DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH BERSTATUS TANAH LETTER C

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN. (Studi Pada Kantor Notaris Sri Hartini, SH di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah sebagai salah satu sumber kekayaan alam memiliki hubungan erat

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

PELAKSANAAN PENERBITAN SERTIFIKAT PENGGANTI HAK MILIK ATAS TANAH KARENA HILANG OLEH KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

PERAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL UNTUK MELINDUNGI INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN PATI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup sehari-hari sangatlah mudah untuk terwujud, meskipun kita tidak

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Ilmu Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dan isi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. rakyat Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB I PENDAHULUAN. instan tanpa memperdulikan adanya norma yang sudah diatur Negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. pertanahan merupakan kebutuhan dasar (basic reed) masyarakat secara keseluruhan, karena itu diperlukan penanganan secara serius.

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat dalam bidang Fashion, dilihat dari percampuran budaya yang

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk yang meningkat dan semakin. akhirnya berimplikasi pula terhadap kebutuhan akan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PINJAM- MEMINJAM UANG ATAU KREDIT. (Studi Kasus Koperasi KPRI Guru Sekolah Dasar di Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran agama Islam yang. menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah itjima iyah

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

STUDI TENTANG TANGGUNG JAWAB KASIR TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN DI SUPERMARKET WILAYAH SURAKARTA

Diajukan oleh; RAGOWO ADE KURNIAWAN C

UTHI CHAFIDZAH NAFSIKA C

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

Transkripsi:

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH BERSTATUS TANAH LETTER C (Studi Kasus di Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: Misbakhul Munir C 100.040.029 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki hubungan kebutuhan erat dengan tanah disamping kebutuhan mendasar lain yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Hampir tidak satu pun benda di muka bumi ini tidak membutuhkan tanah sebagai tempat untuk menentukan keberadaannya. manusia, rumah, kantor, gedung, lapangan sepak bola, mobil, pemakaman dan lain-lain. Kesemuanya menggantungkan eksistensinya dengan keberadaan tanah untuk berpijak. Pada zaman dahulu atau masa sebelum dimulainya peradaban manusia, mungkin setiap makhluk tidak begitu mempedulikan soal tanah yang mereka ingin tinggali. Karena kebutuhan akan menyambung hidup dengan mencari sumber makanan yang berlimpah ditengarai masih lebih dominan ketimbang masalah tanah untuk mereka jadikan milik pribadi dan bertempat tinggal. Kalaupun terjadi pertarungan karena perebutan wilayah biasanya disebabkan karena ada godaan sumber makanan yang berlimpah di tempat itu bukan karena tanah yang mereka klaim sebagai milik mereka. Bumi pada masa itu adalah hamparan tanah dan air yang mereka bisa tempati dimana saja dan kapan saja mereka mau tanpa harus meminta izin pada penguasa atau siapapun. Oleh karenanya mereka senantiasa berpindah-pindah dari satu

tempat ketempat yang lainnya sepanjang waktu dan menjadikan hamparan bumi sebagai rumah besar bagi mereka. 1 Berbeda halnya dengan masa dimulainya peradaban sampai sekarang ini, manusia mulai membuat aturan dan kesepakatan-kesepakatan dalam mengatur kehidupannya. Termasuk ketentuan bahwa setiap orang yang ingin menempati suatu tempat 2. Orang harus memiliki hak atas tanah itu atau mendapat izin terlebih dahulu untuk menempati dan mengambil manfaat dari tanah itu. Dari tahun ketahun seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman atau antara satu tempat ketempat yang lainnya memiliki tata cara, bentuk dan model serta aturan yang beragam dalam menyimbolkan kepemilikan akan tanah sesuai dengan produk budaya dan kesepakatan yang mereka pakai. Seperti halnya aturan tanah di Indonesia pada zaman Majapa hit, Hindia Belanda, dan saat ini tentu memiliki aturan tentang kepemilikan tanah yang berbeda, atau antara Malaysia, Cina, dan Amerika tentu memiliki aturan tentang kepemilikan tanah yang tidak serupa. Sehingga permasalahan akan tanah dan tata cara menyelesaikannya tentu juga tidak sama karena kondisi sosio kultural masyarakat sangat mempengaruhi produk hukum di suatu tempat. Waktu yang terus berjalan, zaman yang terus berubah, kebutuhan yang terus berkembang dan permasalahan yang terus bertambah, masalah tanah saat ini berevolusi menjadi masalah yang tidak sederhana seperti dimasa 1 R.G Kartasapoetra SH, Ir.A.G Kartasapoetra, Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan vpendayagunaan Tanah, Bandung, Pen. Bina Aksara, 1984, hal 2. 2 Soehino SH, Ilmu Negara, Yogyakarta, Pen.Liberty, 1998, hal 11.

sebelum adanya peradaban manusia ataupun masa prasejarah. Semakin hari masalah tanah menjadi masalah yang semakin komplek. Ketidakmerataan pembagian dan distribusi hak yang adil dan penetapan akan hak kepemilikan tanah, dan beragam masalah tanah lainnya menjadi hal yang mewarnai dunia keagrariaan kita. Berbagai modifikasi dan pembaharuan terhadap sistem pertanahan pun senantiasa dilakukan demi terciptanya ketertiban dan kesejahteraan masyarakat akan tanah, namun masalah tanah senantiasa tetap ada dan menuntut progresifitas anak zaman untuk terus berbenah. Kebutuhan akan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah badan usaha, dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Tanah tidak saja sebagai tempat bermukim, tempat untuk bertani, tetapi juga dapat dipakai sebagai jaminan mendapatkan pinjaman bank, untuk keperluan jual beli dan sewa menyewa. Begitu pentingnya kegunaan tanah bagi orang atau badan hukum menuntut adanya jaminan kepastian hukum akan tanah tersebut. Untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum atas bidang tanah, memerlukan perangkat hukum tertulis, lengkap, jelas, dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan yang berlaku. 3 Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional disegala bidang dan kebutuhan akan kepastian hukum dibidang pertanahan, telah diundangkan peraturan-peraturan dibidang hukum pertanahan dalam bentuk Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan 3 Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Jakarta Selatan, Visimedia, juni a2008, hal:1

Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Pelaksana Seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya. Pengundangan suatu peraturan diperlukan sinkronisasi baik secara vertikal maupun secara horisontal dari peraturan-peraturan hukum tertulis (Soerjono Soekanto, 1984:50). Sehubungan dengan hal tersebut adalah sudah suatu keharusan dalam pembentukan suatu Peraturan Perundang-Undangan, maka peraturanperaturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Demikian juga suatu peraturan harus serasi dengan peraturan yang sederajat, sebab suatu norma hukum itu selalu dibentuk bersumber berdasar pada norma hukum yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya sampai pada suatu puncak norma yang disebut sebagai norma dasar (Groundnorm). 4 Tanah merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadahnya maupun sebagai faktor produksi. Oleh karena itu jelaslah bahwa pencatatan yang sistematis dari tanah dan hak atas tanah merupakan hal yang sangat penting baik bagi administrasi negara maupun bagi perencanaan dan pengembangan penggunaan tanah itu sendiri, serta bagi kepastian hukum dalam peralihan, pemindahan atau pembebanan hak atas tanah. Hal ini terutama tampak nyata di negara-negara yang sedang berkembang dimana pertumbuhan penduduk yang sangat pesat telah menimbulkan distorsi yang semakin besar, sehingga terjadilah urbanisasi yang deras mengakibatkan pertumbuhan yang tak terkendalikan di perkotaan 4 Dr. Irawan Soerodjo SH, MSi, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, aarkola, Februari 2003, hal 24.

dan dibidang hukum pertanahan ternyata tidak diikuti dengan pembuatan catatan yang teliti mengenai transaksi dengan obyek berupa tanah yang berakibat ketidakpastian hukum. Adanya perubahan dan perkembangan sosial dalam masyarakat yang berkembang memerlukan langkah-langkah penyesuaian dan penyempurnaan berbagai produk hukum dibidang pertanahan. Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang antara lain dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat Indonesia akan semakin memerlukan jaminan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah, penyelenggaraan pendaftaran tanah memerlukan dukungan dari berbagai kalangan. Yaitu selain dari Pemerintah juga dari seluruh lapisan masyarakat, dan khususnya dukungan dari pemegang hak atas tanah. Oleh karena masalah pertanahan adalah permasalahan yang sangat kompleks dan mencakup semua aspek kehidupan dalam bermasyarakat, maka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur kebijaksanaan pertanahan dalam bentuk peraturan Perundang-undangan. Tujuan kepastian hukum dalam bidang pertanahan khususnya hak milik atas tanah adalah untuk memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Permasalahan yang timbul pada saat suatu sengketa bergulir di Pengadilan maka harus melalui pembuktian. Dalam hal ini para pihak memerlukan alat bukti berupa sertifikat hak atas tanah yang merupakan hasil akhir dari pendaftaran tanah yang diterbitkan oleh kantor pertanahan

setempat, pada dasarnya pembuktian yang wajib dimiliki oleh pemegang hak selain sertifikat yang merupakan alat bukti formal yang berwujud, dapat juga berupa saksi dan pers angkaan. 5 Di daerah pedesaan jual beli tanah yang belum bersertifikat atau yang biasanya disebut tanah berstatus Letter C atau dengan kata lain tanah tersebut hanya terdaftar dalam peta kelurahan setempat dimana letak tanah tersebut berada, tanah berstatus Letter C masih banyak menjadi objek jual beli. Di lain pihak jual beli tanah yang berstatus Letter C tidak menjamin keabsahan suatu perjanjian jual beli dan juga akan berakibat tidak adanya kepastian hukum dari objek jual beli tersebut, dalam hal ini adalah tanah berstatus Letter C. Oleh karena itu secara kekuatan hukum pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C ini dianggap sangat lemah, karena belum adanya sertifikat hak milik bagi pemegang hak atas tanah. Keadaan inilah yang sering kali memicu terjadinya masalah dikemudian hari. Beberapa hal inilah yang oleh penulis dianggap cukup menarik untuk membahasnya. Dengan maksud untuk bisa mengetahui dampak positif dan negatif suatu pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C dari kacamata kebiasaan masyarakat setempat dan juga ditinjau dari segi perbuatan hukumnya. Berdasarkan hal di atas maka dalam penulisan hukum ini penulis mengambil judul: DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH BERSTATUS LETTER C. 5 Dr. Irawan Soerodjo,SH, MSi, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, aarkola, Februari 2003, hal : 28.

B. Pembatasan Masalah Agar penelitian dapat berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembahasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan masalah yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya memberikan gambaran kemana arah penelitian dan memudahkan penelitian dalam menganalisis permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada Dampak Positif dan Negatif Pelaksanaan Jual Beli Tanah Berstatus Letter C. C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, Agar permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini menjadi jelas diperlukan suatu perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah dampak positif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C berdasarkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat maupun menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia. 2. Bagaimanakah dampak negatif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C berdasarkan kebiasaan ya ng berlaku di masyarakat maupun menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia. D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian: 1. Tujuan Obyektif Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C ditinjau dari sudut pandang kebiasaan

masyarakat maupun dari sudut pandang hukum positif yang berlaku di Indonesia. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk mengembangkan teori yang telah diterima penulis selama mengikuti kuliah serta melatih kemampuan penulis dalam pembuatan karya ilmiah. b. Untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang dituangkan dalam bentuk penulisan hukum. c. Untuk mendapatkan bahan-bahan dan data yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dibidang ilmu hukum, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi teori hukum khususnya tentang dampak positif dan negatif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C. b. Dapat memberikan bahan dan masukan serta referensi bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang

berkaitan dengan perihal pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C. b. Memberikan informasi bagi para pembaca skripsi dan masyarakat pada umumnya tentang dampak positif dan negatif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C. F. Metode Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, kita tidak terlepas dari penggunaan metode, Karena metode merupakan suatu cara atau jalan bagaimana seseorang harus bertindak. Metode dapat dirumuskan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, cara tertentu untuk melakukan s uatu prosedur. 6 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode pendekatan sebagai berikut : 1) Metode Pendekatan. Penelitian dilakukan berdasarkan pada penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelititan yang didasarkan pada suatu ketentuan kaidah hukum positif dan kenyataan yang terjadi di lapangan sehingga dapat diketahui legalitas hukum dalam prakteknya. 6 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiyanto, Metode Penelitian Hukum, Surakarta; Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, hal 1.

2) Jenis Penelitian Penelitian yang bersifat Deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana hukum mengatur masalah dampak positif dan negatif jual beli tanah berstatus Letter C, dan kebiasaan masyarakat melakukan jual beli tanah berstatus Letter C. 3) Sumber Data a. Sumber Data Primer Data primer adalah sumber data yang secara langsung diperoleh dari lapangan, dengan mengadakan tinjauan pada objek yang diteliti dalam hal ini adalah para pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti dalam hal ini adalah yang berasal dari lokasi penelitian. b. Sumber Data Sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang secara langsung mendukung data primer yaitu sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara tidak langsung diperoleh melalui bahan-bahan dokumen, laporan, literatur, surat kabar, dan hasil penelitian lainnya dengan masalah yang diteliti. 4) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan oleh penulis di Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. 5) Metode Pengumpulan Data. a. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu dengan observasi dan wawancara (Interview) adalah penting dilakukan. Wawancara merupakan teknik pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan secara langsung dengan orang yang memberikan keterangan, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan pihak-pihak yang bersangkutan. b. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu cara pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dan data yang diperlukan sebagai landasan berpikir dengan jalan mempelajari buku-buku literatur, Peraturan Perundang-undangan dan bahan pustaka lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 6) Metode Analisis data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, yaitu analisis data yang menggunakan dan mengambil kebenaran yang diperoleh dari kepustakaan, peraturan perundangundangan, dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka la innya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti kemudian didiskusikan dengan data yang telah diperoleh dari objek yang diteliti sebagai kesatuan yang utuh sehingga akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan. G. Sistematika Skripsi Untuk memudahkan pemahaman dalam pembahasan dan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penulisan penelitian

ini, maka penulis akan menguraikan sistematika skripsi yang terdiri dari 4 (empat) bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub bab yang disesua ikan dengan lingkup pembahasannya, adapun sistematika penulisan penelitian ini yaitu sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II : LANDASAN TEORI Tinjauan umum tentang dampak positif dan negatif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C. 1. Berbagai definisi yang berkaitan dengan pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C. a. Pengertian jual beli b. Pengertian tanah berstatus Letter C c. Pengertian hak atas tanah 2. Arti penting bukti kepemilikan hak atas tanah berstatus Letter C. 3. Hal-hal penting yang menyebabkan terlaksananya jual beli tanah berstatus Letter C.

4. Tata cara pengurusan tanah Letter C menjadi hak milik atas tanah. BAB III : PEMBAHASAN 1. Bagaimanakah dampak positif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C berdasarkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat maupun menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia. 2. Bagaimanakah dampak negatif pelaksanaan jual beli tanah berstatus Letter C berdasarkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat maupun menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia. BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran