Ambar Sucianingsih*), Puji Lestari**), Eko Susilo**)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jurnal Kesehatan Kartika 7

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RAWAT ULANG PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG JANTUNG RSU dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

Oleh : EndykaEryeFrety, S. ST., dan Evi Susianti S.ST Dosen Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Jurnal Care Vol. 3, No. 3, Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR.

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEKOMPENSASI KORDIS DI RUANG ICVCU RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

HUBUNGAN ANGKA LEUKOSIT DENGAN KEJADIAN CARDIAC EVENT PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG A5 UPJ RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDHULUAN. Infark miokardium merupakan proses rusaknya jaringan. jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB I LATAR BELAKANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Ni Luh Adik Gustini, Santi Damayanti ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

EFEKTIVITAS PROSES EDUKASI TERPUSAT TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENTINGNYA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUANGAN RAWAT INAP RUMKITAL DR

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

PENGARUH BERMAIN BANANA BOAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA REMAJA DI AREA WISATA PANTAI BANDENGAN JEPARA

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMBATASAN AKTIVITAS FISIK DAN DIET RENDAH GARAM TERHADAP PERILAKU PEMBATASAN AKTIVITAS FISIK DAN DIET RENDAH GARAM PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT ST-ELEVASI (STEMI) DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Ambar Sucianingsih*), Puji Lestari**), Eko Susilo**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Kejadian ST-Segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-Elevasi (STEMI). Desain penelitian ini pre experiment dengan pendekatan two-group posttest design. Populasi penelitian ini seluruh pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 30 responden menggunakan teknik accidental sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan uji shapiro wilk, wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,046 < α (0,05). Sebaiknya pasien meningkatkan perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) sesuai dengan anjuran dari tenaga kesehatan. Kata Kunci: Pendidikan kesehatan tentang Pembatasan Aktifitas Fisik dan Diet Rendah Garam, Perilaku Pembatasan Aktifitas Fisik dan Diet Rendah Garam, Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku 1

ABSTRACT The incidence of ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) often causes sudden death, so it is a medical emergency that requires immediate action. The Purpose of this study was to determine the effect of health education on the limitation of physical activity and a low-salt diet on behavior restrictions on physical activity and a low-salt diet in patients with acute myocardial infarction ST-elevation (STEMI) in hospitals Ungaran Semarang District. The study design was pre experiment with the approach of the two-group posttest. That population of this study all patients with acute myocardial infarction ST-Elevation (STEMI) in Ungaran Semarang District Hospital with a sample of 30 respondents using accidental sampling technique. Data retrieval tool using a questionnaire. Analysis of the data used Shapiro-Wilk test, Wilcoxon. Results showed no effect of health education on the limitation of physical activity and a low salt diet on behavior restrictions on physical activity and a low-salt diet in patients with acute myocardial infarction ST-elevation (STEMI) in hospitals Ungaran Semarang District with a p value of 0.046 <α (0, 05). It is recommend that patients increase physical activity and behavior restrictions on low-salt diet in patients with Acute Myocardial Infarction ST-elevation (STEMI) in accordance with the advice of health professionals. Keywords: Health education on the restriction of Physical Activity and Low-Salt Diet, Physical Activity and Behavior RESTRICTIONS Low-Salt Diet, Acute Myocardial Infarction Patients ST-elevation (STEMI) PENDAHULUAN Latar Belakang Infark Miokard Akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Menurut laporan World Health Organization (WHO) penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di manamana (Garas, 2010). Kejadian ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya (Erhardt, 2012). Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera yaitu tindakan reperfusi, berupa terapi fibrinolitik maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas infark. Komplikasi yang ditimbulkan oleh IMA antara lain gangguan irama dan konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung, regurgutasi mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian (Sudoyo, 2010). Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterlambatan mencari pengobatan, kecepatan serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter yang menangani. Kecepatan penanganan dinilai dari time windowantara onset nyeri dada sampai tiba 2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku

di rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit (Ardiansyah, 2012). Penatalaksanaan dari Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) antara lain terapi konvensional, diet, pembatasan aktivitas, terapi pembedahan (untuk revaskularisasi) dan pendidikan kesehatan (Wita, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang diperoleh data terkait dengan pendidikan kesehatan dan perilaku pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI). Peneliti melakukan pengukuran perilaku pasien pasien Infark Miokard Akut ST- Elevasi (STEMI) yang menjalani perawatan dimana masih ditemukan perilaku yang kurang baik. Selanjutnya peneliti memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan perilaku Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) yaitu memberikan informasi terkait dengan pola tidur, tidak boleh melakukan valsava maneuver misalnya mengejan, mengurangi bicara dan tidak boleh turun dari tempat tidur (BAB dan BAK menggunakan pispot). Rumusan Masalah Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang? Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk engetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian Bagi RSUD Ungaran, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan dasar dalam peningkatan pelayanan khususnya bagi pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI). Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI). METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan post-test dalam satu kelompok (Two-Group posttest Design). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, pada Bulan Agustus 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Infark Miokard Akut ST- Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang menjalani perawatan pada tahun 2016 untuk bulan Januari sebanyak 52 pasien pada bulan Februari sebanyak 48 pasien dan pada bulan Maret sebanyak 67 pasien, sehingga diperoleh rata-rata jumlah pasien dalam satu bulan sebanyak 56 pasien (data RSUD Ungaran 2016). Sampel Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel di atas maka diperoleh jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-masing sebanyak 13 orang, di mana untuk mengantisipasi adanya drop out dari sampel maka sampel ditambah masingmasing kelompok 2 orang (10%), sehingga jumlah sampel yang diteliti sebanyak 15 responden untuk setiap kelompok, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku 3

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Pengumpulan Data Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab sebelumnya. Guna mendapatkan keabsahan kuesioner variabel perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam dilakukan expert judgment. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien Infark Miokard Akut ST-. Elevasi Semarang sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Analisis Bivariat Guna mengetahui perbedaan perilaku pada pasien Infark Miokard Akut ST- Elevasi (STEMI) sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, karena skala data berbentuk ordinal maka analisa data menggunakan uji non parametric yaitu uji wilcoxon. Guna melihat ada perbedaan atau tidak dapat dilihat dari nilai p value, jika p value< 0,05 maka dikatakan ada perbedaan dan bila p value> 0,05 maka dikatakan tidak ada perbedaan. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi Semarang Setelah Penelitian pada Kelompok Kontrol Perilaku f (%) Tidak baik 13 86,7 Baik 2 13,3 Total 15 100,0 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi Semarang Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam pada Kelompok Intervensi Perilaku f (%) Tidak baik 9 60,0 Baik 6 40,0 Total 15 100,0 Tabel 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Terhadap Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-elevasi Semarang Kelompok N Mean SD Z hitung p-value Kontrol 15 1,1333 0,35187-2,000 0,046 intervensi 15 1,4000 0,50709 PEMBAHASAN Gambaran Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST- Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Setelah Penelitian Pada Kelompok Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol kategori tidak baik sebanyak 13 responden (86,7%) dan kategori baik sebanyak 2 responden (13,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol sebagian besar kategori tidak baik. Responden mempunyai perilaku pembatasan aktivitas fisik kategori tidak baik dimana selama di rawat responden melakukan aktivitas fisik di atas tempat tidur (66,7%), mengurangi komunikasi 4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku

yang lama dengan pengunjung atau keluarga (66,7%), mengkonsumsi makanan yang mengandung serat (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium seperti pisang, sari jeruk, jagung dan brokoli (66,7%), mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium seperti kacang tanah, kacang polong (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung garam (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak (73,3%). Apabila proses iskemia berlangsung lebih lama, maka otot jantung akan mengalami nekrosis sehingga terjadilah infark miokard akut. Infark pada miokard ini akan menyebabkan kontraksi miokard akan menurun dan tidak efektif untuk memompa darah. Hal ini akan menimbulkan penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan curah jantung. Perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) setelah penelitian pada kelompok kontrol kategori tidak baik diantaranya disebabkan oleh faktor pengetahuan (knowledge) yang kurang. Gambaran Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-. Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam pada Kelompok Intervensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada kelompok kontrol kategori tidak baik sebanyak 9 responden (60,0%), kategori baik sebanyak 6 responden (40,0%). Responden mempunyai perilaku pembatasan aktivitas fisik kategori tidak baik dimana selama di rawat saya melakukan aktivitas fisik di atas tempat tidur (60,0%), selama di rawat saya setiap melakukan aktivitas fisik dibantu oleh perawat atau keluarga (100,0%), selama di rawat saya mengurangi komunikasi yang lama dengan pengunjung atau keluarga (60,0%), selama di rawat saya beristirahat dengan cukup (73,3%), selama dirawat saya mengejan saat buang air besar (100,0%), selama dirawat saya melakukan batuk yang keras (100,0%) dan selama dirawat saya menghabiskan porsi makanan sesuai diet yang diberikan dari rumah sakit (60,0%). Penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri (apabila terjadi infark di daerah ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena penurnan kontraktilitas miokard disertai dengan peningkatan venous return (aliran balik vena). Hal ini tentunya akan meningkatkan bendungan darah di paru-paru. Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru sehingga terjadilah oedema paru. Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru-paru. Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh akan melakukan kompensasi melalui perangsangan sistem adrenergik untuk mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi, maka penurunan curah jantung akan memicu penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem renin angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak diimbangi dengan peningkatan tekanan atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan volume cairan yang berujung pada oedema perifer. Selain Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku 5

itu, penurunan aliran darah ke otak juga dapat terjadi. Hal ini akan menyebabkan hipoksia serebral yang berujung pada penurunan kesadaran. Jadi, patofisiologi infark miokard beserta komplikasinya sangat tergantung pada luas serta tempat infark terjadi pada otot jantung. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sama komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk. Perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi Semarang setelah penelitian pada kelompok intervensi kategori tidak baik diantaranya disebabkan oleh faktor sikap (attitude) afektif. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Terhadap Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-elevasi Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) pada kelompok kontrol setelah penelitian sebesar 1,1333 dengan standar deviasi 0,35187, sedangkan pada kelompok intervensi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam sebesar sebesar 1,4000 dengan standar deviasi 0,50709. Hasil uji wilcoxon rank test didapatkan nilai Z hitung sebesar 2,000 dengan p- value sebesar 0,046, artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami (Mubarak, 2007). Salah satu pendidikan yang dapat diberikan terkait dengan kesehatan dengan melakukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk, 2012). Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan yaitu perilaku sehat sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompokknya dalam meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yagn ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 2008). Mengubah perilaku seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui tahap sensitisasi, publisitas, 6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku

edukasi dan motivasi. Pada tahap sensitisasai dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. Tahap publisitas bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan. Tahap edukasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mengarah perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut dimana cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar (Maulana, 2009). Penelitian dari Lukman (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK Di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan p value 0,000 (α = 0,05). KESIMPULAN Perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol sebagian besar kategori tidak baik yaitu sebanyak 13 responden (87,6%). Perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada kelompok intervensi sebagian besar kategori tidak baik yaitu sebanyak 9 responden (60,0%). Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infartk Miokard Infark ST-Elevasi Semarang, dengan p-value sebesar 0,046 (α = 0.05). SARAN Bagi Pasien, dapat dijadikan sumber informasi dalam meningkatkan perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Infark (STEMI). Pihak Rumah Sakit sebaiknya perlu memberikan fasilitas atau sarana prasarana yang optimal, seperti adanya kamar mandi di dalam setiap ruang perawatan yang dilengkapi dengan pispot atau urinal untuk setiap pasien. Pembatas atau sekat antar pasien berupa tirai yang tertutup mengelilingi pasien agar pasien nyaman saat BAB atau BAK di atas tempat tidur DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Narbuko (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Ardiansyah (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press. Arikunto (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka. Aksara. Azwar, (2010). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar. Bustan (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Rineka Cipta,. Jakarta Dalimarta (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus Depkes (2008). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta Effendy (2008). Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Erhardt L, Herlitz J, Bossaert L. (2012). Task force on the management of chest pain. EurHeart J. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku 7

Fitriani (2011). Promosi Kesehatan. Cetakan 1.Yogyakarta: Graha Ilmu Garas (2010). Myocardial Infarction. Emedicine Cardiology. Available from: http://emedicine.medscape.com/article /155919-overview[Accessed 23 Februari 2016] Ghozali (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS 19 (edisi kelima) Semarang: Universitas Diponegoro. Lukman (2015). Hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK Di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Skripsi PSIK STIKES Wiyata Husada Mansjoer (2009). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius. FKUI Maulana (2009). Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC Mubarak (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu Mubarak dan Chayati (2009). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Nasution (2008). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka. Cipta. Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. PERKI (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta Purwanti, (2007). Hubungan Pola Makan dengan Hipertensi pada Remaja di MAN Semarang I. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Smeltzer & Bare (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suliha (2012). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : ECG. Sulisno (2009). Metodologi penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika Sunaryo (2008). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC. Udijanti (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika. Wawan dan Dewi (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wita (2014). Pemakaian Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (Ace) Pada Payah Jantung Kongestif. Medika No 83 tahun 25 hal 2-6 8 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktifitas Fisik Dan Diet Rendah Garam terhadap Perilaku