DETEKSI PERUBAHAN CITRA TOPOGRAFI PASCA TSUNAMI ACEH MENGGUNAKAN METODE SEGMENTASI MORFOLOGI WATERSHED

dokumen-dokumen yang mirip
SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

Oleh Yuli Wijayanti. Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM :

PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN METODE WATERSHED

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya.

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata Kunci: kebakaran hutan, penginderaan jauh, satelit Landsat, brightness temperature

Pemanfaatan Citra Topografi Menggunakan Transformasi Watershed Pada DAS yang Rawan Bencana Alam Muhtar * )

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

Dielektrika, ISSN Vol. 1, No. 2 : , Agustus 2014

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah

LAMPIRAN A: DAFTAR DATA CITRA dan DATA CITRA BAYANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

III. BAHAN DAN METODE

Penerapan Logika Fuzzy pada Sistem Deteksi Tepi Aplikasi Computer Assistant Diagnosis Kanker Payudara

10/11/2014 IMAGE SMOOTHING. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 7 Image Enhancement (Image Smoothing & Image Sharpening)

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

APLIKASI OPERASI HIMPUNAN DAN MATEMATIKA MORFOLOGI PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

PEMANFAATAN CITRA TOPOGRAFI MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA DAS YANG RAWAN BENCANA ALAM

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

BAB I PENDAHULUAN. Citra digital adalah gambaran dari suatu objek yang bersifat analog berupa

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

BAB II LANDASAN TEORI

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

BAB III. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

ABSTRACT. Septian Dewi Cahyani 1), Andri Suprayogi, ST., M.T 2), M. Awaluddin, ST., M.T 3)

IMPLEMENTASI TEKNIK WATERSHED DAN MORFOLOGI PADA CITRA SATELIT UNTUK SEGMENTASI AREA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

PENGANTAR GRAFIK KOMPUTER DAN OLAH CITRA. Anna Dara Andriana, S.Kom., M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB I PENDAHULUAN. organ dalam tubuh seperti Computed Tomography (CT) scan, Digital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI JENIS MOBIL BERDASARKAN TRANSFORMASI WAVELET MULTI SCALE DAN METODE K NEAREST NEIGHBOR

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET

PENERAPAN METODE CONTRAST STRETCHING UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA BIDANG BIOMEDIS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

BAB 3 PENDEKATAN LOGIKA SAMAR DALAM PEMROSESAN CITRA. Dalam dunia pemetaan untuk skala yang besar, teknik penginderaan jarak jauh

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

Transkripsi:

DETEKSI PERUBAHAN CITRA TOPOGRAFI PASCA TSUNAMI ACEH MENGGUNAKAN METODE SEGMENTASI MORFOLOGI WATERSHED Sri Yulianto J. P., Hindriyanto Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga E-mail: sriejulianto@yahoo.com.au Abstrak Studi ini bertujuan untuk mempelajari terjadinya perubahan citra topografi pasca tsunami Aceh berdasarkan pada analisis perbandingan citra penginderaan jauh sebelum dan setelah terjadinya tsunami. Sistem ini potensial untuk dikembangkan dalam penentuan prioritas evakuasi dan pemulihan kembali berdasarkan pada tingkat dan distribusi kerusakan. Citra penginderaan jauh dapat memberikan informasi visual secara cepat adanya distribusi kerusakan pada topografi dan infrastruktur lainnya. Studi dilakukan melalui 4 tahap, pertama adalah identifikasi citra penginderaan jauh kawasan studi, kedua detekasi segmentasi morfologi watershed, ketiga ekstraksi feature penentuan orientasi kawasan dan keempat adalah analisis perbandingan segmentasi watershed dan orientasi dan area piksel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode segmentasi morfologi watershed yang diterapkan pada citra diatas permukaan Aceh, sebelum dan sesudah tsunami, menunjukkan adanya perbedaan pola tepi yang terdeteksi pada daerah kerusakan dan permukaan air laut. Perbedaan pola tepi yang dihasilkan belum bisa menggambarkan tingkat kerusakan secara mendetail sehingga metode ini perlu di integrasikan dengan metode yang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Kata kunci: pemrosesan citra, segmentasi morfologi watershed, tsunami 1. Pendahuluan Gempa bumi merupakan bencana alam yang dapat terjadi pada wilayah yang luas dan berdampak serius terhadap kehidupan ekonomi sosial masyarakat (Bitelli dkk, 2004). Gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap infrastruktur dan bersifat multiple effect. Artinya gempa bumi berdampak terhadap bencana alam susulan lainnya seperti wabah penyakit, kekurangan air minum atau bahan pangan dan sebagainya. Dibutuhkan suatu system yang dapat memberikan respon secara cepat terhadap penyediaan informasi kerusakan kawasan pemukiman dalam bentuk informasi spasial makroseismik. Informasi ini sangat dibutuhkan pada pembuatan skala prioritas kegiatan evakuasi dan proses perencanaan pembangunan kembali (Adam dkk,2003). Teknologi pencitraan penginderaan jauh (inderaja) dapat memainkan peranan penting pada mekanisme deteksi dan identifkasi secara cepat distribusi kerusakan infrastruktur akibat gempa. Sampai sekarang ada beberapa penelitian yang membahas tentang mekanisme identifikasi kerusakan pasca gempa. Deteksi tingkat kerusakan bangunan/gedung dapat dilakukan dengan pendekatan perceptual grouping dan menentukan hubungan antara bangunan dengan bayangan yang terbentuk. Dengan mengambil asumsi bahwa bangunan yang mengalami kerusakan total tidak akan membentuk bayangan sebagaimana bangunan utuh. Sistem ini akan dapat mengidentifikasi bentuk bangunan berdasarkan edge yang terbentuk berdasarkan pada citra udara (Sumer dan Turker, 2003). Pendekatan lain adalah dengan deteksi distribusi kerusakan sebelum terjadinya gempa dibandingkan dengan pada saat dimulainya proses evakuasi gempa. Teknik ini dilakukan menggunakan citra satelit dengan resolusi yang tinggi (Very High Resolution). Pada prakteknya penggunaan citra jenis ini secara politis, ekonomis dan teknis sulit diperoleh (Bitelli dkk, 2004). Penelitian serupa yang pernah ada adalah penggunaan algoritma watersed untuk studi komparatif antara citra sebelum dan pasca gempa. Identifikasi dilakukan terhadap bayangan bangunan yang dibentuk dalam pemrosesan citra (Sumer dan Turker, 2003). Studi ini akan difokuskan pada deteksi perubahan topografi lahan dengan melakukan studi perbandingan antara pola topografi sebelum dan pasca gempa bumi. Pada penelitian ini menggunakan algoritma morfologi watershed. Pengkajian algoritma pada pemrosesan citra menggunakan metode standar morfologi watershed dengan bahasa pemrograman komputasi Matlab 6.5. Citra spasial yang digunakan pada penelitian bersumber dari citra penginderaan jauh National Aeronoutics and Space Administration (NASA). Kasus yang diambil adalah bencana alam tsunami di Aceh Indonesia yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. 2. Konsep Dasar Pada prinsipnya Watershed merupakan suatu tool dasar dalam morfologi matematis yang F- 53

berfungsi untuk segementasi. Tool ini sepenuhnya dapat dimanfaatkan pada sebagian besar aplikasi bidang kedokteran, penginderaan jauh, robotika, multimedia dan pengenalan pola objek(meyer dkk, 2004). Tujuan algoritma segmentasi ini didasarkan pada konsep untuk menentukan garis watershed yaitu suatu garis pada permukaan topografi citra. Ide dasarnya cukup algoritma ini dapat disederhanakan demikian: a. setiap bagian/segmen kecil pada topografi citra dianggap sebagai lubang. b. menganggap setiap lubang/segmen yang terbentuk dipenuhi air sampai permukaannya sehingga terbentuk semacam basin atau dam yang saling terhubung satu sama lainnya oleh garis batas watershed. c. Garis watershed adalah garis batas yang menghubungkan tiap tiap basin atau dam pada topografi citra sehingga terbentuk segmen segmen yang saling terhubung satu sama lainnya. Transformasi watershed adalah sebagaimana disajikan pada gambar berikut ini. Gambar 1. Proses inisialisasi citra dan permukaan topografi citra Gambar 2. Proses akhir pembentukan watershed dari citra pada gambar 1 (Sumber: http://cmm.ensmp.fr/~beucher/wtshed.html) Apabila kita terapkan transformasi pada gradien citra maka areal basin / dam secara teoritis sesuai dengan bagian gray level pada citra. Sebagai gambaran adalah sebagaimana pada Gambar 3. (d) a. citra original b. gradien citra c. watershed gradient citra d. kontur akhir Gambar 3. Proses transformasi gradien citra (Sumber: http://cmm.ensmp.fr/~beucher/wtshed.html) Secara matematis untuk membentuk region watershed dapat dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: ii{ i if LB ( x, i g i) < L x j g j i j i c f B (, ),, 0, c, f cw ψ B f x = c, ( )( ) g 0 otherwise Penentuan panjang minimum suatu titik dengan persamaan: L ( x, X ) = min{ ηf { π ( x, X )}: π ( x, X )} Bc, f BC Panjang minimum titik pada suatu set data ditentukan dengan persamaan: ηf π B ( x, X ) = max f ( y) : y π ( x, X ) { } { } C yang mana: π ( x, X ) B C 3. Metode Penelitian Secara umum studi ini dibagi dalam empat tahapan yang dapat dijelaskan pada diagram berikut ini. a. Identifikasi citra penginderaan jauh lokasi studi Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil pencitraan penginderaan jauh National Aeronoutics and Space Administration (NASA). Citra diambil oleh satelit Landsat 7 Thematic Mapper Plus dikawasan Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. b. Deteksi segmentasi Morfologi Watershed Deteksi segmentasi morfologi watershed dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi: konversi citra dari berwarna menjadi gray scale menentukan intensitas pada citra menentukan segmentasi watershed c. Ekstraksi feature penentuan orientasi area BC BC F- 54

Ekstraksi feature dari matriks label untuk menentukan orientasi dan area piksel pada citra. d. Analisis perbandingan segmentasi watershed dan orientasi dan area piksel. Melakukan analisis dengan membandingkan antara citra hasil segmentasi watershed dan grafik orientasi dan area piksel yang terbentuk sebelum dan setelah Tsunami. 4. Hasil Penelitian Metode segmentasi morfologi watershed pada penelitian ini diterapkan pada 3 buah citra satelit diatas Daerah Istimewa Aceh, sebelum dan sesudah tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004. Citra satelit warna diubah menjadi citra skala keabuaan. Pada citra skala keabuan, tekstur permukaan yang berbeda akan menghasilkan skala keabuan yang berbeda. Kumpulan pixel yang mempunyai nilai keabuan yang sama akan membentuk area. Perbedaan nilai keabuan tiap area menjadi acuan dalam pendeteksian tepi (edge detection). Garis tepi tiap area akan menjadi batas area pada citra hasilnya (output). Dengan membandingkan kedua citra (sebelum dan sesudah tsunami) secara visual, hasil pengolahan dengan metode segmentasi morfologi watershed menunjukkan adanya perbedaan pola tepi yang terdeteksi pada daerah yang mengalami kerusakan dan daerah permukaan laut. Hasil pendeteksian tepi dengan metode segmentasi morfologis watershed dapat dilihat pada Gambar 1-7. Gambar 1. Citra spasial aceh (1) sebelum terjadi tsunami F- 55

Gambar 2. Citra spasial aceh (1) sesudah terjadi tsunami Gambar 5. Citra spasial aceh (3) sebelum terjadi Tsunami F- 56

berubah menyebabkan daerah permukaan air laut mengalami perbedaan pola tepi. Pada Gambar 2 terlihat perbedaan pola tepi pada permukaan air laut terlihat lebih jelas dari pada daerah yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Pada Gambar 7 terlihat adanya pengaruh awan pada citra hasil. Pada daerah yang tekstur permukaannya komplek, penggunaan metode segmentasi morfologi watershed belum mencukupi untuk pendeteksian daerah kerusakan secara mendetail. Gambar 6. Citra spasial aceh (3) sesudah terjadi gempa Setiap area pada citra hasil menunjukkan daerah pada permukaan bumi yang mempunyai kondisi sama atau hampir sama. Metode segmentasi watershed yang diterapkan pada citra belum mampu membedakan perubahan tekstur permukaan daerah yang mengalami kerusakan dan daerah permukaan laut. Permukaan air laut yang terus Gambar 7. Citra spasial aceh (3) sebelum terjadi tsunami F- 57

daerah yang mengalami kerusakan dan daerah permukaan laut. Permukaan air laut yang terus berubah menyebabkan daerah permukaan air laut mengalami perbedaan pola tepi. Pada Gambar 2 terlihat perbedaan pola tepi pada permukaan air laut terlihat lebih jelas dari pada daerah yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Pada Gambar 7 terlihat adanya pengaruh awan pada citra hasil. Pada daerah yang tekstur permukaannya komplek, penggunaan metode segmentasi morfologi watershed belum mencukupi untuk pendeteksian daerah kerusakan secara mendetail. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, metode segmentasi morfologi perlu di integrasikan dengan metode yang lain. Gambar 8. Citra spasial aceh (3) sesudah terjadi gempa Setiap area pada citra hasil menunjukkan daerah pada permukaan bumi yang mempunyai kondisi sama atau hampir sama. Metode segmentasi watershed yang diterapkan pada citra belum mampu membedakan perubahan tekstur permukaan 5. Kesimpulan Penggunaan metode segmentasi morfologi watershed yang diterapkan pada citra diatas permukaan Aceh, sebelum dan sesudah tsunami, menunjukkan adanya perbedaan pola tepi yang terdeteksi pada daerah kerusakan dan permukaan air laut. Perbedaan pola tepi yang dihasilkan belum bisa menggambarkan tingkat kerusakan secara mendetail sehingga metode ini perlu di integrasikan dengan metode yang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Daftar pustaka [1] Adams. JB, Huyck. C.K, Mansouri B, Shinozuka M, 2003, Application of High Resolution Optical Satellite Imagery for Post- Eartquake Damage Assessment : The 2003 Boumerdes (Algeria) and Bam (Iran) Eartquakes. mceer.buffalo.edu/publications/ resaccom/0304/12_eguchi.pdf [2] Turker M and Guler M, 2004, Detection of The Eartquake Damage Building from Post-Event Aerial Photograph Using Perceptual Grouping. [3] www.isprs.org/istanbul2004/comm3/papers/31 2.pdf [4] Sumer E, Turker M, 2004, Building Damage Detection From Post-Earthquake Aerial Images Using Watershed Segmentation In Golcuk, Turkey. [5] www.isprs.org/istanbul2004/comm7/papers/12 7.pdf [6] Vu T, Matsuoka M and Yamazaki F, 2004, Shadow Analysis in Assisting Damage Detection due to Eartquake from Quickbird Imagery. [7] www.isprs.org/istanbul2004/comm7/papers/12 0.pdf [8] http://www.nasa.gov/vision/earth/lookingateart h/landsat_tsunami.html. [9] http://www.asci.tudelft.nl/course_programme/ CB_course_EDM_AMS.htm [10] http://www.mmorph.com/html/morph/mmcwat ershed.html [11] http://www.nasa.gov/vision/earth/lookingateart h/landsat_tsunami.html [12] www.matworks.com. F- 58