengelola basis Data, pengelola jaringan, ahli keamanan sistem dan operator. (2) Jumlah sumber daya manusia disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan. Pasal 30 Teknologi Informasi terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras dan infrastruktur jaringan komputer. BAB VI PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA Pasal 31 (1) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura dilaksanakan oleh: a. Pemerintah; b. pemerintah provinsi; dan c. pemerintah kabupaten/kota. 9

(2) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura nasional; b. penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura provinsi; dan c. penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura kabupaten/kota. Pasal 32 (1) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura tingkat nasional dilaksanakan oleh unit kerja yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan Data dan Informasi di Kementerian Pertanian. (2) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura tingkat provinsi dilaksanakan oleh dinas provinsi yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan Data dan Informasi Hortikultura. (3) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh dinas kabupaten/kota yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan Data dan Informasi Hortikultura. Pasal 33 Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura meliputi: a. penyusunan rencana umum (Grand Design) pembangunan hortikultura pada tingkat nasional dan rancangan teknis pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota; b. pengembangan basis Data; c. pengembangan sumber daya manusia di bidang Informasi sesuai kebutuhan Informasi dan teknologi; d. pengelolaan perangkat lunak, perangkat keras, dan infrastruktur jaringan Informasi; e. penentuan transparansi Data dan Informasi; f. pengaturan prosedur untuk peningkatan pelayanan perolehan Informasi; g. pembinaan, monitoring, dan evaluasi. Pasal 34 (1) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi: a. verifikasi Data; b. standardisasi Data, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran Data dan Informasi Hortikultura. (2) Penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang dari kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. 10

BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 35 (1) Pembinaan penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura meliputi aspek teknis dan manajemen. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang. Pasal 36 (1) Pengawasan dilaksanakan untuk memberikan kepastian dalam pelayanan Informasi melalui kelengkapan, keaktualan, dan keakuratan Data. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Pendanaan penyelenggaraan Sistem Informasi Hortikultura berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 38 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2012 MENTERI PERTANIAN, ttd. SUSWONO BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1355 11