BAB III MEKANISME PENANGANAN ADMINISTRASI PEJABAT NEGARA DAN PEJABAT LAINNYA. A. Mekanisme Penanganan Rancangan Keputusan Presiden

dokumen-dokumen yang mirip
BAGIAN KESATU PENDAHULUAN

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 78 TAHUN 2000 (70/2000) TENTANG PENETAPAN PENSIUN POKOK MANTAN PEJABAT NEGARA DAN JANDA/DUDANYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA c. Standar Pelayanan Pemantauan Kegiatan Lembaga Negara dan Lembaga Non Struktural

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara)

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Standar Pelayanan Administrasi Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Negara

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penugasan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Menetapkan: MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN HARI RAYA DALAM TAHUN ANGGA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-04.AH TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

2015, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

1 of 5 21/12/ :03

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM

STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI PENGANGKATAN DALAM DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN KESATU PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG JABATAN YANG TIDAK BOLEH DIRANGKAP OLEH HAKIM AGUNG DAN HAKIM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS ANGGOTA KOMISI YUDISIAL

Transkripsi:

BAB III MEKANISME PENANGANAN ADMINISTRASI PEJABAT NEGARA DAN PEJABAT LAINNYA A. Mekanisme Penanganan Rancangan Keputusan 1. Pengusulan Pengangkatan dan Pemberhentian a. Instansi/lembaga pengusul menyampaikan surat usul pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara/pejabat lainnya kepada ; b. Kelengkapan administrasi usul pengangkatan pejabat negara/pejabat lainnya adalah sebagaimana tertera pada Tabel 1 di bawah ini. TABEL 1 KELENGKAPAN ADMINISTRASI USUL PENGANGKATAN PEJABAT NEGARA DAN PEJABAT LAINNYA No Jenis Pejabat Kelengkapan Administrasi A. Pejabat 1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2. Anggota Dewan Perwakilan Daerah 1. Berita Acara KPU. 2. Surat usulan dari DPP Partai Politik yang bersangkutan. 3. Surat usulan Ketua DPR untuk pergantian antar waktu. 4. Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 1. Berita Acara KPU. 3. Anggota Mahkamah Agung 1. Surat usulan dari Ketua Mahkamah Agung. 3. Keputusan tentang Pengangkatan yang Bersangkutan. 4. Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 4. Anggota Mahkamah Konstitusi 1. Surat usulan dari DPR. 5. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan 1. Surat usulan dari DPR atas pertimbangan DPD. 6. Menteri Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 7. Kepala

- 19 - No Jenis Pejabat Kelengkapan Administrasi 7. Kepala Perwakilan Diplomatik 1. Surat Usulan dari Menteri Luar Negeri. 3. Agreement dengan negara penerima. 4. Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 8. Gubernur dan Wakil Gubernur 1. Surat Usulan dari Menteri Dalam Negeri. 2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum. 3. Berita Acara Komisi Pemilihan Umum. 4. Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 5. Keputusan Mahkamah Konstitusi. 9. Hakim pada semua Lembaga Peradilan a. Hakim Peradilan Umum b. Hakim Peradilan Tata Usaha c. Hakim Peradilan Agama d. Hakim Mahkamah Syar iyah e. Hakim Ad Hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi f. Hakim Ad Hoc Pengadilan Niaga g. Hakim Ad Hoc Pengadilan Hak Asasi Manusia h. Hakim Ad Hoc Pengadilan 1. Surat Usulan dari Mahkamah Agung. 3. Fotokopi DP3 Terakhir. 4. Fotokopi SK Pengangkatan Calon Hakim. 5. Sertifikat Diklat Dasar Hakim. 1. Surat Usulan dari Mahkamah Agung. Hubungan Industrial i. Hakim Peradilan Militer 1. Surat Usulan dari Mahkamah Agung. 2. Surat Usulan dari Panglima TNI. j. Hakim Peradilan Pajak 1. Surat Usulan dari Menteri Keuangan. 10. Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi 1. Surat Usulan dari DPR. B. Pejabat Lainnya 1. Anggota Dewan Pertimbangan Daftar Riwayat Hidup yang Bersangkutan. 2. Kepala Perwakilan Konsuler 1. Surat Usulan dari Menteri Luar Negeri. 3. Anggota BP Migas 1. Surat Usulan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 4. Anggota

- 20 - No Jenis Pejabat Kelengkapan Administrasi 4. Anggota BPH Migas 1. Surat Usulan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 5. Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha 6. Anggota Deputi Gubernur Bank Indonesia 7. Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat 8. Penunjukan Wakil Indonesia dalam Organisasi Internasional 9. Anggota Komisi Pemilihan Umum 10. Anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia 11. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Indonesia 12. Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 1. Surat Usulan dari Panitia Seleksi Pemilihan Anggota KPPU tentang pengangkatan calon terpilih dalam keanggotan KPPU. 1. Surat Usulan dari Gubernur Bank Indonesia. 1. Surat Usulan dari Panitia Seleksi Pemilihan Anggota KPIP tentang pengangkatan calon terpilih dalam keanggotan KPIP. 1. Surat Usulan dari Menteri Keuangan. 1. Surat Usulan dari Panitia Seleksi Pemilihan Anggota KPU tentang pengangkatan calon terpilih dalam keanggotan KPU. 1. Surat Usulan dari Panitia Seleksi Pemilihan Anggota KPAI tentang pengangkatan calon terpilih dalam keanggotaan KPAI. 1. Surat dari Menteri Perdagangan kepada tentang usul pengangkatan sebagai Anggota BPKN. 2. Surat Persetujuan dari DPR. 3. Daftar Riwayat Hidup. 1. Surat dari Panitia Seleksi Calon Anggota LPSK kepada tentang penyampaian nama-nama Calon Anggota LPSK. 2. Surat Persetujuan dari DPR. 3. Daftar Riwayat Hidup. 2. Penelitian

- 21-2. Penelitian dan Penyiapan Rancangan Keputusan a. Menteri Sekretaris secara hierarkis memberikan arahan kepada Deputi Menteri Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia untuk melakukan penelitian atas usul pengangkatan atau pemberhentian pejabat negara/pejabat lainnya; b. Pejabat sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas secara hierarkis menyiapkan Rancangan Keputusan beserta memorandum Menteri Sekretaris kepada, yang tahapannya sebagaimana tertera dalam Bagan 1. BAGAN 1 TAHAPAN PENERBITAN RANCANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEJABAT NEGARA DAN PEJABAT LAINNYA Kegiatan Bagian Mutasi Pejabat Biro Kepegawaian Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia Menteri Sekretaris 1. Meneliti kelengkapan administrasi 1 2. Mencari referensi (bila perlu) 2 3. Menyiapkan dan mengajukan naskah Rancangan Keppres dan Memorandum Pengantar 3 4. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia 4 5. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada Menteri Sekretaris 5 6. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada 6 7. Menandatangani Rancangan Keppres (bila disetujui) 7 3. Penyelesaian

- 22-3. Penyelesaian Naskah Keputusan Setelah Rancangan Keputusan ditandatangani oleh selanjutnya dilakukan: a. Otentifikasi, dengan tata cara sebagai berikut: 1) penomoran Keputusan dilakukan oleh Bagian Mutasi Pejabat atas perintah Kepala Biro Kepegawaian; 2) pembuatan Salinan dan Petikan yang ditandatangani oleh Deputi Menteri Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia; 3) pembubuhan stempel pada naskah petikan dan fotokopi salinan serta surat pengantar dilakukan oleh Bagian Mutasi Pejabat. b. Penyampaian Salinan dan Petikan Keputusan kepada yang bersangkutan dan pihak-pihak yang berkepentingan. c. Pendokumentasian berkas mutasi pejabat negara, dengan cara: 1) pembuatan Kartu Kendali (kartu personal, kartu instansional, dan daftar aktif pejabat, baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy) dilakukan oleh Bagian Mutasi Pejabat yang dilaksanakan oleh seorang arsiparis; 2) penyimpanan baik berkas asli maupun duplikasinya dilakukan oleh Bagian Mutasi Pejabat. B. Penyiapan Naskah Pelantikan Pejabat Penyiapan naskah pelantikan pejabat negara dilakukan secara terkoordinasi oleh Bagian yang terkait di lingkungan Biro Kepegawaian, Deputi Menteri Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia. C. Penetapan Pemberian Pensiun Pejabat Dan Pejabat Lainnya 1. Ketentuan Umum Tidak semua pejabat di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia memperoleh hak pensiun. Beberapa pejabat yang tidak memperoleh hak pensiun adalah sebagai berikut: a. Hakim Ad Hoc pada semua lembaga peradilan; b. Pejabat lainnya yang berdasarkan peraturan perundang-undangan tidak diberikan pensiun; c. Hakim Pengadilan Umum, Pengadilan Agama, Hakim Pengadilan Militer dan Hakim Pengadilan Tata Usaha. Hakim pada pengadilan-pengadilan ini tidak memperoleh pensiun Pejabat, melainkan mendapatkan Pensiun Pegawai Negeri Sipil/Anggota TNI dengan jabatan terakhir sebagai Hakim. 2. Pejabat

- 23-2. Pejabat yang Memiliki Hak Pensiun Pejabat yang memiliki hak pensiun adalah sebagai berikut: a. dan Wakil yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun Pejabat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi, pada Pasal 12 disebutkan bahwa pimpinan MPR yang bukan pimpinan DPR yang berhenti dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun yang penetapannya dengan Keputusan. c. Anggota Dewan Perwakilan Daerah/Majelis Permusyawaratan Rakyat Hingga saat ini belum ada aturan hukum yang secara khusus mengenai penetapan pemberian pensiun kepada Anggota DPD. Namun demikian dapat dianalogikan bahwa dikarenakan DPD merupakan Lembaga Tinggi, maka aturan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi dapat diterapkan sebagai dasar penetapan pemberian pensiun kepada mantan Anggota DPD. d. Anggota Mahkamah Agung Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi pada Pasal 12 menyebutkan bahwa Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi yang berhenti dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun yang penetapannya dengan Keputusan. e. Anggota Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2006 Pasal 4, disebutkan bahwa mantan Ketua, Wakil Ketua dan mantan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi beserta janda/duda berhak memperoleh pensiun berdasarkan peraturan perundang-undangan. Besaran pensiun ditetapkan berdasarkan masa jabatan sampai mencapai batas persentasi pensiun maksimum dengan mendahulukan dasar pensiun yang tertinggi. Hak Keuangan/Administratif bagi Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi adalah sama dengan Hak Keuangan

- 24 - Keuangan/Administratif bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota pada Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administrasi Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi. f. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Sesuai Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi, disebutkan bahwa Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi yang berhenti dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun yang penetapannya dengan Keputusan. g. Menteri Sesuai ketentuan Pasal 10 dan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Menteri dan Bekas Menteri serta Janda/Dudanya, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2000 dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2000 tentang Penetapan Pensiun Pokok Mantan Pejabat dan Janda/Dudanya, Menteri yang berhenti dengan hormat dari jabatannya dan berhak memperoleh pensiun yang penetapannya diberikan dengan Keputusan. h. Kepala Perwakilan Diplomatik (Dubes LBBP RI) Dubes yang berhenti dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun yang penetapannya diberikan dengan Keputusan. Ketentuan mengenai penetapan pemberian pensiun tersebut diatur di dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Pasal 29 ayat (1). i. Anggota Komisi Yudisial Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial Pasal 8, antara lain menyatakan bahwa Kedudukan Protokoler dan Hak Keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Yudisial diberlakukan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi pejabat negara. Oleh karena itu Hak Keuangan/Administratif bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Yudisial adalah sama dengan Hak Keuangan/Administratif bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administrasi Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi. j. Gubernur

- 25 - j. Gubernur dan Wakil Gubernur (Kepala Daerah Tingkat I) Sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2000 tentang Penetapan Pensiun Pokok Mantan Pejabat dan Janda/Dudanya, Gubernur dan Wakil Gubernur yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun Pejabat. 3. Pengusulan Pensiun Pejabat /Pejabat Lainnya a. Secara administratif Sekretaris Jenderal Lembaga Tinggi yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada untuk menerbitkan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Lembaga Tinggi ; b. Kelengkapan Administrasi untuk penerbitan Rancangan Keputusan tentang Pemberian Pensiun Pejabat diatur sebagaimana dalam Tabel 2 berikut. TABEL 2 KELENGKAPAN ADMINISTRASI UNTUK PENERBITAN RANCANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEMBERIAN PENSIUN PEJABAT NEGARA No Nama Pejabat Kelengkapan Administrasi 1 dan Wakil 2. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 3. Anggota Dewan Perwakilan Daerah 4. Anggota Mahkamah Agung 1. TAP MPR tentang Pengangkatan dan Pemberhentian dan Wakil Republik Indonesia (sebelum amandemen keempat); 2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum tentang Penetapan Pasangan Terpilih dan Wakil Hasil Pemilihan Umum; 3. Daftar Riwayat Hidup; 1. Surat Usulan dari ketua DPR untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Anggota DPR; 3. Fotokopi SK Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota DPR; 1. Surat Usulan dari ketua DPD untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Anggota DPD; 3. Fotokopi SK Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota DPD; 1. Surat Usulan dari Ketua Mahkamah Agung untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Hakim Agung; 3. Fotokopi SK Pengangkatan Hakim Agung; 5. Anggota

- 26 - No Nama Pejabat Kelengkapan Administrasi 5. Anggota Mahkamah Konstitusi 6. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan 1. Surat Usulan dari Ketua Mahkamah Konstitusi untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Mahkamah Konstitusi; 3. Fotokopi SK Pengangkatan dan Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Mahkamah Konstitusi; 1. Surat Usulan dari Ketua BPK untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Anggota BPK; 3. Fotokopi SK Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota BPK; 7. Menteri 1. Keputusan tentang Pemberhentian yang bersangkutan; 3. Pas Foto ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar; 4. Fotokopi Kartu Keluarga yang bersangkutan. 8. Kepala Perwakilan Diplomatik 9. Anggota Komisi Yudisial 10. Gubernur dan Wakil Gubenur Kepala Daerah Tingkat I 1. Surat dari Menteri Luar Negeri perihal Usulan Pemberian Pensiun kepada Mantan Duta Besar LBBP Republik Indonesia untuk negaranegara sahabat; 3. Pertimbangan teknis dari Badan Kepegawaian ; 1. Surat Usulan dari Ketua Komisi Yudisial untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Pemberian Hak Pensiun kepada Anggota Komisi Yudisial; 3. Fotokopi SK Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Yudisial; 4. Pas foto 4x6 sebanyak 6 lembar; 1. Surat Usulan dari Menteri Dalam Negeri untuk permohonan penerbitan Keputusan tentang Penetapan Pemberian Pensiun kepada Mantan Gubernur/Wakil Gubernur; 3. Pas foto 4x6 sebanyak 6 lembar; 4. Fotokopi Kartu Keluarga yang bersangkutan. 4. Penelitian

- 27-4. Penelitian dan Penyiapan Rancangan Keputusan a. Menteri Sekretaris secara hierarkis memberikan arahan kepada Deputi Menteri Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia untuk melakukan penelitian atas usul pensiun pejabat negara/pejabat lainnya; b. Pejabat sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas secara hierarkis menyiapkan Rancangan Keputusan beserta memorandum Menteri Sekretaris kepada, yang tahapannya sebagaimana tertera dalam Bagan 2. BAGAN 2 TAHAPAN PENERBITAN RANCANGAN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEMBERIAN PENSIUN PEJABAT NEGARA Kegiatan Bagian Mutasi Pejabat Biro Kepegawaian Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia Menteri Sekretaris 1. Meneliti kelengkapan administrasi 2. Mencari Referensi (bila perlu) 2 1 3. Menyiapkan dan mengajukan Rancangan Keppres dan Memorandum Pengantar 3 4. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia 4 5. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada Menteri Sekretaris 5 6. Meneliti Rancangan Keppres dan meneruskan kepada 6 7. Menandatangani Rancangan Keppres (bila disetujui) 7 D. Penyiapan Surat tentang Permohonan Pertimbangan/Persetujuan DPR Penyiapan naskah surat dimaksudkan untuk menyampaikan nama calon pejabat yang menurut peraturan perundang-undangan membutuhkan pertimbangan/persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Permohonan pertimbangan/persetujuan tersebut mengenai: 1. nama-nama calon untuk diangkat dalam jabatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara-negara sahabat; 2. nama-nama

- 28-2. nama-nama calon untuk diangkat dalam keanggotaan Komisi Pemilihan Umum; 3. nama-nama calon untuk diangkat dalam keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia; 4. nama-nama calon untuk diangkat dalam keanggotaan Komisi Penyiaran Indonesia Pusat; 5. nama-nama calon untuk diangkat dalam jabatan Deputi Gubernur Bank Indonesia; 6. nama-nama calon Ketua dan Anggota Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (BPH Migas); 7. nama-nama calon Ketua dan Anggota Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas); 8. hasil seleksi nama-nama calon Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi; 9. surat-surat lainnya yang berkaitan dengan penanganan administrasi mutasi pejabat negara. Tahapan penyiapan naskah surat dapat dilihat pada bagan berikut. BAGAN 3 TAHAPAN PENYIAPAN NASKAH SURAT PRESIDEN Kegiatan Bagian Mutasi Pejabat Biro Kepegawaian Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia Menteri Sekretaris 1. Meneliti kelengkapan administrasi 1 2. Mencari Referensi (bila perlu) 2 3. Menyiapkan dan mengajukan konsep surat beserta Memorandum pengantar 3 3 4. Meneliti konsep surat beserta Memorandum pengantar dan meneruskannya kepada Deputi Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia 4 5. Meneliti konsep surat beserta Memorandum pengantar dan meneruskannya kepada Menteri Sekretaris 5 6. Meneliti konsep surat dan menandatangani Memorandum pengantar serta meneruskannya kepada 6 7. Menandatangani surat 7 Setelah

- 29 - Setelah surat ditandatangani oleh, tahapan kegiatan berikutnya adalah: 1) penomoran surat oleh Bagian Persuratan dan Reproduksi, Biro Tata Usaha atas permintaan Bagian Mutasi Pejabat, Biro Kepegawaian; 2) pengiriman surat ke instansi yang bersangkutan dilakukan dalam keadaan tertutup/tersegel, disertai dengan tanda terima; 3) penyimpanan surat asli yang dibubuhi paraf beserta dokumen pendukungnya dilakukan oleh Bagian Mutasi Pejabat. E. Koordinasi Penanganan Administrasi Pejabat dan Pejabat Lainnya serta Penerusan Berkas Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penanganan administrasi Pejabat dan Pejabat Lainnya adalah sebagai berikut. 1. Koordinasi dalam rangka pemenuhan kelengkapan data Koordinasi yang dilakukan terkait dengan kelengkapan data administrasi yang diperlukan dalam rangka penerbitan Keputusan tentang mutasi pejabat negara. 2. Koordinasi dalam rangka penyelesaian kasus yang dihadapi Koordinasi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penanganan dan penyiapan telaah staf yang akan dilaporkan secara hierarkis kepada Menteri Sekretaris /. Koordinasi yang dilakukan dapat berupa: a. koordinasi antar pegawai/pejabat dalam rangka pengumpulan data dan informasi guna mendukung penyelesaian permasalahan administrasi; b. melakukan persiapan dalam rangka koordinasi antara /Menteri Sekretaris dengan pimpinan lembaga/instansi terkait. Persiapan dapat berupa menyiapkan surat konfirmasi terhadap suatu permasalahan, menyiapkan bahan-bahan, menyiapkan surat undangan untuk rapat koordinasi, dan menyiapkan surat /Menteri Sekretaris dalam rangka klarifikasi terhadap permasalahan yang dihadapi. 3. Koordinasi dalam rangka penyampaian Salinan dan Petikan Koordinasi dilakukan dalam rangka distribusi Keputusan yang telah diterbitkan. BAB IV