BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSIDASAR BAHASA INDONESIA SMPLB AUTIS

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMPLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet (Tuchman, 1989). Bukan hanya itu,

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembentukan sikap merupakan dimensi belajar yang selama ini kurang diperhatikan di Indonesia. Kurikulum-kurikulum yang selama ini diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia kurang memperhatikan pembentukan sikap pada siswa, dan lebih berfokus untuk membekali siswa dengan pengetahuan semata (Kemdikbud, 2013). Kurangnya perhatian terhadap pembentukan sikap dan karakter siswa sejak dini berdampak buruk terhadap karakter warga negara secara umum, yang berimplikasi pada tingginya permasalahan sosial, ekonomi, dan tingginya tingkat kriminalitas. Salah satu contoh efek langsung dari tidak tumbuhnya sikap dan karakter yang baik pada siswa adalah tingginya angka tawuran antar pelajar. Data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkap bahwa sepanjang tahun 2010 sampai 2013 di daerah Jabodetabek saja terjadi 301 kasus tawuran yang menewaskan 46 orang pelajar (KPAI: Selama 3 tahun 46 pelajar tewas akibat tawuran; Viva news, 2013). Dalam rilis yang berbeda, KPAI menyebutkan bahwa dari sekitar 2 juta tindak aborsi yang terjadi tiap tahun di Indonesia, 62 persen dilakukan oleh remaja usia sekolah (Ngeri, 1 dari 5 remaja melakukan aborsi; Detik news, 2012). Data-data yang diungkap di atas menegaskan bahwa sikap dan karakter siswa Indonesia berada pada taraf kritis, sehingga negara harus melakukan usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut. Usaha sistematis yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan pembentukan sikap sebagai hasil belajar di dalam sistem pendidikan Indonesia. Sikap dan karakter terbentuk secara bertahap melalui pembelajaran, pembiasaan, pengalaman pribadi, pengaruh media masa, pengaruh kebudayaan, dan interaksi sosial dengan pihak lain yang telah mengadopsi sikap tertentu (Azwar, 1995). Lebih lanjut dijelaskan bahwa institusi

2 pendidikan merupakan salah satu sarana pembentukan sikap yang efektif karena bersifat berkelanjutan, terstruktur, dan menyediakan informasi yang reliabel untuk siswa dalam membangun sikap dan kepribadian. Oleh karena itu, sarana yang paling tepat dalam pembantukan sikap adalah melalui sistem pendidikan yang pelaksanaannya berkelanjutan, sistematis, dan terukur. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Indonesia menegaskan bahwa usaha untuk menciptakan warga negara dengan karakter unggul merupakan tanggung jawab sistem pendidikan (Kemdikbud, 2013). Sistem pendidikan memiliki peran strategis dalam mendidik dan menyiapkan generasi muda untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta karakter yang unggul. Terlebih lagi, persaingan di era global menuntut terciptanya warga negara yang memiliki sikap dan karakter unggul, memiliki keterampilan dan kecakapan hidup serta memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Tuntutan yang kompleks ini menuntut adanya perbaikan dan peningkatan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai usaha perbaikan dari kurikulum sebelumnya yang kurang memperhatikan pembentukan sikap, sistem pendidikan Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang memberikan perhatian berimbang antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 memberikan perhatian lebih kepada pembentukan sikap dan karakter siswa dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum yang berlaku sebelumnya di Indonesia. Kurikulum 2013 membagi kompetensi lulusan menjadi Kompetensi Inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dari empat kompetensi inti yang terkandung pada kurikulum baru ini, dua diantaranya merumuskan tentang sikap-sikap unggul yang wajib dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar yang bisa diukur. Kompetensi inti I mengandung nilai spiritual, sedangkan kompetensi inti II mengamanatkan terbentuknya sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan siswa Indonesia menjadi warga negara yang

3 memiliki kemampuan hidup sebagai insan yang beriman, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, berkarakter serta mampu berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara dalam peradaban dunia (Muhajir, 2013). Tuntutan sikap yang terkandung dalam kompetensi inti 1 (KI-1) dan kompetensi inti 2 (KI-2) pada Kurikulum 2013 merupakan sikap universal dan berlaku umum untuk setiap mata pelajaran. Sementara itu, pada pembelajaran sains terdapat sikap penting lain yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap-sikap atau nilai yang mencirikan karakter dan pola pikir ilmuwan ketika bekerja. Kerja ilmuwan yang dimaksud dapat berupa observasi, eksperimen, atau aktivitas empiris dan analitis lainnya (Carin, 1997). Sikap ilmiah mengajarkan siswa untuk menghargai fakta, berpikir logis, menarik kesimpulan dari data, dan membuat keputusan dengan pertimbangan yang tepat. Sikap ilmiah merupakan sikap yang penting untuk diadopsi siswa dalam mempelajari sains dan menghadapi persaingan era modern. Secara teoritis integrasi pembentukan sikap menjadi tujuan belajar yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran merupakan langkah maju bagi dunia pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya kehadiran Kurikulum 2013 tidak serta-merta mendapat dukungan dari semua pihak. Tidak sedikit pakar dan praktisi pendidikan yang secara terbuka menolak implementasi kurikulum baru pada tahun 2013 karena dianggap terlalu dipaksakan dan belum ada kesiapan pada komponen pendukungnya (Kurikulum 2013 ditolak; Kompas, 2012). Pihak yang menolak beralasan bahwa perubahan fundamental yang dibawa Kurikulum 2013 akan sulit untuk diimplementasikan tanpa daya dukung yang baik dari komponen-komponen vital sebuah kurikulum tersebut (Penerapan Kurikulum 2013 terlalu dipaksakan; Tempo, 2014).

4 Menurut UNESCO (2005), komponen kurikulum yang paling nyata dan dekat dengan siswa serta menjadi acuan utama dalam pembelajaran adalah buku teks. UNESCO menegaskan bahwa buku teks merupakan bagian yang tidak tergantikan dalam proses pembelajaran, dengan tiga fungsi pokok, yaitu (1) fungsi informasi, (2) fungsi pengaturan dan pengorganisasian pembelajaran, serta (3) fungsi pemandu pembelajaran (Seguin, 1989). Chiapetta (2006) menemukan bahwa lebih dari 90% guru di sekolah menengah mengandalkan buku teks untuk mengatur pengorganisasian materi, penyampaian materi, serta pemberian penugasan dan pekerjaan rumah. Sejalan dengan itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 menyatakan bahwa buku teks berperan penting dan memiliki kedudukan yang strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2008). Pada Pasal 1 Ayat (3) Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 dijelaskan bahwa Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tingi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis, dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa salah satu kunci keberhasilan sebuah kurikulum adalah tersedianya buku teks yang berkualitas dan mampu menunjang implementasi kurikulum tersebut. Fungsi esensial buku teks dalam pembelajaran disikapi oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang perbukuan, yang memberikan dasar hukum bagi negara untuk memfasilitasi penyediaan buku bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Kemudian, untuk menunjang implementasi Kurikulum 2013

5 pada pembelajaran di kelas, Depdikbud menerbitkan buku teks resmi untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi siswa. Buku paket resmi Kurikulum 2013 ini merupakan panduan utama guru dalam mengembangkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, termasuk pembentukan sikap siswa. Buku teks resmi ini diharapkan bisa membantu guru beradaptasi terhadap pergantian kurikulum dan mampu mengembangkan pembelajaran yang mendorong pembentukan sikap. Mudlofir (2011) menyatakan bahwa salah satu kualitas penting yang wajib dimiliki oleh buku teks dan bahan ajar secara umum adalah kesesuaian dengan kurikulum, terlebih lagi bagi sebuah buku teks resmi yang menjadi sumber belajar utama bagi siswa dalam mencapai tuntutan standar kompetensi lulusan. Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat Schader (2008) yang menyebutkan sebuah buku teks harus kompatibel dengan kurikulum dan mengakomodasi keseluruhan tujuan kurikulum agar dapat bermanfaat maksimal bagi guru dan siswa. Mengingat pentingnya pembentukan sikap sejak dini melalui pembelajaran, dan peran strategis yang dimiliki buku teks dalam pembelajaran, maka dilakukan sebuah penelitian dengan judul Analisis Kandungan Sikap pada Buku Teks IPA Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran di SMP. Penelitian ini dirancang untuk mengungkap kemunculan indikator pembentuk sikap yang terkandung di dalam buku teks IPA yang digunakan pada kelas VII SMP. Kandungan indikator sikap yang terdapat didalam buku teks kemudian akan dilihat sinkronisasinya dengan pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, untuk kemudian dapat dibandingkan dengan tuntutan pembentukan sikap yang diwajibkan oleh Kurikulum 2013. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran mengenai daya dukung buku teks terhadap proses pembentukan sikap unggul yang menjadi tujuan besar dari implementasi Kurikulum 2013.

6 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah kandungan sikap pada buku teks IPA Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam pembelajaran di SMP? C. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dikembangkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kandungan kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial, dan sikap ilmiah di dalam buku teks pada mata pelajaran IPA kelas VII? 2. Bagaimanakah implementasi kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial, dan sikap ilmiah dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA kelas VII? 3. Bagaimanakah implementasi kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial, dan sikap ilmiah di dalam pembelajaran kelas VII pada mata pelajaran IPA? D. BATASAN MASALAH Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka ditetapkan batasan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Buku teks yang dianalisis adalah buku teks resmi Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kelas VII SMP. Analisis buku teks dilakukan pada tiga materi pokok biologi yang terkandung di dalam buku teks IPA, yaitu materi pokok interaksi makhluk hidup dengan lingkungan, materi pokok dampak pencemaran terhadap kehidupan, dan materi pokok pemanasan global. Tiga materi pokok tersebut terkandung

7 dalam kompetensi dasar 3.8, 3.9, dan 3.10 mata pelajaran IPA kelas VII pada Kurikulum 2013. 2. Sikap yang diamati adalah sikap-sikap yang wajib dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar sesuai tuntutan Kurikulum 2013, yang terbagi menjadi kompetensi sikap (sikap religius dan sikap sosial) dan sikap ilmiah. 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses pembelajaran yang dijadikan obyek pengamatan terdiri dari tiga materi pokok yang dianalisis pada buku teks, yaitu interaksi makhluk hidup dengan lingkungan, dampak pencemaran terhadap kehidupan, dan pemanasan global. Pengamatan rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses pembelajaran dilakukan di sekolah pilot project Kurikulum 2013. Pengamatan dilakukan pada tiga kelas yang dibimbing oleh tiga guru yang berbeda pada salah satu SMP Negeri pelaksana Kurikulum 2013 di Kota Bandung. E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kandungan kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial, dan sikap ilmiah di dalam buku teks Ilmu Pengetahuan Alam Kurikulum 2013 untuk kelas VII SMP. 2. Mendeskripsikan implementasi kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial dan sikap ilmiah dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII SMP. 3. Mendeskripsikan implementasi kompetensi sikap religius, kompetensi sikap sosial dan sikap ilmiah di dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas VII. F. MANFAAT PENELITIAN

8 Penelitian ini diharapkan memberikan luaran berupa kajian analisis kandungan kompetensi sikap dan sikap ilmiah pada buku teks Ilmu Pengetahuan Alam Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam proses pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan sebagai sumbang saran bagi perbaikan buku teks tersebut. Lebih rinci, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1. Manfaat untuk siswa a. Siswa diharapkan mendapatkan bimbingan yang lebih baik dari guru dalam mencapai terbentuknya sikap spiritual, sosial, dan sikap ilmiah yang unggul. b. Siswa diharapkan lebih mudah untuk mengetahui tuntutan sikap yang terkandung di dalam buku teks yang mereka gunakan. c. Siswa terbantu untuk mengembangkan sikap yang melambangkan karakter unggul untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 2. Manfaat untuk guru a. Guru diharapkan terbantu untuk merumuskan arahan pembentukan sikap yang terkandung secara implisit di dalam buku teks. b. Guru diharapkan terbantu dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk mencapai tuntutan penanaman sikap yang diwajibkan kurikulum 2013 3. Sumbang saran untuk Pusat Kurikulum dan Perbukuan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengenai daya dukung buku teks IPA SMP terhadap pembentukan sikap dalam pembelajaran, untuk dapat dijadikan pertimbangan perbaikan dan revisi. 4. Manfaat bagi masyarakat ilmiah

9 a. Penelitian ini diharapkan menghasilkan literatur yang bermanfaat bagi masyarakat ilmiah mengenai daya dukung buku teks IPA kurikulum 2013 dalam menunjang pembentukan sikap. b. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.