OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA. Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang 3 Tujusn Instruksional Umum.. 3 Tujuan Instruksional Khusus. 3

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA. No.83, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Nuklir. Inspektur. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

Nuklir Nomor 7 Tahun 2016 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DATABASE ONLINE BaLIS ONLINE INSPEKSI (INSPEKTUR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

pelaksanaan program proteksi dan keselamatan sumber radioaktif yang berada di Batakan base PT. Halliburton Indonesia Balikpapan-Kalimantan Timur dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG NAMA DAN KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN

MATERI PELATIHAN INSPEKTUR

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

STATUS KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DI INDONESIA

Keamanan Sumber Radioaktif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

NAMA, KELAS, DAN NILAI JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. 1 Kepala BAPETEN 17-2 Sekretaris Utama 16 4.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN

Transkripsi:

INSPEKSI OLEH : Dra. Suyati

I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN UU No 10/97 Ps. 4 : Pemerintah membentuk Badan pengawas yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Pengawasan dilakukan melalui Peraturan, Perizinan, dan Inspeksi. SK Ka. BAPETEN No. 01. rev.2/k.otk/v-04 tentang OTK : tugas DIFRZR adalah melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pengembangan sistem, pembinaan, penyelenggaraan dan pengendalian inspeksi pada FRZR UU No 10/97 Ps. 20, PP 33/2007 Ps 78 dan PP 29/2008 Ps 78 : Inspeksi dapat dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu

I.2. Tujuan Instruksional Umum Peserta diharapkan mampu untuk memahami dasar hukum, managemen penyelenggaraan inspeksi serta bagaimana inspeksi dikelola, sehingga peserta memahami dan dapat menyusun kegiatan inspeksi yang dapat dinilaikan dalam jabatan fungsional pengawas radiasi. I.3. Tujuan Instruksional Khusus Peserta diharapkan mampu : 1. Menjelaskan dasar hukum dan tujuan dilaksanakannya inspeksi. 2. Mengetahui program dan tahapan penyelenggaraan inspeksi. 3. Mengetahui hal-hal yang harus diperlukan dan dilakukan inspektur 4. Menguraikan dokumen-dokumen yang menjadi bahan audit dan memahami teknik dasar untuk memeriksanya. 5. Mengetahui bagaimana evaluasi LHI.

1.4. Dasar Hukum Inspeksi 1. UU No 10 th 1997 tentang Ketenaganukliran 2. PP No. 29 th 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir 3. PP No. 33 th 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif 4. PP No. 26 th 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif 5. PP No. 27 th 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif 6. Keputusan Kepala BAPETEN No. 21/Ka.BAPETEN/XII- 02 tentang Program Jaminan Kualitas Instalasi Radioterapi 7. PerKa BAPETEN No. 224 th 2009 Inspektur Keselamatan Nuklir BAPETEN th 2009

II. MANAGEMEN PENYELENGGARAAN INSPEKSI Hal-hal yang dapat dinilaikan pada penyelenggaraan inspeksi FRZR ( Kep MENPAN No. 67/KEP/M.PAN/2003): 1. Persiapan inspeksi : Jadual, instansi, sarana inspeksi 2. Kegiatan Inspeksi : administrasi, paparan, inventarisasi sumber 3. Laporan Hasil Inspeksi : Konsep laporan, laporan 4. Pengelolaan Data inspeksi : Inventarisasi, mengolah, analisis, evaluasi & pertimbangan 5. Penyusunan Konsep petunjuk pengelolaan data inspeksi 6. Makalah berkaitan dengan inspeksi

2.1 Perencanaan Penyelenggaraan Inspeksi A. Objek Inspeksi Fasilitas Kesehatan : Radiodiagnostik, Radioterapi, Kedokteran Nuklir Fasilitas Industri : Radiografi Industri,, Gauging, Logging, Analisis Fasilitas Penelitian (BATAN/ Perguruan Tinggi) B. Jenis dan Tujuan Inspeksi (UU No 10/97, PP No.29/2008 dan PP No 33/2007). Inspeksi yang dilakukan secara berkala Inspeksi sewaktu-waktu Inspeksi tindak lanjut Inspeksi mendadak Inspeksi Verifikasi proses perizinan

2.1 Perencanaan Penyelenggaraan Inspeksi (lanjutan) C. Ruang Lingkup Inspeksi 1. Keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif 2. Program jaminan kualitas 3. Kesiapsiagaan Nuklir D. Pembuatan Jadwal Inspeksi Jadwal inspeksi berkala/rutin disusun untuk inspeksi selama setahun yang memuat seluruh program inspeksi, propinsi & instansi yang diinspeksi, tanggal pelaksanaan, dan daftar nama inspektur Inspeksi sewaktu-waktu dijadwalkan berdasarkan permohonan dari DPFRZR (verifikasi( verifikasi), dan untuk inspeksi tindak lanjut didasarkan pada inspeksi sebelumnya.

2.1 Perencanaan Penyelenggaraan Inspeksi (lanjutan) Dasar penentuan frekuensi inspeksi : Evaluasi laporan inspeksi sebelumnya Potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan Jumlah lokasi pemanfaatan/ instansi dalam daerah/propinsi Waktu dan lama inspeksi Estimasi kebutuhan dan pemilihan personil inspektur E. Pembentukan Tim Inspeksi Penyusunan Tim Inspektur dalam jadwal inspeksi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : Keseluruhan inspektur dalam tim inspeksi harus merupakan inspektur IK yang tercantum dalam SK BAPETEN No. 224 tahun 2009. Tim inspeksi terdiri dari 2-3 orang, dengan komposisi 1 org ketua dan lainnya anggota tim. Ketua tim adalah inspektur utama; atau dalam kondisi tertentu dapat dijabat oleh inspektur madya bila inspektur utama berhalangan. Ketua dan Anggota Tim Inspeksi telah dijadwalkan dimintakan konfirmasi tentang kesediaanya untuk inspeksi. Untuk inspeksi sewaktu-waktu waktu, penunjukan inspektur dilakukan dengan mempertimbangkan kepakaran dan pengalaman inspektur sesuai fasilitas yang diinspeksi Inspektur dimintakan ke pimpinan unit kerja 1 bulan sebelum pelaksanaan inspeksi dan diberi waktu 5 hari untuk memberikan jawaban; apabila tidak bisa dicarikan penggantinya.

2.1 Perencanaan Penyelenggaraan Inspeksi (lanjutan) F. Pra Inspeksi Dokumen yang harus disiapkan oleh DIFRZR : Nota Dinas Izin Inspektur ke unit kerja terkait Surat Pemberitahuan Inspeksi Surat Perintah Inspeksi Nota Dinas peminjaman perlengkapan/peralatan inspeksi Nota dinas peminjaman kendaraan (khusus untuk inspeksi ke DKI) Dokumen pendukung inspeksi.

2.2 Organisasi dalam Pelaksanaan Inspeksi A. Inspektur Keselamatan Nuklir Sesuai PP No.33/2007 Ps. 79 dan PP No 29/2008 Ps. 79 mempunyai kewenangan : Melakukan inspeksi selama proses perizinan Memasuki dan memeriksa setiap fasilitas/ instalasi, instansi atau lokasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir Melakukan pemantauan radiasi di dalam dan di luar instalasi Melakukan inspeksi secara langsung atau inspeksi dengan pemberitahuan dalam selang waktu singkat dalam hal keadaan darurat atau kejadian yang tidak normal. Menghentikan kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir jika terjadi situasi yang membahayakan terhadap : Keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup; dan Keamanan sumber radioaktif

2.2 Organisasi dalam Pelaksanaan Inspeksi (lanjutan) A. Tim Inspeksi BAPETEN Pelaksanaan Inspeksi dilakukan oleh suatu tim inspeksi yang paling kurang terdiri dari 2 orang Inspektur keselamatan Nuklir, dengan komposisi 1 orang ketua dan yang lain seagai anggota. a) Ketua Tim Tugas : Melaksanakan tugas inspeksi sebagaimana tugas inspektur Memimpin pelaksanaan inspeksi Memimpin pembuatan laporan hasil inspeksi Wewenang Menggunakan wewenang yang dimiliki inspektur Membagi tugas kepada anggota tim Menyampaikan rencana inspesi kepada pihak yang diinspeksi Menyempaikan dan mengkonfirmasikan temuan inspeksi saat exit meeting Mengkoordinasi anggota tim dalam penyusunan LHI Dalam keadaan mendesak atas persetujuan Kepala BAPETEN dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir

2.2 Organisasi dalam Pelaksanaan Inspeksi (lanjutan) a) Anggota Tim Inspeksi Tugas : Melaksanakan tugas inspeksi Membantu Ketua Tim Inspeksi dalam melaksanakan tugasnya Wewenang Menggunakan wewenang yang dimiliki inspektur namun tetap dibawah koordinasi Ketua Tim Inspeksi

2.3 Pelaksanaan Inspeksi A. Pelaksanaan Inspeksi di Fasilitas/ Instalasi a. Diskusi awal b. Selama pelaksanaan Audit dan verifikasi atas seluruh sistem proses (bukan produk) ) yang berkaitan atau berpengaruh pada fungsi keselamatan. Pemeriksaan terhadap efisiensi dan efektifitas seluruh sistem proses yang berkaitan dengan peralatan maupun pekerja. c. Diskusi Akhir mengenai : Temuan saat ini dan yang lalu Mnegkonfirmasi semua temuan yang diperoleh selama inspeksi Menyampaikan laporan inspeksi pendahuluan yang sudah dikoreksi dan rekomendasi yang bersifat informal Menyampaikan resume diskusi akhir B. Pasca Inspeksi Pada tahap ini Tim Inspeksi membuat laporan yang berupa : LARE (Laporan( Ringkasan Eksekutif) Laporan Hasil Inspeksi (LHI)

2.4 Pengendalian/ Pemantauan/ Evaluasi Temuan : suatu pelanggaran terhadap ketentuan, karenanya wajib dijelaskan pasal yang dilanggar berikut alasan fisis atau penjelasan dari segi keselamatan Setiap temuan agar diberitahukan ke pihak yang diinspeksi agar segera diupayakan rencana tindak lanjut Jenis temuan Faktor manajemen Faktor manusia Aspek teknis

Evaluasi hasil inspeksi ditentukan berdasarkan temuan terhadap parameter keselamatan fasilitas dikategorikan sebagai berikut : Parameter Keselamatan Keselamatan Operasi Keterangan o Kesesuaian spesifikasi Teknis dengan izin atau LAK/Juklak o Kesiapsiagaan fasilitas yang memadai dalam mengantisipasi kondisi abnormal dan perencanaan tindakan penanggulangan. o Program Jaminan Kualitas telah di susun dan dilaksanakan. Keselamatan Radiasi dan Lingkungan Keamanan Sumber Budaya Keselamatan o Tercapainya optimisasi proteksi dan minimisasi penerimaan dosis pekerja, masyarakat dan lingkungan o Paparan/ Kontaminasi daerah masih dalam nilai batas yang ditentukan o Pengelolaan limbah dan pelepasan radiasi ke lingkungan tidak berdampak dan proteksi lingkungan dilakukan optimal o Tersedianya Program Proteksi &Keselamatan Radiasi o Inventarisasi sumber yang menyangkut lokasi dan keamanan memadai o Perlengkapan/peralatan keamanan sumber radioaktif masih berfungsi dengan baik o Tersedianya Program keamanan sumber radioaktif. o Komitmen seluruh pekerja dan manajemen terhadap pemenuhan persyaratan yang berlaku o Komitmen terlihat dari tanggung jawab administrasi dan pelaksanaan di lapangan. o Komitmen terhadap temuan hasil inspeksi dan tindak lanjut yang harus dilakukan.

Kategorisasi Hasil Inspeksi Fasilitas berdasarkan parameter keselamatan secara garis besar dibagi dalam kategori : Kategori Keterangan Tindakan BAPETEN I Seluruh parameter keselamatan dipenuhi dan tidak ada penyimpangan signifikan Inspeksi Rutin II Parameter keselamatan terpenuhi sebagian besar tetapi pengaruhnya terhadap resiko kecelakaan sangat kecil Inspeksi tindak lanjut dan rekomendasi dengan batas waktu III Parameter keselamatan terpenuhi sebagian besar dengan pengaruh resiko kecelakaan signifikan Inspeksi tindak lanjut dan rekomendasi dengan batas waktu IV Kinerja fasilitas secara signifikan berada di luar dasar disain keselamatan, sehingga tidak terjamin keselamatan dan kesehatan masyarakat jika operasi dilanjutkan. Penghentian operasi dan pencabutan izin penindakan

2.5. Dokumentasi/ Rekaman Semua dokumen yang berhubungan dengan inspeksi disimpan di direktorat IFRZR, dan dijadikan dokumen resmi lembaga. Distribusi dokumen bersifat terbatas Pendokumentasian telah dilaksanakan secara elektrik dan dalam bentuk rekaman/ dokumen Dokumen-dokumen tersebut : Surat Perintah Inspeksi Surat pemberitahuan inspeksi FIHI yang telah diisi dan ditandatangani tim inspeksi dan pihak yang diinspeksi LHI (Laporan( Hasil Inspeksi) Surat Pemberitahuan Hasil Inspeksi Raporan Ringkasan Eksekutif (LARE) Copy izin pemanfaatan saat inspeksi berlangsung Surat-surat tindak lanjut hasil inspeksi Evalusi hasil inspeksi Dan lain-lain

III PENEGAKAN HUKUM 3.1. Peranan Inspektur Keselamatan Nuklir Dalam rangka penegakan hukum inspektur hanya berperan sebagai pelapor dan saksi ahli Pelaporan dapat dilakukan secara lisan (dicatat oleh petugas kepolisian dan ditandatangani oleh pelapor dan petugas kepolisian) atau tertulis 9ditandatangani oleh pelapor. Pelanggaran dapat dilaporkan ke Kepolisian serendah-rendahnya rendahnya pada tingkat POLRES Agar perbuatan/ peristiwa menjadi tindak pidana dan diproses pada tahap penuntutan dilakukan upaya memperoleh minimal 2 alat bukti dari 5 alat bukti yang sah. Alat bukti yang sah : Keterangan saksi Surat-surat Petunjuk Keterangan terdakwa Keterangan ahli 3.2. Sanksi Peneggakan hukum dapat berupa penyampaian teguran, pemberian sanksi administratif hingga pemutusan sanksi pidana. Pelanggaran terhadap peraturan ketenaganukliran dapat berupa : Pelanggaran Pidana (tertuang dalam UU No 10 th 97 Ps. 41-44) 44) Pelanggaran administratif (tertuang dalam PP dan PerKa)

Sub unsur Pelaksanaan Inspeksi RINCIAN KEGIATAN INSPEKSI FRZR UNTUK JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI TINGKAT AHLI (Lampiran Keputusan Menteri PAN Nomor : 67/KEP/M.PAN/7/2003) Butir Kegiatan 1. Persiapan Inspeksi a. Membuat Jadwal rencana inspeksi oleh Badan Pengawas untuk setahun b. Menyiapkan daftar pemegang izin atau instalasi yang memanfaatkan zat radioaktif/ sumber radiasi di propinsi yang akan diperiksa c. Menyiapkan sarana untuk pelaksanaan inspeksi 2. Kegiatan Inspeksi a. Pengukuran paparan radiasi dan kontaminasi di tempat kerja fasilitas 1) Memeriksa konsentrasi radionuklida di udara di tempat kerja/ fasilitas 2) Mengawasi proses pembuatan radioisotop dan radiofarmaka 3) Memeriksa Kelayakan radioisotop 4) Memeriksa kesiapan alat survey dan alat pencacah b. Memeriksa administrasi dan pengukuran paparan radiasi di tempat kerja pemegang izin atau fasilitas oleh inspektur h. Membuat laporan pelanggaran kepada kepolisian i. Menjadi saksi dalam penegakan hukum pengawasan j. Mencari zat radioaktif yang hilang, oleh: 1) Pengawas radiasi pertama 2) Pengawas radiasi muda 3) Pengawas radiasi madya 4) Pengawas radiasi Utama Satuan Hasil Setiap jadwal Setiap daftar Setiap kali Angka Kredit 0.028 0.028 0.040 0.010 0.060 0.040 0.010 0.035 0.038 0.030 0.064 0.127 0.191 0.254 Pelaksana PR. Pertama PR Muda PR Madya PR Pertama PR Muda PR Muda PR Pertama PR Muda PR Madya PR Muda PR Pertama PR Muda PR Madya PR Utama

RINCIAN KEGIATAN INSPEKSI FRZR UNTUK JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI TINGKAT AHLI (Lampiran Keputusan Menteri PAN Nomor : 67/KEP/M.PAN/7/2003) (lanjutan) Sub unsur 3. Laporan Inspeksi Butir Kegiatan a. Membuat konsep laporan setiap kali inspeksi oleh Inspektur Badan Pengawas b. Menyempurnakan konsep laporan setiap kali oleh inspektur badan pengawas Satuan Hasil Setiap Konsep Setiap naskah Angka Kredit 0.060 0.058 Pelaksana PR. Muda PR Madya e. Membuat konsep laporan inspeksi 1) Semesteran Setiap konsep 0.036 PR Pertama 2) Tahunan Setiap konsep 0.087 PR Muda f. Membuat finalisasi laporan inspeksi 1) Semesteran Setiap Naskah 0.036 PR. Muda 2) Tahunan Setiap Naskah 0.088 PR. Madya 4. Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Mengikuti latihan / penanggulangan kedaruratan nuklir, oleh: 1) Pengawas radiasi pertama 0.043 PR Pertama 2) Pengawas Radiasi Muda 0.086 PR Muda 3) Pengawas Radiasi Madya 0.129 PR Madya 4) Pengawas Radiasi Utama 0.163 PR Utama 6. Pengelolaan data inspeksi a. Menginventarisasikan data inspeksi fasilitas kesehatan, penelitian, industri b. Mengolah dan menganalisis data inspeksi fasilitas kesehatan, penelitian dan industri d. Mengidentifikasi limbah radioaktif yang ada di semua pemegang izin oleh Badan Pengawas Setiap Paket data Setiap Paket Data 0.036 0.115 0.085 PR Pertama PR Muda PR Muda e. Mencatat dan menginventarisasikan temuan/ / finding hasil inspeksi 0.025 PR Pertama

Sub unsur RINCIAN KEGIATAN INSPEKSI FRZR UNTUK JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI TINGKAT AHLI (Lampiran Keputusan Menteri PAN Nomor : 67/KEP/M.PAN/7/2003) (lanjutan) Butir Kegiatan 7. Memberikan evaluasi dan pertimbangan mengenai pelaksanaan inspeksi 8. Penyusunan konsep petunjuk pengelolaan data inspeksi a. Menyusun konsep pengelolaan data inspeksi b. Menginventarisasi dan menganalisis jenis data yang diperlukan untuk manajemen pengawasan c. Menganalisis dan menentukan persyaratan data inspeksi untuk keperluan manajemen pengawasan d. Menyusun metode pencatatan data inspeksi Satuan Hasil Setiap konsep Setiap paket Data Setiap paket data Setiap naskah Angka Kredit 0.126 0.175 0.073 0.158 0.188 Pelaksana PR Utama PR Utama PR. Madya PR Utama PR Utama