BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II JUAL BELI, HARGA DALAM ISLAM, DAN TALAQQI RUKBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING

KHIYAR (HAK PILIH) DALAM JUAL BELI SESI 5 ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA

mud}a>rabah dalam usaha peternakan sapi. Yang mana Taufiq sebagai

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UJRAH PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARI AH. CABANG SEMARANGs

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. semenjak kehadiran agama Islam di atas bumi ini. Al-Qur'an dan hadits, kaya

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Bay dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI TEMBAKAU DALAM PRINSIP KEADILAN DI DESA PITROSARI, KEC. WONOBOYO, KAB. TEMANGGUNG.

BAB II MURABAHAH 1. Pengertian Murabahah dan Dasar Hukum Murabahah 1.1. Pengertian Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari mempunyai keperluan yang bermacam-macam untuk mempertahankan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga

BAB II KONSEP TENTANG JUAL-BELI. Menurut bahasa jual berasal dari kata Ba> a- Yabi> u- Bai an yang artinya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Fiqih Mu amalah

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik. pembayaran hutang dengan mempekerjakan sebagai pijakan dasar pengambilan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Segi Akadnya Dalam praktek transaksi nyegget degheng yang terjadi di Pasar Ikan Kec. Ketapang, tidak terlepas dari kebutuhan hidup yang melingkupi para pedagang dan pembeli pada transaksi ini. Pedagang yang dimaksud disini merupakan orang-orang yang akan menjual barang dagangannya ke pasar (sebagai sentral perdagangan di Kec. Ketapang) dan mereka bertempat tinggal jauh dari pusat kecamatan tersebut dan memiliki keterbatasan dalam hal transportasi, sehingga banyak dari mereka yang menjual baranng dagangannya sebelum sampai ke pasar induk kecamatan, dengan alasan efisien waktu dan biaya. Sedangkan para pembeli disini merupakan orang-orang yang mencegat para penjual dengan keterbatasan tesebut di saat mereka akan menjual barang dagangan tersebut ke pasar. Dengan motif, demi mendapatkan keuntungan yang sebanyakbanyaknya, karena barang tersebut akan dijual kembali ke pasar, dengan harga diatas harga pasar. Transaksi semacam ini, sudah menjadi kebiasaan di masyarakat ini karena sudah terjadi turun-temurun. Dalam mencari keuntungan dalam perdagangan dalam Islam tidaklah dilarang, selama masih dalam garis kewajaran dalam bertransaksi. Namun mencari keuntungan dengan cara demikian sangatlah tidak sesuai dengan 57

58 QS. Al-Syu arā : 183 yang menurut hemat penulis adalah sesama manusia kita dilarang untuk mengambil hak-hak manusia dengan cara yang berlebihan. Sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya. Dalam segi akadnya terdapat banyak ketimpangan yang terjadi, di antaranya dari segi informasi yang diberikan oleh dua belah pihak dan tempat melakukan transaksi. Terutama dari pihak pembeli, yang lebih mengetahui harga pasaran tapi menyembunyikan informasi ini dari penjual demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Sedangkan penjual telah memberi kepercayaan sepenuhnya. Dalam hukum Islam, transaksi semacam ini termasuk salah satu transaksi yang dilarang dalam Islam yakni transaksi talaqqi rukban, yaitu suatu peristilahan dalam fiqh muamalah yang menggambarkan proses pembelian komoditi/barang dengan cara mencegat orang desa (kafilah), yang membawa barang dagangannya (hasil pertanian, seperti: beras, jagung, dan gula) sebelum sampai di pasar agar ia dapat membeli barang di bawah harga yang berlaku di pasar. Praktik ini dapat mendatangkan kerugian bagi orang desa yang belum mengetahui /buta dengan harga yang berlaku di pasar. Berkenaan dengan tempat transaksi ini ulama fiqh berbeda pendapat. Syafi iyah dan Jama ah berpendapat bahwa tidak ada Talaqqi Rukban kecuali di luar daerah tersebut. Sedangkan menurut Imam Malik dan Ahmad bin Hanbal, hukumnya

59 makruh selama transaksinya terjadi di luar pasar. Mereka berpendapat bahwasannya pelarangan ini, akan membawa mudarat bagi penjual. 1 Dalam hal ini, terjadi asymmetric information (ketidakseimbangan informasi) tentang harga yang berlaku dalam pasar. Dalam kondisi tersebut, penjual tidak mengetahui harga sebenarnya yang berlaku dalam pasar. Transaksi tersebut dilakukan agar pembeli mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, yang menjelaskan tentang larangan talaqqi rukban. Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal : pertama, rekayasa penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar (entry barrier), kedua, mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku. Adanya pelarangan ini dikarenakan adanya unsur ketidak adilan atas tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya terjadi di pasar. Mencari barang dengan harga lebih murah tidaklah dilarang, namun apabila transaksi jual-beli antara dua pihak dimana yang satu memiliki informasi yang lengkap sementara pihak lain tidak tahu berapa harga di pasar yang sesungguhnya, maka transaksi semacam ini dapat menimbulkan ketidak adilan antara kedua belah pihak dan keluar dari prinsip jual beli, yaitu adil. Jika ditinjau dari segi syarat-syarat orang yang berakad (al-muta'aqidain): yang terdiri dari penjual dan pembeli, haruslah orang yang telah cakap dalam 1 al- Asqalani, Ibatu al-ahkam Syarhu Bulughul Maram, Juz III Qismu al-mu amalat, h. 41

60 bertindak terhadap harta dan berbuat kebajikan, transaksi jual beli ini haruslah dilakukan oleh orang yang telah sempurna akalnya (al- aql), sudah mencapai usia yang telah mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk (al-mumayyiz). Hal ini mengandung arti bahwa transaksi jual-beli tidak memenuhi syarat dan tidak sah bila dilakukan oleh orang gila atau anak-anak yang belum mumayyiz. Dilihat segi orang yang berakad (al-muta'aqidain), transaksi ini dipandang sah, karena telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Yaitu merupakan orang-orang yang cakap untuk melakukan transaksi dan cakap dalam bertindak terhadap hartanya, serta dilakukan oleh orang yang berakal dan telah mencapai tingkat mumayyiz, baik dari segi penjual maupun pembeli dari kota tersebut. Namun ulama berpendapat bahwasannya ada larangan mengenai transaksi ini berkaitan dengan pelaku transaksi. Menurut jumhur ulama datangnya orang desa ke kota dengan barang dagangannya, untuk menjual barang dagangan tersebut dengan harga yang berlaku di pasaran pada saat itu. Kemudian datanglah orang kota yang menyambut mereka dengan membeli dagangan tersebut dengan harga yang kurang dari harga pasaran yang berlaku. Dan orang kota inilah yang menguasai harga, karena ia lebih tau mengenai harga yang sebenarnya. Menurut ulama Syafi iyah dan Hanabilah, penjual tersebut memiliki hak khiyar, dengan ketentuan ketika ia sampai di pasar dan mengetahui harga pasar yang sesungguhnya ia dapat mengambil keputusan lagi, apakah melanjutkan transaksi jual

61 beli ini atau membatalkannya. Sedangkan menurut Imam Malik, jual beli dengan jenis ini hukumnya fasad, karena ketimpangan informasi antara pihak pembeli dan penjual. Sedangkan menurut pendapat Hanafiyah, transaksi ini makruh tahrim, karena ketidak jelasan akadnya dan mendekati haramnya akad jual beli tersebut. 2 Sedangkan dari segi Ma qud alaih yakni subyek atau barang yang diperjualbelikan, berupa komoditi pertanian dan barang-barang lainnya tidak ada hal yang menyebabkannya dilarang, yakni barangnya ada, bermanfaat bagi manusia, dan dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang telah disepakati barsama ketika akad berlangsung. Ijāb qabūl yang tejadi pada praktek nyegget degheng. Ijāb qabūl dalam transaksi ini dilakukan secara lisan antara kedua belah pihak. Dimana dalam melakukan transaksi pihak pembeli terlebih dahulu melakukan penawaran pada penjual yang kemudian menyepakati transaksi tersebut. Dari uraian mengenai ijāb qabūl yang dilaksankan secara lisan adalah tata cara ijāb qabūl yang disyari atkan oleh hukum Islam, sedangkan mengenai waktu dan tempat ijāb qabūl boleh dilakukan dimana saja yang penting kedua belah pihak mau menerima dan memungkinkan untuk diberlakukan transaksi tersebut. Jadi dari beberapa uraian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menurut hukum Islam, tata cara akad yang dilakukan dalam praktek transaksi nyegget degheng di Pasar Ikan Kec. Ketapang adalah tidak sempurna dari segi akadnya. Ini disebabkan, meskipun transaksi ini sudah memenuhi syarat dalam jual- 2 al- Asqalani, Ibatu al-ahkam Syarhu Bulughul Maram, Juz III Qismu al-mu amalat, h. 41

62 beli, namun dari segi ketimpangan informasi tidak memenuhi syarat, karena ada pihak yang dirugikan, yakni penjual yang tidak tau mengenai informasi harga yang sebenarnya berlaku di pasaran. Adanya pelarangan ini dikarenakan adanya unsur ketidak adilan atas tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya terjadi di pasar. Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal : pertama, rekayasa penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar (entry barrier), kedua, mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku. Oleh sebab itulah, maka transaksi nyegget degheng yang masih terjadi di Kec. Ketapang ini sah, akan tetapi terlarang karena terjadi kesenjangan dengan teori hukum Islam. B. Segi Penetapan Harganya Sedangkan dari segi penetapan harganya, harga yang desepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya, dan tanpa adanya unsur penipuan dalam memberikan informasi harga. Namun dalam prakteknya yang terjadi pada kasus transaksi nyegget degheng yang terjadi di Kec. Ketapang tidak demkian. Dalam prakteknya, justru dalam menetapkan harga ada kesenjangan informasi yang terjadi antara penjual dan pembeli. Di mana pembeli lebih cenderung untuk menyembunyikan informasi mengenai harga ini, demi mendapatkan keuntungan yang berlebih. Sehingga menyebabkan kerugian yang tidak tampak pada pihak penjual, yang merupakan

63 masyarakat yang jauh dari pusat kota, sehingga menyebabkan kurangnya informasi mengenai harga barang dan tidak mengetahui apakah harganya masih tetap sama atau naik dan bahkan telah turun. Dalam ilmu ekonomi juga mengenal tentang harga keseimbangan yang disebut juga Equilibrium Price, yaitu keseimbangan yang terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama dan dalam suatu kondisi tertentu sebagai akibat adanya perpotongan antara permintaan dengan penawaran, atau disebut juga harga yang menyeimbangkan jumlah penawaran dengan jumlah permintaan. 3 Sedangkan mengenai Equilibrium Price (harga keseimbangan) dalam perspektif ekonomi Islam adalah harga yang tidak menimbulkan dampak negatif ataupun kerugian bagi para pelaku pasar, baik dari sisi penjual maupun pembeli. Sehingga dengan adanya transaksi semacam ini, akan menyebabkab hargaharga barang di kota melonjak dan jumlah barang di pasar semakin sedikit, karena dengan transaksi ini, akan menyebabkan berkurangnya komoditi yang dijual di pasar, serta berpengaruh pada penawaran dan permintaan. 3 Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi 3, h 92