Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan. 16-Sep-11. Syawaludin A. Harahap 1

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BUPATI BANGKA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SRI HAYATI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Pariwisata Pesisir dan Lautan Berkelanjutan

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR 1. Oleh : Hendrik B. Sompotan 2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

X. ANALISIS KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pesisir Pantai. merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAPPEDA Planning for a better Babel

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI PENGANTAR

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Transkripsi:

PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR YANG BERKELANJUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Syawaludin A. Harahap 1

Pengelolaan/ Pembangunan merupakan Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkhawatirkan kemampuan generasi masa depan untuk memperoleh kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan secara teknis digambarkan sebagai suatu paradigma pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan suatu daerah atau unit ruang (desa/kampung, daerah, provinsi, negera, zone pantai, atau dunia) untuk sebesar-besar keuntungan manusia dengan melihat tingkat laju pemanfaatannya tidak melebihi daya- dukung wilayah dalam menyediakan sumber daya dan jasa terebut(dahuri, 2007). IPTEK Manajemen Variabel Biogeofisik W. Pesisir Iklim Geologi dan tanah Geomorfologi Physiography Hidrologi & oseanografi Flora & fauna Non-Living resources Variabel sosekbud yang menentukan Demand Kependudukan Standard of living Kebijakan pembangunan - Target pertumbuhan ekonomi - Social equity 1 2 Ekspor Impor Kemampuan Wil. Pesisir Menyediakan SDA & JASLING Ruang SDA pulih & tak pulih Asimilasi limbah Amenities and life-support systems 3 Permintaan manusia terhadap SDA & JASLING Bahan pangan Bahan sandang Ruang & bahan permukiman Bahan & jasa kesehatan Bahan & jasa pendidikan Kebutuhan sekunder, tersier, dst. 4 (4) > (3) (4) < (3) Unsustainable Development Sustainable Development Syawaludin A. Harahap 2

Wilayah: Luas Karakteristik dan dinamika biofisik Dimensi ekonomi Dimensi Sosbud Supply (Daya Dukung) Jumlah Penduduk Kualitas Hidup Lokal& Nasional Demand (Pasar) Dinamika Global Internasional (ekspor) Dimensi Politik Keamanan PLANNING CONTROLLING ORGANIZING Monitoring & Evaluation (MONEV) ACTUATING PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR YANG OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN 1) Ekonomi--- ---Suatu sistem berkelanjutan secara ekonomi yang dapat menghasilkan barang dan jasa berbasis berkelanjutan, untuk memelihara tingkatan hutang luar negeri pemerintah dapat dikendalikan, dan untuk menghindari ketidakseimbangan sektoral yang merusakkan produksi industri atau pertanian. 2) Ekologis--- ---Suatu sistem berkelanjutan secara ekologi dengan memelihara kestabilan suatu sumber daya, menghindarkan over-eksploitasieksploitasi sumberdaya yang dapat pulih (renewable) serta memanfaatkan sumberdaya tidak pulih (unrenewable) tersebut hanya untuk meningkatkan investasi dan sumberdaya penggantinya mencukupi. 3) Sosial--- ---Suatu sistem berkelanjutan secara sosial yang pencapaiannya secara wajar di dalam kesempatan dan distribusinya, terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan), kesetaraan gender, dan tanggung-jawab dan keikutsertaan dalam politik. Syawaludin A. Harahap 3

MANAJEMEN PEMBANGUNAN SEKTOR MONETER EKOSISTEM DAN SDA Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier BARANG DAN JASA SEKTOR RIIL MANAJEMEN DAMPAK LINGKUNGAN Pencemaran Overeksploitasi Biodiversity Loss Banjir Global Warming Dll DAMPAK LINGKUNGAN SISTEM SOSIAL (Kemasyarakatan) 1.Keharmonisan Ruang (Perencanaan Ruang). Contoh: Pemeliharaan: Konservasi : Pemanfaatan (20 %) : (20 %) : (60 %) Syawaludin A. Harahap 4

DAERAH BERBUKIT TELUK DALAM RUMPUT LAUT LAUT PULAU PENGHALANG A. KONDISI KAWASAN PESISIR HIPOTETIK DAERAH BERBUKIT INDUSTRI KOTA PADAT PENDUDUK PEMUKIMAN DENGAN PENDUDUK JARANG ZONA PRESERVASI TELUK DALAM LAUT PULAU PENGHALANG B. ALTERNATIF PENATAAN RUANG (ZONASI) KAWASAN PESISIR Syawaludin A. Harahap 5

(Lanjutan ) 2.Laju Pemanfaatan sumberdaya yang dapat pulih (renewable) harus tidak melebihi daya pulihnya dalam periode tertentu (misal: Maximum Sustainable Yield dalam Perikanan dan Total Allowance Harvest dalam Kehutanan). 3.Ketika mengeksploitasi sumberdaya tidak dapat pulih (nonrenewable resources), dampak negatif lingkungan harus diminimalisasikan, dan keuntungan ekonomi harus sesuai dengan investasi kegiatan ekonomi berkelanjutan (misal: pendidikan, kesehatan, agribisnis dan agroindustri, perikanan, akuakultur, pariwisata, industri rumah tangga danjasa). Hubungan antara Usaha tangkap dan Hasil Tangkap Y (Lanjutan ) Hasil Tangkap Cost Yield 0 MEY MSY MScY Usaha Tangkap Notes: MEY = Maximum Economic Yield MSY = Maximum Sustainable Yield MScY = Maximum Social Yield X Syawaludin A. Harahap 6

(Lanjutan ) 4.Ketika melepaskan limbah ke lingkunan pesisir, pastikan limbah tsb bukan limbah bukan limbah beracun yang membahayakan dan jumlahnya tidah melebihi dari baku mutu lingkungan. 5. Ketika merubah bentang alam dan membangun fasilitas dan infrastruktur, harus mendesain dan membangunnya dengan mengaplikasikan sesuai dengan prinsip-prinsip alam. 6. Pencegahan dan mitigasi kerusakan Alam. UPAYA MITIGASI TSUNAMI SECARA KOMPREHENSIF UPAYA STRUKTUR METODE PERLINDUNGAN ALAMI (Mangrove, sand dune, terumbu karang, tumbuhan pantai). METODE PERLINDUNGAN BUATAN breakwater, tembok laut struktur tahan tsunami : - sisi panjang dari struktur sedapat mungkin diarahkan sejajar dengan antisipasi arah penjalaran gelombang. - Shear wall dan lateral bracing ditempatkan searah dengan penjalaran gelombang tsunami - lantai terbawah dari bangunan dibuat terbuka UPAYA NONSTRUKTUR, a.l: PRAKIRAAN TSUNAMI DAN PERINGATAN DINI PEMINDAHAN/RELOKASI TATA RUANG, TATA GUNA LAHAN) PENETAPAN SEMPADAN PANTAI INFORMASI PUBLIK & PENYULUHAN PENEGAKAN HUKUM, PELATIHAN DAN SIMULASI MITIGASI BENCANA MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT TSUNAMI Syawaludin A. Harahap 7

1. Peningkatan DDL wilayah melalui IPTEK dan perdagangan sampai pada batas kelestarian ekologisnya 2. Aggregate demand seluruh sektor pembangunan terhadap SDA dan JASLING tidak melebihi DDL wilayah 3. Pengembangan sektor dan bisnis kelautan yang produktif, efisien, berdaya saing, berkeadilan, dan berkelanjutan 4. Penerapan Green Accounting dalam mengukur keberhasilan pembangunan 5. Memperjuangkan tata ekonomi global yang berkeadilan pada forum internasional atau gunakan ekonomi alternatif pengganti ekonomi kapitalis (neo-liberal). 6. Peningkatan public awareness tentang urgensi Pembangunan 1. Seluruh penduduk memiliki akses yang sama terhadap aset ekonomi produktif (seperti infrastruktur, modal, teknologi, informasi, dan pasar), sehingga mereka bisa mengembangkan usaha ekonomi produktif. 2. Pemerintah harus menyediakan butsarman (pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan) bagi penduduk yang tak berkemampuan. 3. Pengembangan kapasitas (capacity building) masyarakat tentang teknis usaha SDPL, manajemen bisnis dan keuangan, dan manajemen lingkungan. 4. Pelaksanaan Good Governance: professionalism, transparency, accountability, and participatory. Syawaludin A. Harahap 8

Ekosistem adalah suatu wilayah dinamis tempat interaksi antara komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta lingkungannya sebagai satu kesatuan fungsional. Pendekatan berbasis ekosistem bertujuan untuk memunculkan keseimbangan antara penggunaan yang lestari, konservasi, kesetaraan pembagian secara utuh yang berasal dari pemanfaatan ekosistem pesisir termasuk sumberdaya yang adadi didalamnya. Fokus dari pendekatan ini adalah pada pemeliharaan keterpaduan ekosistem pesisir yang menyediakan sumberdaya penting dan jasa untuk kesejahteraan dan aktifitasmanusia. Lanjutan Penekanan pada perlindungan struktur ekosistem; proses Fungsi dan kunci; hubungan dalam dan antar sistem; serta keterkaitan ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan. (McLeod et al., 2005). Mengetahui dampak langsung dan tidak langsung kegiatan manusia dalam ekosistem (IOC, 2005); serta Pengelolaan efektif wilayah pesisir mengelola interaksi manusia lingkungannya. harus dengan Syawaludin A. Harahap 9

Syawaludin A. Harahap 10