BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Era sekarang dan mendatang disebut the age of complexity and. linier-konvensional dalam menghampiri persoalan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Information and Communication Technology (ICT) atau di Indonesia lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

Rencana pembangunan pendidikan jangka panjang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB II LANDASAN TEORI

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP BERBASIS PADA KOMPETENSI GLOBAL DAN KEARIFAN LOKAL Sub Tema I: Pendidikan Technopreuneurship. Oleh : Bambang Sugestiyadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

TUJUAN PERKULIAHAN Mahasis Ma wa hasis mema wa ham mema i ham konsep k dasa onsep r per dasa enc r per anaan pembelajara ana n an pembelajara

Variasi Proses Pembelajaran melalui Penerapan E-learning

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang erat signifikan antara kinerja guru dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan masih terkendala oleh tiga masalah penting. Pertama, ketidakmerataan kesempatan pendidikan. Pendidikan belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat berpendidikan identik dengan kelas menengah ke atas. Merekalah yang mampu membayar biaya pendidikan yang makin mahal, sementara bagi masyarakat yang kurang mampu, akses ke dunia pendidikan terasa sulit. Kedua, rendahnya mutu pendidikan yang berkorelasi dengan: (a) kualifikasi, kompetensi, dan komitmen guru; (b) sikap dan perlakuan guru serta pejabat pendidikan terhadap kurikulum; (c) bahan belajar yang dipakai oleh murid dan guru; (d) sumber-sumber belajar yang dirujuk oleh guru dan murid; kondisi prasarana dan sarana pendukung belajar; dan (g) iklim belajar. Ketiga, rendahnya relevansi pendidikan, yang berwujud kesenjangan intelektual, okuvasional, dan aradigm lulusan dengan permintaan pasar tenaga kerja. Akibatnya, jumlah pengangguran terdidik terus meningkat setiap tahun. Membengkaknya angka pengangguran terdidik dapat mengancam harmoni sosial. Sedangkan persoalan mendasar mutu pendidikan dari sudut pandang keluaran, dikategorisasi oleh Zamroni (2000) ke dalam tiga bentuk kesenjangan: akademik, okupasional, dan kultural. Kesenjangan akademik adalah ketiadaan kaitan antara ilmu yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenjangan okupasional, ketidakgayutan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, meski hal ini bukan hanya disebabkan oleh dunia pendidikan semata. Kesenjangan kultural, ketidakmampuan peserta didik memahami persoalan yang sedang dan akan dihadapi bangsanya di masa depan. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya mengatasi masalah tersebut melalui tiga kebijakan utama yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Tiga pilar ini diyakini akan mampu secara berkesinambungan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional di Indonesia.

Peningkatan relevansi pendidikan sangat erat hubungannya dengan pendidikan kejuruan seperti SMK. SMK dikonsepsikan sebagai satuan pendidikan kejuruan yang seharusanya mampu mencetak lulusan menjadi tenaga kerja yang cerdas dan kompetitif serta siap menghadapi perkembangan dunia usaha dan dunia industri. SMK secara kelembagaan merupakan satuan pendidikan vokasional yang mengemban misi pengembangan kecakapan hidup siswa dan lulusannya. Sementara itu, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan masih menyisakan banyak masalah yang harus segera diatasi. Permasalahan tersebut mencakup dimensi-dimensi konsepsi, program, dan operasional (Pakpahan dalam Supriadi, 2002: 223). Masalah program menunjuk pada rumusan kurikulum dan implementasinya sehingga menjauhkan diri dari konsep relevansi lulusan dengan dunia kerja. Termasuk dalam kelompok masalah ini antara lain: (1) program pendidikan cenderung berorientasi pada pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan dunia kerja; (2) muatan program yang merupakan key competences menghadapi perkembangan di masa mendatang belum memadai; dan (3) jumlah jam pelajaran perminggu belum merupakan jam yang membiasakan siswa memasuki jam kerja dunia industri. Masalah operasional menunjuk pada ditemukannya banyak perilaku salah dalam kegiatan belajar mengajar di SMK, dan membentuk kebiasaan yang diterima sebagai menjadi suatu kewajaran. Termasuk dalam kelompok masalah ini antara lain: (1) pelajaran praktik dasar kejuruan tidak diajarkan secara mendasar; (2) dalam pelajaran praktik, siswa sering dibiarkan bekerja dengan cara yang salah, tidak mengikuti langkah kerja yang benar, posisi tubuh dan gerak tangan tidak diperhatikan; (3) membiarkan siswa bekerja dengan mutu hasil kerja asal-jadi tanpa standar mutu yang harus dicapai; (4) kegiatan praktik siswa tidak mengikuti prinsip mastery learning; (5) siswa sering bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan; (6) masih banyak guru yang berada di sekolah hanya pada jam mengajar saja, dan perilaku seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar; (7) kepedulian sekolah untuk membentuk etos kerja di kalangan guru dan siswa masih kurang. Sehubungan dengan permasalahan di atas, sejumlah ahli memandang perlu paradigma holistik dalam mengelola pendidikan. Paradigma ini terkait dengan pesatnya perubahan sosial sehingga melahirkan dua dimensi pembaharuan pendidikan: (1) pendidikan yang memampukan anak didik berpikir global dan bertindak lokal; (2) pemaknaan ulang efisiensi pendidikan, dari

makna ekonomis semata menjadi keharmonisan dengan lingkungan, solidaritas, dan kebaikan untuk semua (Zamroni, 2000). Tuntutan kualifikasi hasil didik pun berubah sehingga pendidikan harus mengembangkan kemampuan anak didik: (1) menghampiri permasalahan secara global dengan pendekatan multidisiplin; (2) menyeleksi arus informasi untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari; (3) menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang lain secara kreatif; dan (d) kemandirian. Implikasi jangka pendeknya, sekolah harus berkemampuan: (1) menciptakan rasa aman anak didik, dengan atmosfer kelas yang demokratik dan guru yang memahami kondisi anak didik; (2) menciptakan self-efficacy pada diri anak didik --rasa bahwa mereka berkemampuan melaksanakan tugas-tugas sekolah; (3) membantu anak didik menyalurkan emosi melalui kegiatan yang positif dan konstruktif. Dalam jangka panjang hal itu memerlukan model proses pembelajaran yang: (1) penyajian materinya tersusun dalam problema, tema, dan terintegrasi; (2) dampak belajarnya meliput aspek kognitif dan afektif, khususnya kerjasama dan kompetensi sosial; (3) gurunya team teaching dengan prosedur yang fleksibel; (4) sasaran pemahamannya mencakup konsep, hubungan, dan keterkaitan; (5) pembelajarannya kooperatif. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah operasional SMK sekaligus mengakomodasi kebutuhan model pembelajaran adalah perbaikan pembelajaran yang berorientasi kepada kecakapan hidup spesifik siswa. Dalam konteks ini I CARE dapat dijadikan salah satu pilihan model sistem pembelajaran di SMK. Merujuk kepada pendapat Hoffman dan Ritchie (1998), I CARE merupakan model sistem pembelajaran yang berawal dari desain pembelajaran praktikum yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh (online). I CARE memiliki lima tahap yaitu Introduce, Connect, Apply, Reflect dan Extend. Model sistem pembelajaran I CARE telah banyak diteliti dan dikembangkan oleh banyak peniliti sehingga menemukan kesimpulan bahwa I CARE juga dapat digunakan untuk pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, I CARE dapat pula diterapkan dalam pembelajaran klasikal. I CARE juga merupakan model pembelajaran yang komprehensif, mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, tepat antara teori dan praktek atau kontekstual dan berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup. Kecakapan hidup dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) kecakapan hidup spesifik (specific life skill) atau kecakapan hidup untuk

menghadapi pekerjaan tertentu; dan (2) kecakapan hidup generik (general life skill) atau kecakapan hidup yang sudah dimiliki oleh manusia, seperti kecakapan personal dan kecakapan sosial. Kecakapan hidup spesifik meliputi aspek kecakapan akademik atau kecakapan intelektual berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan kemampuan berpikir atau intelektual. Kecakapan vokasional yaitu kecakapan berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan kecakapan motorik. Dari sudut pandang kurikulum dan teknologi pendidikan, I CARE merupakan model sistem pembelajaran yang berbasis TIK. Konsep TIK bermakna proses penyampaian data menggunakan alat komunikasi sehingga terjadi sistem pengiriman data. Menurut pendapat Munir (2008:185) TIK berperan sebagai: (1) keterampilan (skill) dan kompetensi; (2) infrastruktur pembelajaran; (3) sumber bahan belajar; (4) alat bantu dan fasilitas pembelajaran; (5) pendukung manajemen pembelajaran; dan (6) sistem pendukung keputusan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti penarapan model sistem pembelajaran I CARE dalam hubungannya dengan kecakapan hidup spesifik siswa SMK. Untuk keperluan tersebut menulis memilih objek penelitian di SMK Negeri 3 Tegal dan SMK Al-Irsyad Tegal. SMK Negeri 3 Tegal semula merupakan peralihan dari Sekolah Teknik yang beralih fungsi menjadi SMP, untuk kemudian diubah menjadi SMK. Saat ini SMK Negeri 3 Tegal berkategori sekolah berstandar nasional dan sedang ditingkatkan menjadi rintisan sekolah berstandar internasional. SMK tersebut memiliki tujuh program keahlian, yaitu Multimedia, Teknologi Komunikasi Jaringan, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Mekanik Otomotif, Nautika Perikanan Laut, Teknik Perikanan Laut, Teknik Audio Video. Sementara itu, SMK Al-Irsyad Tegal merupakan SMK swasta yang baru berjalan dua tahun pelajaran, dengan program keahlian Multimedia. Sebagai sekolah kejuruan yang baru berdiri, SMK Al-Irsyad terus berupaya menyempurnakan layanan pendidikannya, antara melalui pengayaan model-model pembelajaran yang sesuai misi dan tuntutan kompetensi lulusannya. 1.2 Identifikasi Masalah SMK SMK mengemban misi: (1) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya; (3) menghasilkan lulusan yang bersikap profesional untuk memasuki lapangan

kerja. Di pihak lain, pendidikan kejuruan masih menyisakan banyak masalah yang harus segera diatasi. Permasalahan tersebut mencakup dimensi-dimensi konsepsi, program, dan operasional. Implikasi jangka panjang dari paradigma holisitik dalam pendidikan adalah perlunya model proses pembelajaran yang: (1) penyajian materinya tersusun dalam problema, tema, dan terintegrasi; (2) dampak belajarnya meliput aspek kognitif dan afektif, khususnya kerjasama dan kompetensi sosial; (3) gurunya team teaching dengan prosedur yang fleksibel; (4) sasaran pemahamannya mencakup konsep, hubungan, dan keterkaitan; (5) pembelajarannya kooperatif. Di pihak lain, SMK menghadapi masalah operasional yang berupa banyaknya perilaku yang salah dalam kegiatan belajar mengajar. Kesalah itu mengakibatkan ketidaktercapaian misi dan kompetensi lulusan SMK termasuk kecakapan hidup spesifiknya. Dalam kerangka peningkatan mutu dan keefektifan pembelajaran di SMK, diperlukan perbaikan pembelajaran yang lebih memungkinkan lulusan memiliki kompetensi dan kecakapan hidup spesifik sebagaimana dituntut oleh dunia kerja. I CARE adalah salah satu alternatif model sistem pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran di SMK. 1.3 Rumusan Masalah Pokok masalah yang akan ditelaah dalam penelitian adalah: bagaimanakah penerapan model sistem pembelajaran ICARE dalam meningkatkan kecakapan hidup spesifik siswa keahlian multimedia di SMK Negeri 3 Tegal dan SMK Al-Irsyad Tegal? Pokok masalah tersebut penulis jabarkan menjadi beberapa pertanyaan : 1. Adakah perbedaan kualitas pengalaman belajar antara siswa yang diberi dengan yang tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMK Al- Irsyad Tegal? 2. Adakah perbedaan kualitas hasil belajar yang berupa kecakapan akademik antara siswa yang diberi dengan yang tidak tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMA Al-Irsyad Tegal? 3. Adakah perbedaan kualitas hasil belajar yang berupa kecakapan vokasional antara siswa yang diberi dengan yang tidak tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMA Al-Irsyad Tegal? 1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan ketidakjelasan arah penelitian ini, penulis memberikan batasan terhadap konsep-konsep kunci berikut ini. 1. Model Sistem Pembelajaran ICARE Model Sistem Pembelajaran ICARE adalah desain perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran dari mata pelajaran tertentu, dengan lima tahapan Introduce, Connect, Apply, Reflect, Extend. 2. Kualitas Pengalaman Belajar Siswa Hal-hal yang dialami dan diamati oleh siswa selama proses pembelajaran, yang meliputi : perolehan pengetahuan tentang tujuan belajar, motivasi oleh guru, sajian informasi dari guru, guru mampu merangsang diskusi, mendapatkan arahan Kegiatan siswa, guru melaksanakan latihan dan ulangan bagi siswa, melakukan penguatan belajar, mendapatkan pengalaman simulasi. 3. Kecakapan hidup spesifik Siswa Kecakapan Hidup spesifik siswa terdiri dari kecakapan akademik yaitu kecapan yang memerlukan proses berpikir dan kecakapan vokasional atau kecakapan kejuruan yaitu kecakapan yang membutuhkan unjuk kerja. 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model sistem pembelajaran ICARE terhadap kecakapan hidup sepesifik siswa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. perbedaan kualitas pengalaman belajar antara siswa yang diberi dengan yang tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMK Al-Irsyad Tegal. 2. perbedaan kualitas hasil belajar yang berupa kecakapan akademik antara siswa yang diberi dengan yang tidak tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMA Al-Irsyad Tegal.

3. perbedaan kualitas hasil belajar yang berupa kecakapan vokasional antara siswa yang diberi dengan yang tidak tidak diberi perlakuan model sistem pembelajaran ICARE, di SMK Negeri 3 Tegal dan SMA Al-Irsyad Tegal. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara langsung ataupun tidak langsung, untuk penulis sendiri dan pihak-pihak siswa, sekolah, serta Program studi Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran. Bagi penulis, hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mengenai model sistem pembelajaran ICARE sebagai model yang efektif dalam meningkatkan kecakapn hidup spesifik siswa, sehingga lebih memperkaya pengetahuan telah penulis peroleh dari perkuliahan. Selanjutnya, bagi SMK Negeri 3 Tegal dan SMA Al-Irsyad Tegal diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam kerangka meningkatkan keektifan model pembelajaran dalam memperoleh predikat kategori sekolah bertaraf internasional. Siswa sebagai pengguna TIK diharapkan memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini, terutama mengenai kualitas prose pembelajaran yang efektif. Akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran untuk kepentingan pengayaan bahan kajian mengenai model sistem pembelajaran, khususnya TIK.