MANAJEMEN TEMPAT PEMBANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG MANAJEMEN TEMPAT PEMBANGUNAN

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI

A. PENGERTIAN MANAJEMEN

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

BODY OF KNOWLEDGE PROJECT MANAJEMEN ( PM BOK )

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan ketentuan peraturan perundangan bahwa ketel uap adalah suatu

SPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN FASILITAS

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

ANALISIS CASH FLOW OPTIMAL PADA KONTRAKTOR PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

Lokasi terpilih sebagai lokasi perencanaan dan perancangan bangunan

ANALISIS OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN PROGRAM PRIMAVERA 6.0 (Studi Kasus : Proyek Perumahan Puri Kelapa Gading)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

ORGANISASI PROYEK KONSTRUKSI

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VII. TATA LETAK PABRIK. Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

POKOK-POKOK PELAKSANAAN PROGRAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan Gedung Terhadap Kinerja Waktu. Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2004, hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB III LANDASAN TEORI

TATA LETAK PABRIK. terhadap kelangsungan proses pabrik yang meliputi keberhasilan dan

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu

ANALISIS ARUS KAS PROYEK RUMAH TINGGAL. Theresita Herni Setiawan 1

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

Syarat Bangunan Gedung

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

Teknologi Selubung Terowongan (Shield Tunneling Technology)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

VII. TATA LETAK PABRIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB. VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Transkripsi:

MANAJEMEN TEMPAT PEMBANGUNAN A. PENDAHULUAN Salah satu kegiatan perencanaan pada saat akan dimulai pelaksanaan pembangunan adalah merencanakan tempat pembangunan. Tempat pembangunan sering dilupakan, karena tempat pembangunan masih dianggap bukan sebagai pokok pekerjaan dari proyek tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan keuntungan yang diperoleh dari adanya proyek tersebut, Penyediaan tempat pembangunan dalam biaya konstruksi sering hanya di sisipkan dalam biaya pekerjaan persiapan yang tidak dirinci dengan jelas, sehingga penggunaan sumber daya manusia maupun material sering tidak dihitung dengan seksama, Demikian pula belum banyaknya buku teks dan buku referensi serta dalam kursus-kursus pendidikan yang mengulas dan memberi arahan lebih mendalam terhadap tempat pembangunan. Dari uraian tersebut tempat pembangunan juga menggunakan sumber daya proyek Tempat pembangunan (construction site) adalah suatu daerah dimana proyek tersebut akan dibangun dan suatu daerah yang digunakan sebagai sarana penunjang pembangunan tersebut yang berarti bahwa tempat pembangunan menjadi tempat pelayanan yang seharusnya di kelola secara baik dan benar bagi kelancaran pembangunan proyek konstruksi. Untuk memberikan layanan yang baik maka tempat pembangunan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas pelayanan yang di butuhkan selama proyek konstruksi tersebut berlangsung. Sejumlah pelayanan harus disediakan pada tempat pembangunan. Lokasi dan pemasokan pelayanan harus direncanakan sebagai bagian dari manajemen tempat pembangunan.pelayanan yang harus diperhitungkan termasuk tenaga listrik, air, udara tekanan tinggi, pembuangan limbah, pembuangan sampah, gas, ventilasi, telepon, bahan bakar, penerangan, pengamanan, sarana pencegahan kebakaran dan sarana kesehatan. Dalam perencanaan memberikan layanan tersebut pertama-tama perlu diperhitungkan pelayanan yang telah tersedia secara lokal dan menaksir jumlah 1

persediaan yang telah memenuhi kebutuhan. Bila pelayanan tersebut tidak ada atau tidak cukup, persediaan harus dibuat pada saat perencanaan tempat pembangunan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada. Sebagai contoh membangun generator listrik tambahan, duplikasi sistem telepon. Pembuatan sumur bor untuk penyediaan air, dan lain-lain. Tambahan sumber air selalu disediakan agar memungkinkan penggunaan dalam pekerjaan pembangunan dan persediaan tambahan dalam sarana pencegahan kebakaran. Pada beberapa proyek konstruksi yang berskala besar penyediaan layanan terhadap pelaksanaan proyek dapat pula di bangun dan dipelihara oleh sub kontraktor luar. B. MAKSUD DAN TUJUAN PERLU ADANYA TEMPAT PEMBANGUNAN Tempat pembangunan yang baik direncanakan sejak awal proyek sampai pembersihan akhir dan mengosongkan tempat pembangunan. Maksud dan tujuan pengelolaan tempat pembangunan yang baik harus dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung adalah : 1. Tempat pembangunan akan menentukan metode pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain penggunaan peralatan konstruksi juga mobilisasi sumber daya proyek konstruksi juga kondisi geologi, 2. Agar proyek dapat dimulai dengan baik 3. Melindungi keselamatan para pekerja didalam tempat pembangunan dan keselamatan umum secara keseluruhan 4. Menjaga semangat para pekerja pembangunan. dan para tenaga kerja selama proyek berlangsung 5. Membantu memasok kebutuhan unit kerja pembangunan 6. Membantu memelihara jadwal pembangunan sepanjang, berlangsungnya proyek. 7. Mengurangi keterlambatan dan biaya yang disebabkan oleh penyediaan pelayanan yang tidak effisien, kehilangan dan/atau kerusakan bahanbahan, dan lainlain 8. Memperbaiki reputasi industri pembangunan (konstruksi). 2

C. PENYELIDIKAN LAPANGAN Penyelidikan lapangan dilakukan pada tahap perancangan untuk kebutuhan perancangan dan perekayasaan, namun juga dilakukan dalam masa awal kontraktor membuat harga penawaran juga dilakukan pada saat kontraktor telah memenangkan/mendapat pekerjaan tersebut untuk membuat rencana pelaksanaan nya terutama bila kontraktor yang belum biasa (familiar) dengan daerah tersebut. Tujuan Penyelidikan lapangan yang dilakukan oleh kontraktor dipergunakan untuk : Memperkirakan biaya pembangunan Menentukan program pembangunan Penyelidikan lapangan yang diperlukan kontraktor adalah ; 1. Photo udara dan survey topographi 2. Data-data cuaca dan hidrologi, geologi yang ada termasuk data pasang surut bila dapat digunakan 3. Penyelidikan tanah tidak hanya daerah yang dihuni proyek tetapi juga daerah-daerah sekitarnya yang digunakan untuk tempat penggalian bahan, bangunan tempat pembangunan, gudang bahan bangunan, dan lain-lain. 4. Menentukan keberadaan sumber daya di tempat pembangunan, ada tidaknya sumber-sumber lokal untuk memasok tenaga kerja, bahan-bahan konstruksi, unit kerja pembangunan, sub-kontraktor dan 'sarana-sarana penunjang 5. Penyelidikan pelayanan lokal yang ada seperti rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, dokter, komunikasi, transport, listrik, air, akomodasi, dan lain-lain 6. Menentukan faktor-faktor politik lokal dan kondisi sosial yang mungkin mempengaruhi pembangunan seharihari dan adat istiadat lokal yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan pembangunan 7. Merencanakan lokasi sarana tempat pembangunan, mungkin perlu adanya pengalihan prasarana yang ada 3

Penyelidikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik pekerjaan dengan biaya sendiri dan hasil penyelidikan disampaikan kepada kontraktor untuk menjadi bahan penyediaan tempat pembangunan. Apabila penyelidikan lapangan dilakukan oleh kontraktor maka disusun dalam satu dokumen yang secara khusus dan digunakan kontraktor bila tambahan pekerjaan dilaksanakan didaerah tersebut D. RUANG LINGKUP PERENCANAAN TEMPAT PEMBANGUNAN Tempat pembangunan direncanakan untuk menampung sejumlah sarana pembangunan antara lain : 1. jalan masuk dan/ atau sarana keluar (exit) 2. jalan pelayanan didalam tempat pembangunan pelayanan dilapangan seperti air, udara bertekanan tinggi (compressed air), listrik, komunikasi, penerangan dan lain-lain. 3. akomodasi tenaga kerja dan sarana pelayanan (service) 4. akomodasi perkantoran 5. alat-alat angkat (craneage) 6. gudang bahan 7. bengkel kerja dari sarana pembangunan lainnya E. PENGALIHAN/ PERUBAHAN PRASARANA DAN SARANA YANG ADA Mengalihkan prasarana dan sarana yang ada disekitar tempat pembangunan dimungkinkan selama tahap pembangunan sebuah proyek, demikian juga perubahan sarana yang ada misal perlunya merubah ketinggian jalan kereta api akibat adanya mobilisasi peralatan yang masuk ke areal tempat pembangunan. Perubahan atau pengalihan prasarana dan sarana dapat bersifat sementara atau tetap. Walaupun bersifat sementara pra sarana dan sarana yang dialihkan harus dibangun secara baik, harus aman, mempunyai fasilitas yang (tanda-tanda lalu lintas) lengkap, dan dipelihara secara seksama selama pembangunan Yang perlu diperhatikan dalam hal pengalihan ini adalah perlunya koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sarana yang dialihkan, yang berdampak pada biaya yang tidak sedikit. Prasarana disekitar tempat pembangunan yang mungkin dialihkan misalnya : 4

jalan jalan kereta api saluran listrik saluran gas, saluran air, saluran air kotor saluran lainnya Khususnya, proyek pembangunan sebuah jembatan baru penggantian sebuah jembatan lama umumnya membutuh pengalihan sementara jalan dan lalulintas yang ada. Dalam pembangunan jalan pengalihan sementara harus dapat menggunakan barang-barang atau bahan yang dapat dipakai lagi. Dengan demikian gorong-gorong dapat dibangun dari pipa beton, pipa baja atau goronggorong beton empat persegi (concrete box culverts), yang semua itu dapat diambil lagi dan digunakan pada lokasi lain sesudah proyek selesai. F. TEMPAT PEMBANGUNAN Ukuran tempat pembangunan sangat bervariasi, yang mana terkadang pula diperlukan pula tempat diluar areal bangunan didirikan antara lain untuk perakitan atau penyimpanan bahan konstruksi ( casting yard ), hal ini di sebabkan karena keterbatasan ukuran atau karena keterbukaan tempat pembangunan. Ukuran tempat untuk beberapa proyek konstruksi pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Panjang dan sempit, seperti proyek jembatan. 2. Kecil dan padat, seperti pada sebuah proyek perumahan di kota 3. Besar dan terbuka, seperti pada sebuah proyek lapangan terbang Topographi tempat pembangunan akan menentukan metode pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain penggunaan peralatan konstruksi juga mobilisasi sumber daya proyek konstruksi. 1. Lokasi memotong sungai, seperti pada sebuah proyek jembatan atau bendungan 2. Berupa dataran, seperti pada sebuah proyek lapangan terbang 5

Kondisi geologi, tempat pembangunan juga berbeda-beda selain mempengaruhi metode pelaksanaan konstruksi, juga mempengaruhi struktur konstruksi untuk mendirikan tempat pembangunan itu sendiri atau bangunan yang akan didirikannya. 1. Berbatu cadas keras 2. Tertutup tanah atau tanah lempung 3. Terdiri dari air seperti proyek pelabuhan atau dermaga Cuaca pada tempat pembangunan sering mempengaruhi pada jadwal perencanaan proyek konstruksi. G. BANGUNAN DAN PRASARANA PADA TEMPAT PEMBANGUNAN a. TATA LETAK PEMBANGUNAN Tata letak tempat pembangunan adalah merencanakan fasilitas-fasilitas pelayanan selama proyek pembangunan berlangsung. Tata letak pembangunan harus merujuk pada rencana tempat pembangunan Jika letak fasilitas pelayanan tidak direncanakan tetapi dibiarkan berkembang secara sembarangan akan mengakibatkan keterlambatan dan ketidak effisienan berhubung perpindahan bahan-bahan dan alat-alat yang simpang siur. Perencanaan lokasi semua sarana diatas pada semua tempat pembangunan adalah sangat penting, terutama pada tempat pembangunan yang kecil atau terbatas. Sebagai contoh, perencanaan tempat pembangunan untuk jembatan atau pengembangan perkotaan adalah sangat penting bila menginginkan pembangunan yang effisien. Tata letak pembangunan meliputi empat aspek, yaitu : 1. Aspek Perekayasaan 2. Aspek Ekonomis 3. Aspek Keselamatan 4. Aspek Psikologis 1. Aspek Perekayasaan Perencanaan daerah yang ditempati alat-alat angkat dan bebanbeban alat alat angkat tersebut 6

Kebutuhan akan udara bertekanan tinggi apabila di butuhkan Kebutuhan sarana pelayanan lain dan lokasi akan kebutuhan ini lokasi pekerjaan bawah tanah yang berhubungan dengan proyek yang sedang dibangun dan berhubungan dengan sarana konstruksi. 2. Aspek Ekonomis Jarak antara bahan-bahan yang dibutuhkan yang di.pindahkan dari gudang ke tempat pekerjaan Jarak antara daerah pekerjaan utama dan sarana- sarana pelayanan bagi unit kerja pembangunan Lokasi kantor lapangan sehubungan,daerah pekerjaan utama Lokasi daerah pra-fabrikasi (seperti tempat beton pra-cetak) dalam hubungannya dengan tempat pemakaian produk-produk tersebut Lokasi gudang bahan dan penampungan air hendaknya ditempatkan sedemikian rupa agar memanfaatkan gaya gravitasi dalam pemindahan bahan atau air dari gudang ke tempat pekerjaan 3. Aspek Keselamatan Perencanaan suatu tempat pembangunan juga harus memperhitungkan sejumlah aspek keselamatan baik bagi tenaga kerja pembangunan dan bagi kepentingan umum yang lebih luas, yaitu : Lokasi jalan masuk dan keluar dari tempat pembangunan Lokasi daerah penyimpanan bahan-bahan berbahaya, bahan bakar,.bahan peledak, dan lain-lain Lokasi jalan bagi para pekerja dalam hubungannya dengan pekerjaan diatas kepala (overhead construction works), lubang saluran (trenches) dan lubang vertikal (shafts), daerah dimana unit kerja pembangunan yang berat atau unit kerja pembangunan yang berbahaya beroperasi Lokasi tempat memandang bagi masyarakat umum, terutama bila pekerjaan bersifat unik dan baru dalam metode konstruksi ataupun bahan yang digunakan 7

Lokasi pelayanan yang berbahaya seperti bahan bakar, udara tekanan tinggi dan listrik 4. Aspek Psikologis Faktor-faktor penting lain yang tidak terkait secara langsung dengan persyaratan-persyaratan rekayasa, effisiensi pembangunan atau masalah keselamatan harus juga diperhatikan ketika merencanakan tempat pembangunan, yaitu : Lokasi kantor pengawas pada daerah yang tinggi dalam rangka mengawasi daerah pekerjaan Lokasi akomodasi bagi para pekerja pembangunan pada daerah yang terpencil dari daerah pekerjaan dengan demikian daerah tersebut tenang dan terbebas dari suasana kerja Pengadaan transport bagi para pekerja dari tempat mereka tinggal ke tempat pekerjaan dan kembali Pengadaan penjaga (keamanan) untuk tempat pembangunan b. JALAN MASUK KE TEMPAT PEMBANGUNAN Jalan masuk ke tempat pembangunan di perlukan pada proyek konstruksi: proyek jembatan, pembangkit energi, anjungan lepas pantai dan proyek proyek konstruksi di perkotaan. Tujuan pengadaan jalan masuk adalah untuk mobilisasi sumber daya proyek. Antara lain : unit kerja pembangunan, bahan-bahan dan tenaga kerja dapat berpindah dari daerah sekitar ke tempat pekerjaan. Beberapa alternatif prasarana dan mobilisasi/ jalan masuk ke suatu proyek, yaitu berupa jalan, jalan kereta api, jalan air dan angkutan udara pesawat terbang, helikopter atau kabel udara. Alternatif-alternatif pemilihan jalan masuk harus mempertimbangkan : ekonomis cukup untuk menampung semua beban aman dapat dipelihara 8

Pada umumnya mobilisasi sumber daya proyek yang digunakan berupa jalan. sebagai jalan masuk bagi pembangunan proyek, yang terkadang jalan yang ada dapat digunakan. Pada proyek konstruksi dimana sarana jalan masuk yang ada tidak memadai, mungkin perlu perkuatan beberapa bagian tertentu dari jalan masuk. Sebagai contoh, kekuatan jembatan yang ada pada sebuah jalan masuk pada sebuah proyek jembatan dapat menampung beban alat transport yang membawa balok beton pra cetak dan anjungan alat pancang Pada beberapa proyek konstruksi mungkin perlu membangun suatu jalan masuk yang baru. seperti pembangunan dermaga baru, landasan pesawat terbang, jalan kereta api. Jalan masuk baru ketempat pekerjaan dapat saja digunakan terus atau ditinggalkan setelah proyek selesai.bagaimanapun pada jalan baru harus dilakukan perancangan yang tepat, pembangunan pemeliharaan yang benar agar persyaratan-persyaratan diatas terpenuhi. Pada beberapa proyek pembangunan terdapat satu atau lebih dari alternatif jalan masuk. Bagaimanapun perlu diadakan uji ulang untuk menentukan apakah jalan masuk yang ada sudah cukup. c. BARAK BAGI PARA PEKERJA PEMBANGUNAN Pada beberapa proyek pembangunan dilaksanakan yang menggunakan para pekerja lokal, tidak dibutuhkan sebuah barak untuk para pekerja pembangunan. Pada proyek-proyek yang terletak pada daerah terpencil dan daerah tidak berpenduduk atau proyek-proyek pembangunan yang tempatnya berpindah-pindah sebagai contoh pembangunan jalan raya atau proyek pembangunan saluran pipa Mungkin juga perlu menyediakan akomodasi bagi para pekerja trampil yang tidak ada di daerah tempat pekerjaan tetapi harus pindah dari rumah mereka ke proyek yang sedang dibangun. Transportasi yang mungkin perlu disediakan bagi pusat penduduk lokal untuk pergi dan pulang, juga tempat parkir bagi karyawan yang menggunakan kendaraan 9

d. FASILITAS LAYANAN Pengaturan dalam pengadaan fasilitas di lapangan untuk para pekerja termasuk: Penggunaan barak mobile (caravan park) untuk akomodasi para pekerja Penggunaan pihak luar out sourcing untuk menyediakan pelayanan penginapan (messing) Penyediaan daerah dan pelayanan untuk penjual makanan bagi/ untuk melayani para pekerja pembangunan Penyediaan daerah dan pelayanan agar orang-orang/ masyarakat dapat menyediakan sarana-sarana pelayanan lain yang dibutuhkan oleh para pekerja e. SARANA DAN PRASARANA Motivasi sebagai salah satu fungsi manajemen adalah penting bila pekerjaan akan dilaksanakan sesuai jadwal. Pertimbangan akan cukup tidaknya harus diperhatikan dalam penyediaan sarana-sarana tersebut seperti : penyediaan air (baik panas dan dingin) pembuangan air kotor pengkondisian udara (panas dan dingin) listrik makanan yang baik f. FASILITAS TAMBAHAN Pelayanan-pelayanan tambahan tersebut antara lain pencegahan bahaya kebakaran sekolah pelayanan kesehatan toko-toko pelayanan agama daerah rekreasi aktif dan pasif hiburan 10

fasilitas bagi organisasi perdagangan pekerja yang melayani barak Pada proyek-proyek besar tertentu barak pembangunan atau bagian darinya, mungkin ditinggal secara permanent sesudah proyek selesai untuk penyediaan sarana bagi : Operasi dan pemeliharaan proyek yang telah selesai Digunakan sebagai kota rekreasi bagi umum Penggunaan sebagai barak pembangunan untuk proyek: lain didekatnya H. BANGUNAN-BANGUNAN DI TEMPAT PEMBANGUNAN Dalam rangka melayani pelaksanaan pekerjaan pembangunan, diperlukan bangunan-bangunan lain yang mempunyai fungsi : akomodasi perkantoran sarana laboratorium gudang bahan-bahan yang terpilih sarana bengkel kerja 1. Kantor Kantor dibutuhkan untuk menampung para insinyur, teknisi, pegawai dan staf lain yang berhubungan dengan pembangunan sebuah proyek.sejumlah kantor mungkin dibutuhkan dan kantor-kantor tersebut harus ditempatkan pada daerah yang cocok dalam tempat pembangunan. Sebagai contoh kantor insinyur pengawas dan inspektor harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat memandang pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Kantor harus dilengkapi dengan sarana pengkondisian udara, sarana tilpon dan telekomunikasi, alat-alat gambar, komputer, peti besi, sarana gudang dokumen, mesin photocopy, mesin ketik dan perabot kantor yang sesuai. 11

2. Laboratorium Kebutuhan laboratorium pada sebuah tempat proyek akan tergantung pada keadaan dan ukuran proyek dan persyaratan yang tertera pada spesifikasi pekerjaan. Laboratorium lapangan pada umumnya membutuhkan sarana untuk uji coba beton, bahan campuran beton dan tanah,uji coba lain yang mungkin dibutuhkan"untuk dilaksanakan antara lain uji coba pelapis (coating) protective, bitumen dan analisa air.penempatan Laboratorium dapat jauh dari pusat aktivitas pembangunan 3. Bengkel Kerja Bengkel kerja sebaiknya ditempatkan bersebelahan dengan daerah kerja utama. Bagaimanapun tidak boleh diletakkan pada suatu posisi yang akan mengganggu pada pekerjaan utama pembangunan yang termasuk dalam proyek. Bengkel kerja harus mempunyai peralatan yang cukup agar dapat melakukan semua pekerjaan yang perlu. Karena itu harus disediakan bersama peralatan yang sesuai, katalog unit kerja, listrik, udara tekanan tinggi, air, peralatan las, uap, pembersih, alat pengangkat (hoists), dan mesin kerja baja (mesin bubut, slat bor, presses, mesin pembentuk, grinda, dan lain-lain). 12

DAFTAR PUSTAKA 1. Iman Soeharto, 1997, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. 2. Barrie, Paulson, Sudinarto, 1993, Profesional Contruction Management / Manajemen konstruksi profesionalo 3. Norman Foster,1972, Construction Estmates 4. R chudley,1997,construction Teknology 3 5. R chudley,1997,construction Teknology 4 6. Husaini Usman, 2002,Manajemen Konstruksi 7. Istimawan Dipohusodo, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid 1 dan jilid 2, Kanisius Jakarta 8. Rochany Natawidjana,Siti Nurasiyah, Bahan Kuliah Manajemen Proyek, UPI, 2009. 9. Wulfram L Ervianto, 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi Yogyakarta 10. Universitas Tarumanegara, 1998, Ilmu Manajemen Kontruksi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta. 13