BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 46 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 867 TAHUN 2010 TENTANG

ANALISIS STRATEGI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KOTA SURABAYA TERHADAP PENINGKATAN REALISASI TARGET PENERIMAANNYA DARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia senantiasa melakukan pembangunan nasional untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 286 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/KMK.04/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk pembangunan ekonomi, infrastruktur dan subsidi. Selama

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. (pemerintah) berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat di tentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang di inginkan.usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik penerimaan langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa seusuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara, baik dibidang kenegaraan maupun bidang social dan ekonomi. Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lainya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang dipeoleh dari sumber-sumber pajak maupun non pajak. Pentingnya pajak tersebut untuk pembiayaan pembangunan, hal ini tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa selain mempunyai kebutuhan seharihari selain sandang dan pangan, juga membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman untuk hiburan atau rekreasi, bahakan keinginan untuk merasa aman dan terlindungi. Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum 1

2 tersebut hanya pemerintah yang bertanggungjawab untuk memenuhinya (Mokamat:2009) Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat merupakan pajak yang pemungutan dan pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah pusat. Sedangkan Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang objeknya berada di daerah. Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara dalam hal ini Pemerintah Pusat dan di setor sepenuhnya ke rekening Kas Negara. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 dan yang terakhir adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Dana Bagi hasil dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah dengan rincian sebagai berikut: 1. 90% (sembilan puluh persen) untuk Daerah 2. 10% (sepuluh persen) untuk Pusat Jumlah 90% bagian daerah dibagi dengan rinci sebagai berikut: a. 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi

3 b. 64,8% ( enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten /Kota c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jendral Pajak dan Daerah Jumlah 10% dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, bagian Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh daerah Kabupaten/Kota yang didasarkan realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan rincian sebagai berikut: a. 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah Kabupaten/Kota b. 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada daerah Kabupaten/Kota yang realisasi tahun sebelumya mencapai /melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. Sejak tahun 2011 penarikan PBB dilimpahkan dari Pemerintah pusat ke Pemerintah kota sesuai dengan peraturan bersama Menteri Keuangan dan Menteri dalam Negeri nomor 213/pmk.07/2010, nomor : 58 tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. (Rahman:2011:41) Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah bertujuan untuk Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, Memberikan peluang baru kepada

4 daerah untuk mengenakan pungutan baru menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah, Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah, Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah, dan menyerahkan fungsi pajak sebagai instrument penganggaran dan pengaturan pada daerah. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Distribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah, sehingga saat ini Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. ( www.pajak.go.id,2012) Seperti yang terjadi di Kota Surabaya ini terdapat kasus penunggakan PBB diseluruh kecamatan di Kota Surabaya. Menurut seputar Indonesia Pemerintah Pusat mewariskan tunggakan PBB kepada Pemerintah Kota yang jumlahnya cukup besar yaitu sebesar Rp511 Milliar. Jumlah tunggakan tersebut berasal dari seluruh kecamatan di Kota Surabaya. Sesuai data tunggakan PBB dari tahun 2000-2009 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir berhasil di himpun tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan terbesar ada di lima kecamatan di Surabaya yaitu Kecamatan Sukolilo sebesar Rp48 Milliar, Kecamatan Dukuh Pakis sebesar Rp39 Milliar, Kecamatan Sambikerep sebesar Rp38 Milliar, Kecamatan Mulyorejo sebesar Rp31 Milliar dan Kecamatan Lakarsantri sebesar Rp26 Milliar. Kemudian sisa tunggakan PBB lainnya tersebar di 26 kecamatan di Surabaya.

5 Tunggakan dengan jumlah yang terkecil ada pada kecamatan Bulak yaitu Rp4 Milliar (data komisi B DPRD dan DPPK Pemkot Surabaya). Adanya kasus penunggakan pembayaran PBB di Kota Surabaya pastinya membuat target penerimaan pajak daerah yang bersal dari pemungutan pajak bumi dan bangunan menjadi tidak tercapai. Pemerintah Kota Surabaya sebagai yang berwenang dalam melakukan pemungutan PBB tentu memiliki strategi dalam melakukan pemungutan pajak agar dapat mencapai target yang telah di tetapkan. Atas dasar latar belakang yang sudah di sampaikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Realisasi Target Penerimaan dari tahun 2009-2012 agar dapat mengetahui strategi apa yang di gunakan dalam pemungutan PBB di Kota Surabaya, serta mengetahui kendala-kendala apa saja yang menyebabkan masyarakat tidak membayar PBB dan akan menganalisis tentang kesesuaian target penerimaan dan hasil realisasi penerimaannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tata cara dan strategi Pemerintah Kota Surabaya selaku pihak yang berwenang dalam penarikan pemungutan PBB serta melakukan penagihan penunggakan pajak? 2. Apa yang menjadi kendala dan alasan yang membuat masyarakat tidak membayar PBB serta pembenahan seperti apa yang akan dilakukan oleh

6 Pemerintah Kota Surabaya dalam memperlancar pemungutan PBB yang sebagai salah satu sumber pendapatan daerah? 3. Apakah ada kesesuaian target penerimaan PBB dengan hasil realisasi penerimaan dari tahun 2009-2012, apakah terjadi peningkatan atau penurunan realisasi target penerimaan PBB untuk setiap tahunnya? 4. Apakah strategi yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan pemungutan serta penagihan PBB selama ini sudah sesuai atau belum untuk mencapai target penerimaan sehingga memerlukan pembenahan yang lebih baik? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk memahami dan mengetahui tata cara dan strategi Pemerintah Kota Surabaya selaku yang berwenang dalam penarikan pemungutan PBB serta melakukan penagihan pajak. b. Untuk mengetahui kendala dan alasan yang membuat masyarakat tidak membayar pajak serta mengetahui pembenahan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam memperlancar pemungutan PBB yang sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. c. Untuk mengetahui kesesuaian antara target penerimaan PBB dengan hasil realisasi target penerimaan dari tahun 2009-2012, serta untuk mengetahui

7 terjadi peningkatan atau penurunan realisasi taget penerimaan PBB untuk setiap tahunnya d. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Pemerintah kota Surabaya dalam melakukan pemungutan serta kesesuaian penagihan PBB dalam mencapai mencapai target penerimaan sehingga memerlukan pembenahan. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitas di atas, maka manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis Dengan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan terhadap pentingnya dalam membayar Pajak, sehingga dapat menjadikan pembenahan sistem-sistem perpajakan terbaru dari masa ke masa 2. Kontribusi Teoritis Untuk menambah khasanah perpustakaan dan studi perbandingan sebagai landasan atau bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang 3. Kontribusi Kebijakan Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi bagi pemerintah Kota Surabaya dalam mengambil kebijakan untuk kepentingan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah agar penerimaan dalam APBD juga meningkat guna membiayai pembangunan daerah khususnya penerimaan yang berasal dari PBB

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka dalam penelitian ini pembahasan dibatasi hanya pada analisis strategi pemungutan saja.obyek yang diteliti adalah Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Adapun periode penelitian mulai tahun 2009 sampai 2012.