PENDAHULUAN. dan pada saat tertentu disebut sebagai biotic community atau masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

I. PENDAHULUAN. tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, hutan wajib dijaga dan dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kekayaan alam berupa hutan merupakan karunia dan amanah dari Tuhan yang tidak ternilai

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

I. PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

I. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. Kejahatan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat semakin hari kian. sehingga berakibat semakin melunturnya nilai-nilai kehidupan.

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

Pasal 48 yang berbunyi :

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN. suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, di mana larangan tersebut

I. PENDAHULUAN. aspek kehidupan dan seolah-olah menjadi budaya masyarakat Indonesia. 1 Jika

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

I. PENDAHULUAN. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) disebutkan:

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. sadari, terutama di lingkungan yang penuh dengan perusahaan-perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Selanjutnya disebut KUHP), dan secara

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

I. PENDAHULUAN. Salah satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik. dikenakan suatu sanksi menurut peraturan yang dilanggarnya.

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1967, merek merupakan karya intelektual yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. diyakini merupakan agenda penting masyarakat dunia saat ini, antara lain ditandai

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

I. PENDAHULUAN. menimbulkan keresahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh

I. PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala yang biasa dan bersifat umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambaran menyeluruh kehidupan yang ada pada suatu lingkungan tertentu dan pada saat tertentu disebut sebagai biotic community atau masyarakat organisme hidup. Di dalam biotic community ini terdapat suatu paramida yang menggambarkan komposisi kehidupan organisme-organisme di dalamnya. Dalam biotic community di kalangan tanaman dalam hutan belantara misalnya akan ditemukan beberapa pohon raksasa yang umurnya beratus-ratus tahun tetapi jumlahnya hanya sedikit di bawahnya akan terdapat pohon yang lebih kecil seperti tanaman bunga-bungaan dan akhirnya sebagai dasar paramidanya adalah tanaman rumput yang banyak sekali tetapi umur kehidupannya sangat pendek. 1 Hutan yang penuh dengan aneka tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya ini merupakan kekayaan (sumber daya) alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terjadinya pembuangan limbah ke sungai disebabkan adanya unsur kesengajaan terhadap perusahaan disebabkan tidak dihiraukannya aturanaturan yang ada dalam sebuah pemerintahan seperti yang dilakukan PT. Sinar 1 Husein M.Harun, Lingkungan Hidup, Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakart, 1995, Hlm. 5

2 Bambu Kencana yang sebelumnya bernama PT. Sinar Bambu Mas yang dipimpin I Ruslan Darmali alias Alan Bin Lie Seng Kiat selaku Direktur dengan sengaja melepaskan atau membuang komponen yang berbahaya dan beracun masuk diatas atau kedalam air permukaan anak Sungai Way Tulung Tumi yang mengarah ke Sungai Way Seputih, serta Margono Bin Mangunrejo selaku penanggung jawab (IPAL) mengetahui maupun turut seta terhadap PT. Sinar Bambu Kencana melakukan perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain yang berupa perusakan atau pencemaran terhadap Sungai yang mana Sungai tersebut digunakan sehari-hari untuk kebutuhan hidup masyarakat yang berada disekitar aliran Sungai Way Tulung Tumi dan mengarah ke Sungai Way Seputih. 2 Kemudian setelah mendengar tanggapan JPU yang pada pokoknya agar Majelis Hakim menolak pembelaan dari terdakwa dan menyatakan terdakwa bersalah dan menjatuhkan pidana penjara sesuai dengan Surat Tuntutannya yang mana dalam Dakwaan Primair: Bahwa mereka terdakwa (I) Ruslan Darmali Alan Bin Lie Seng Kiat dan terdakwa (2) Margono, Bin Mangunrejo, atas nama Badan Hukum, Perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain sesuai dengan akte Notaris Ny. Tati Nurwati, SH, tanggal. 02 April 1991, PT. Sinar Bambu Kencana, selaku pemilik atau mewakili perusahaan serta pertanggung jawaban terhadap air limbah. Kemudian Pada hari Rabu, tanggal 06 Juni 2007 sekitar pukul 14.00 WIB, bertempat di PT. Sinar Bambu Kencana Kampung Buyut Udik Kecamatan 2 Studi Putusan: No.121/PID/B-2008/PN.TK

3 Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, oleh karena saksi-saksi sebagian besar bertempat tinggal di Bandar Lampung yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tanjung Karang maka berdasarkan Pasal, 84 ayat 2 KUHAP dan Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang berwenang mengadili perkara ini. Bahwa dipersidangan telah diperlihatkan bukti-bukti yang berupa saksi-saksi yang bersangkutan dengan surat-surat yang terlampir dalam perkara penyidik, yaitu: Surat-surat pernyataan Terdakwa I, Surat Tegoran-Surat Peringatan kepada PT. Sinar Bambu Mas (sekarang PT. Sinar Bambu Kencana) dari Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Anggaran Dasar Surat Ijin Prinsip Lokasi, Surat Ijin Mendirikan Bangunan, Surat Ijin Tempat Usaha, namun terdakwa membantah bahwa tidak ada masyarakat desa tersebut yang mengadu dan tanda tangan tersebut sebagian dibantah oleh orang yang bersangkutan. Dalam pertimbangan tersebut maka Majelis Hakim Mengadili bahwa Terdakwa I Ruslan Darmali Alias Alan Bin Lie Seng Kiat, dan Terdakwa II Margono Bin Mangunrejo, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dan menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa I dan II tersebut diatas dengan Pidana Penjara selama: 1 (satu) Tahun Dan Pidana Denda sebesar Rp. 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah), Subsidair 6 (enam) Bulan Kurungan, serta menetapkan agar Barang Bukti Dirampas untuk dimusnahkan. Namun dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 maka terdakwa I dan II tersebut diatas dapat dikenakan kurungan penjara selama 3

4 (tiga) Tahun dan paling lama 12 (dua belas) Tahun serta Pidana Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (Tiga Miliar Rupiah) dan paling banyak Rp.15.000.000,- (Lima Belas Miliar Rupiah). Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup (UULH) merupakan suatu perangkat hukum yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan sebagai tumpuan harapan untuk penegakan hukum, khususnya di bidang pidana. Namun, sampai dengan kurun waktu lima belas tahun (15) tahun belum menampakkan adanya penegakkan hukum pidana lingkungan yang berjalan baik. Selama 15 tahun penegakan hukum pidana di bidang lingkungan berjalan lambat dan terlihat tersendat-sendat. Pada kenyataanya UULH belum mampu menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat untuk menyelesaikan masalah pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup di Indonesia. Dengan lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULPH), yang oleh kalangan masyarakat dianggap jauh lebih maju dari UULH yang lama, baik substansi maupun cakupannya. Termasuk di dalamnya mengenai sanksi pidana bagi pelaku perusakan lingkungan yang semakin berat dan denda yang kian besar. Disini penulis ingin melihat isi Putusan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 dengan Undang-Undang terbaru yang terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009..

5 Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pertanggungjawaban Sanksi Pidana terhadap Perusakan Lingkungan Hidup. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang perlu mendapat jawaban dalam proses penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam putusan No:121/PID/B- 2008/PN.TK? b. Bagaimanakah pertanggung jawaban pelaku dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup? 2. Ruang lingkup Penelitian dalam skripsi ini dibatasi pada fungsionalisasi hukum pidana terhadap pelaku pencemaran lingkungan hidup. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri Bandar Lampung. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

6 a. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan hakim dalam putusan No:121/PID/B-2008/PN.TK. b. Untuk mengetahui bagaimanakah pertanggungjawaban pelaku dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis, sebagai acuan pembelajaran dalam pemahaman untuk memperluas pengetahuan penulis di bidang ilmu hukum pidana, khususnya mengenai penerapan sanksi hukum pidana di bidang lingkungan hidup. b. Secara praktis, untuk memberikan masukan kepada para penegak hukum mengenai penerapan sanksi hukum pidana di bidang lingkungan hidup. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teori adalah konsep abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 3 Kerangka teori susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis untuk menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan. 4 3 Soejono Sukanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, Hlm. 124

7 Hakim dalam menjatuhkan putusan menggunakan teori pembuktian. Pembuktian mengenai ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman tentang caracara yang dibenarkan oleh Undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan serta mengatur alat-alat bukti yang di benarkan dalam sidang pengadilan. Pembuktian adalah cara atau proses hukum yang dilakukan untuk mempertahankan dalil-dalil dengan alat bukti yang ada sesuai hukum acara yang berlaku. Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakn bagian yang terpenting acara pidana. 5 Pengertian tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya dirumuskan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai kejahatan atau tindak pidana, jadi dalam arti luas hal ini berhubungan dengan pembahasan masalah deliquensi, deviasi, kualitas kejahatan berubah-ubah, proses kriminalisasi dan deskriminasi suatu tindakan atau tindak pidana mengingat tempat, waktu, kepentingan dan kebijaksanaan golongan yang berkuasa dan pandangan hidup orang (berhubungan dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebudayaan pada masa dan di tempat tertentu). 6 Lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah bagian hak masyarakat untuk menikmatinya, sehingga permasalahan lingkungan hidup merupakan persoalan yang serius karena telah menjadi isu internasional yang sangat 4 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya, Bandung, Hlm. 73 5 Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 94 6 S. R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta, 2002, Hlm.204

8 penting dalam proses globalisasi disamping hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi. Persoalan serius tersebut juga terjadi di Indonesia sehingga penyelesaiannya dalam kerangka negara hukum dilakukan berdasarkan peraturan nasional yang mengatur tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan langkah awal, peraturan hukum lingkungan di Indonesia yang kemudian mengalami perubahan dengan lahirnya Undang-Undang no. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerapan sanksi hukum pidana lingkungan adalah sebagai cara mewujudkan hukum dalam kenyataan konkret untuk tetap menjaga lingkungan, 7 agar penerapan sanksi hukum pidana itu dapat efektif maka harus melibatkan minimal tiga faktor yang saling terkait, yaitu faktor perundang-undangan, faktor aparat/badan penegak hukum, dan faktor kesadaran hukum. Pembagian ketiga faktor ini dapat dikaitkan dengan pembagian tiga komponen sistem hukum, yaitu substansi hukum, dan budaya hukum. 2. Konseptual a. Penerapan pidana adalah pertanggungan terhadap pemidanaan petindak yang telah melakukan tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah ditentukan dalam undang-undang. 8 7 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992, Hlm. 157 8 E. Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002, Hlm. 207

9 b. Sanksi pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja diberikan kepada orang telah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang bersifat tetap. 9 c. Pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan. 10 d. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah di tetapkan. e. Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana. 11 E. Sistematika Penulisan I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini pada dasarnya berisi telaah kepustakaan sebagai berikut pengertian penegakan hukum pidana, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan 9 Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip, Semarang, 1990, Hlm 25 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pusat Jakarta. 2003, Hlm 628 11 Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina aksara, Jakarta, 1987, Hlm. 54

10 hukum, pengertian hukum lingkungan hidup dan pengertian perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup. III. METODE PENELITIAN Bab ini memuat tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengelolaan data, serta analisis data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang meliputi karakteristik responden, pertimbangan hakim dalam putusan perkara, dan pertanggung jawaban pelaku dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup. V. PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.