FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS BHAYANGKARA ANDI MAPPA OUDANG MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

Nina Rahmadiliyani* Abi Muhlisin**

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DM DENGAN PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM TIPE II DI RSU PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE II DI RSU PANCARAN KASIH Junita C. Timisela*, Budi T. Ratag*, Angela F.C.

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUCUK I KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Volume 2, September

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS BHAYANGKARA ANDI MAPPA OUDANG MAKASSAR FACTORS RELATED TO ANCIETY LEVELS IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS TYPE II IN BHAYANGKARA ANDI MAPPA OUDANG HOSPITAL MAKASSAR Ragil Wahyuni 1, A. Arsunan Arsin 1, A. Zulkifli Abdullah 1 1 Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (fkm.ragil@yahoo.com/085342299188) ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat kronik dan tidak dapat disembuhkan, diasosiasikan dengan beberapa kondisi dan komplikasi yang serius. Gangguan kecemasan merupakan penyakit penyerta yang sering muncul pada pasien diabetes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II di RS Bhayangkara Andi Mappa Oudang Makassar. Jenis penelitian menggunakan penelitian observasi analitik dengan rancangan Cross Sectional Study dengan sampel sebesar 184 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Interna RS Bhayangkara Andi Mappa Oudang Makassar, dimana pengambilan data menggunakan kuesioner dan data rekam medik pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II dengan p=0,002, ada hubungan sikap dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II dengan p=0,007, ada hubungan komplikasi dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II dengan p=0,000, ada hubungan kadar gula darah dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II dengan p=0,000 dan ada hubungan tingkat kemampuan mengatur pola makan dengan tingkat kecemasan pada penderita DM tipe II dengan p=0,000. Diharapkan kepada petugas rumah sakit agar lebih mengoptimalkan metode penyuluhan bagi pasien terutama dalam hal memotivasi pasien untuk mengendalikan penyakitnya. Kata Kunci : Kecemasan, DM, Gula Darah, Komplikasi ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a chronic and incurable disease, associated with serious conditions and complications. Anciety disorder is a disease that often appears in diabetics. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety in type II diabetes in Bhayangkara Andi Mappa Oudang Makassar Hospital. Research type is observational analytic cross sectional study with 184 samples. Collecting data from questionnaires and medical records of patients. This study shows that there are relations between knowledge and anciety level with p=0.002, there is a relationship between attitude and anciety level with p=0,007, there is a relationship between complications and anciety level with p=0,000, there is a relationship between blood sugar level and anciety level with p=0,000, there is a relationship between diet and anciety level with p=0,000. EMTs are expected to be more optimizing method for patient counseling and motivating patients to control the disease so that anxiety can be prevented. Key words: Anciety, DM, Blood Sugar, Complications. 1

PENDAHULUAN Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial maupun ekonomi. Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi. Di dunia jumlah penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik berkurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008) Di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5 2,3% pada penduduk yang usianya lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 1,47% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius (PERKENI, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar merupakan kota dengan penderita DM terbanyak. Pada tahun 2010 terdapat 3827 kasus baru dari 17245 atau sekitar 22,19% (DINKES, 2010). Di Rumah Sakit Bayangkara sendiri prevalensi DM juga terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan jumlah kasus yang terus cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari data rekam medik Rumah Sakit Bayangkara terdapat 356 kasus baru dari jumlah 2741 atau sekitar 12,99%, hal ini juga terlihat ketika peneliti berusaha untuk melakukan observasi sebelumnya di rumah sakit tersebut bahwa jumlah kunjungan pasien rawat jalan di bagian poli interna untuk penyakit DM mencapai rata-rata 30 sampai 40 kunjungan dalam sehari (RS Bhayangkara, 2011). Hal yang terjadi di atas membuktikan bahwa penyakit DM layak menjadi perhatian khususnya di kota Makassar yang kini juga memiliki prevalensi penyakit DM yang cukup tinggi yang dapat kita lihat dari paparan sebelumnya. Kecemasan ini apabila tidak ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah tersendiri yang akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan penyakit DM (Hastuti, 2008). 2

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan penderita, namun berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka peneliti hanya ingin melihat beberapa faktor dengan menggunakan variabel-variabel yaitu melihat hubungan pengetahuan, sikap, komplikasi, kadar gula darah dan kemampuan mengatur pola makan terhadap tingkat kecemasan penderta diabetes mellitus. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan DM yang memeriksakan diri di RS Bhayangkara Makassar tahun 2012 sebanyak 356 orang dan sampel sebesar 184 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara kota Makassar. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9 Juni - 20 Juni 2012. Data sekunder didapatkan melalui catatan rekam medik mengenai kasus kejadian DM tahun 2011 sampai tahun 2012 di RS Bhayangkara Makassar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square (X2). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jumlah penderita diabetes mellitus pada penelitian ini lebih banyak pada perempuan dengan perbandingan 5:4 (Tabel 1). Perempuan sebanyak 104 sedangkan laki-laki sebanyak 80 orang. Penderita dengan umur 61-70 sebesar 46.7%; rentang umur 41-60 sebesar 52.7%; dan 1 penderita dibawah umur 40 tahun. Sebanyak 54 responden sebagai ibu rumah tangga, tidak bekerja sebanyak 15 orang, sisanya sebagai pedagang, wiraswasta, pensiunan, karyawan swasta, dan PNS. Tingkat pendidikan tertinggi yaitu sarjana sebesar 35.3% dan terdapat 11 responden yang tidak sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami tingkat kecemasan berat lebih besar pada penderita berpengetahuan rendah sebesar 7.8% dibanding tingkat pengetahuan tinggi 1.9%. Pada variabel sikap, penderita dengan sikap positif tidak mengalami kecemasan berat sedangkan sikap negatif sebesar 8.7%. Penderita yang memiliki komplikasi mengalami tingkat kecemasan berat sebesar 4.3%, sedangkan penderita tanpa komplikasi sebesar 3.7%. Penderita dengan kadar gula darah terkontrol tidak mengalami tingkat kecemasan berat, sedangkan penderita yang kadar gulanya tidak terkontrol sebesar 5.4%. Kemampuan mengatur pola makan yang buruk berdampak pada tingkat kecemasan berat sebesar 9.1% dan pola makan yang baik yaitu 2.9% (Tabel 2) 3

Pembahasan Penyakit diabetes mellitus umumnya terjadi pada usia lanjut, meskipun sekarang telah banyak ditemukan pada usia remaja (Mihardja, 2008). Pada penelitian yang dilakukan di RS Bhayangkara Andi Mappa Oudang Makassar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sebagian besar mengetahui dengan jelas apa itu penyakit DM, apa penyebab dan bagaimana pencegahannya sehingga responden merasa tidak perlu cemas terhadap penyakitnya sebab reponden merasa sudah mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan terhadap penyakitnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan WHO bahwa tingkat pengetahuan seseorang memiliki hubungan positif terhadap tingkat kecemasan yang dirasakan seseorang (Hartoyo, 2008). Jika pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus baik diharapkan akan mempengaruhi tindakan penderita dalam mengelola penyakitnya (Rahmadiliyani, 2008). Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan (Bintoro, 2008). Pasien DM mempunyai perbedaan sikap terhadap dirinya dan kehidupannya termasuk dalam pola makan karena adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh, seperti sering kencing, perubahan pola tidur, dan stress. Oleh karena itu kualitas hidup penting bagi penderita DM karena menggambarkan kekuatan penderita dalam mengelola penyakit serta memelihara kesehatannya dalam jangka waktu lama yang tentunya akan mempengaruhi tingkat kecemasan penderita. Dapat disimpulkan bahwa semakin positif sikap penderita dalam menghadapi pengelolaan DM, maka semakin baik praktik penderita DM dalam mengikuti pengelolaan DM sehingga gula darahnya semakin terkontrol. Hal ini membuat tingkat kecemasan penderita DM berkurang (Jazilah, 2008) Komplikasi merupakan perpaduan beberapa penyakit yang terdapat pada tubuh manusia yang disebabkan oleh keadaan penyakit lama, seperti penyakit diabetes yang dapat menimbulkan Penyakit Liver kemudian berubah menjadi sirosis yang dapat menyebabkan Penyakit Jantung kebutaan, gangguan saraf (neuropati), gagal ginjal, gangren, penyakit jantung koroner, stroke dll. Komplikasi yang dialami penderita DM diantaranya kebutaan, gangguan saraf, gagal ginjal, gangren dan stroke. Penderita yang mengalami diabetes melitus sangat berisiko terjadinya ulkus atau gangren serta berisiko untuk dilakukan amputasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wirnata, (2009) pandangan interpersonal mengatakan bahwa cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. 4

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Level gula dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Hormon ini mengubah glikogen menjadi glukosa (glikogennolisis). Glukosa dilepaskan dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Kita telah mengetahui adanya bukti-bukti bahwa kendali glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes. Hasil Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian yang baik mengurangi komplikasi kronik DM antara 20-30%. Bahkan dari hasil The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan setiap penurunan 1% dari A1C, akan menurunkan risiko komplikasi sebesar 37% (Soewono, 2011). Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hawari (2002) dalam Suliswati (2005) yaitu pada penderita diabetes mellitus umumnya mengalami rasa cemas terhadap segala hal yang berhubungan dengan diabetesnya. Perasaan cemas terhadap kadar gula darah yang harus selalu dikontrol agar tidak terjadi kenaikan glukosa darah. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes. Kurang gizi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas mengakibatkan gangguan kerja insulin. Sebalinya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang tergolong gemuk (Nayla,2012). Tingkat kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya (Hawari dalam Suliswati 2005). Kecemasan dapat memotivasi penderita DM untuk mencapai kesembuhan dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. KESIMPULAN DAN SARAN Ada hubungan pada variabel pengetahuan, sikap, komplikasi, kadar gula darah, dan kemampuan mengatur pola makan yang bermakna dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe II. Variabel yang memiliki tingkat hubungan yang kuat yaitu komplikasi dan kemampuan mengatur pola makan. Petugas rumah sakit sebaiknya lebih meningkatkan peran sertanya dalam memberikan informasi kesehatan berupa penyuluhan, khususnya mengenai penyakit diabetes mellitus tipe 2 serta memberikan motivasi kepada penderita agar dapat mengambil keputusan. Penderita dianjurkan mengikuti proses penyembuhan yang berkaitan dengan sikap, kontrol gula darah 5

dan mengatur pola makan sesuai dengan standar diet penderita diabetes sehingga komplikasi penyakit dapat dicegah. Peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan variabel komplikasi dan lama menderita pasien serta menambahkan variabel aktivitas fisik, dukungan keluarga dan akses pelayanan kesehatan kepada peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bayangkara. 2011. Jumlah Pasien DM Tahun 2012. Makassar: Bagian Rekam Medik RS Bayangkara Makassar. Bintoro, Wahyu. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Perencanaan Diit pada Pasien Diabetes Mellitus di Unit Rawat Jalan RSU Pandanarang Kabupaten Boyolali. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2010. Rekapan Kasus DM PKM dan RS PPTM. Makassar: Bagian PTM Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. Hartati, Suci Arika. 2008. Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara. Skripsi.Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fak.Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Hartoyo, Budi. 2008. Hubungan TingkatPengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu Burung di Ruang EID dan ICU RSUP Dr. Kariadi. Skripsi.Semarang: Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Hastuti, Rini Tri. 2008.Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus. Tesis. Surakarta: Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Jazilah, Wijono, Paulus., dan Toto Sudargo. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Praktik (Psp) Penderita Diabetes Mellitus Mengenai Pengelolaan Diabetes Mellitus Dengan Kendali Kadar Gula Darah. Artikel ilmiah SAINS KESEHATAN Vol.16 No.3 Hal.21-27, Tahun 2008. Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Artikel Penelitian: Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.59 No.9 Hal.351-375 Tahun 2009. Nayla. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita Dm Terhadap Kontrol Gula Darah. Skripsi. Surakarta: Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. PERKENI. 2010. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2010. Jakarta: Perkeni. Rahmadiliyani, Nina. dan Abi Muhlisin.2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Penderita Diabetes Mellitus dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah Di Wilayah Kerja Di Puskesmas Gatak sukoharjo. Artikel ilmiah: berita ilmu keperawatan ISSN 1997-2697, Vol.1 No.2 hal.63-68. Tahun 2008. 6

Soewono, Pradana. 2011. Pemantauan Kendali Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tepadu. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Wirnata M. 2009. Keperawatan dan Kesehatan Jiwa, (online): available: http://www.infosehat.com/2009/05/kecemasan-pada-penyakit-dm.html (2012,April 02). 7

DAFTAR TABEL Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di RS Bhayangkara A Mappa Oudang Makassar Karakteristik Responden Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Kelompok Umur (tahun) 31-40 41-50 51-60 61-70 Pekerjaan Tidak bekerja IRT Pedagang Wiraswasta Pensiuanan Karyawan swasta PNS Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Diploma Sarjana Jumlah Jumlah (n) 104 80 1 38 59 86 15 54 30 21 43 4 17 11 31 31 44 2 65 184 Persentase (%) 56,5 43,5 0,5 20,6 32 46,7 8,15 29,3 16,3 11,4 23,4 2,2 9,2 6 16,8 16,8 23,9 1,08 35,3 100 Sumber: Data Primer 2012

Tabel 2. Hubungan variabel-variabel dengan tingkat kecemasan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RS Bhayangkara A Mappa Oudang Makassar Tingkat kecemasan penderita DM tipe 2 Tidak Total Uji Variabel Ringan Sedang Berat ada statistic n % n % n % n % n % Pengetahuan p =0.002 Tinggi 81 75,7 11 10,3 13 12,1 2 1,9 107 100 Rendah 38 49,4 17 22,1 16 20,8 6 7,8 77 100 Sikap p =0.007 Positif 74 80,4 8 8,7 10 10,9 0 0 92 100 Negatif 45 48,9 20 21,7 19 20,7 8 8,7 92 100 Komplikasi p =0.000 Tidak ada 76 54,3 4 12,8 3 13,2 1 3,7 84 100 Ada 43 64,7 24 15,2 26 15,8 7 4,3 100 100 Kadar Gula Darah p =0.000 Terkontrol 35 97,2 0 0 1 2,8 0 0 36 100 Tidak terkontrol 84 56,8 28 18,9 28 18,9 8 5,4 148 100 Kemampuan Mengatur Pola Makan Baik 108 77,1 12 8,6 16 11,4 4 2,9 140 100 p =0.000 Buruk 11 25,0 16 36,4 13 29,5 4 9,1 44 100 Sumber: Data Primer 2012