REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
REALISASI SEMENTARA APBNP

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

39/PMK.07/2011 PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN PANAS BUMI TAHUN ANGG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aloka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2018

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

2011, No Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017; c. bahwa untuk mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Neg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011

2011, No Memperhatikan : Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapat

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

Transkripsi:

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Pada APBN-P tahun 2012 volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9 persen) terhadap pagu belanja negara dalam APBN 2012. Peningkatan volume belanja negara tersebut, sebesar 92,6 persen dialokasikan pada belanja Pemerintah Pusat, dan 7,4 persen dialokasikan untuk transfer ke daerah. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp393,9 triliun, atau terserap 36,8 persen terhadap pagu APBN-P 2012. Dari jumlah realisasi semester I tahun 2012 sebesar Rp393,9 triliun tersebut, 41,7 persen (Rp164,3 triliun) merupakan realisasi belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sedangkan 58,3 persen (Rp229,6 triliun) merupakan realisasi belanja non-k/l. Tabel 1. Realisasi Semester I Belanja Pemerintah Pusat, 2011-2012 (triliun rupiah) Sumber : Laporan Pelaksanaan APBN Semester I Tahun 2012 Tabel 1 menunjukkan : Penyerapan subsidi dan bantuan sosial merupakan yang tertinggi di antara penyerapan kedelapan jenis belanja Pemerintah Pusat, dengan penyerapan masing-masing sebesar 55,0 persen dan 54,5 persen. - Lebih tingginya realisasi belanja subsidi, terutama disebabkan oleh meningkatnya penyerapan anggaran subsidi energi (BBM, LPG tabung 3 kg dan listrik) dalam semester I tahun anggaran 2012. Peningkatan realisasi subsidi energi tersebut disebabkan antara lain oleh lebih tingginya realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan lebih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat apabila dibandingkan dengan asumsinya dalam APBN-P 2012. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 1

- Lebih tingginya realisasi penyerapan anggaran bantuan sosial dalam semester I tahun 2012 tersebut terutama dipengaruhi oleh perbaikan administrasi pelaksanaan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat, sehingga pencairan anggarannya dapat dipercepat. Tabel 2. Realisasi Semester I Belanja Subsidi, 2012 (triliun rupiah) Sumber : Laporan Pelaksanaan APBN Semester I Tahun 2012 Realisasi belanja hibah dan belanja lain-lain sampai dengan semester I 2012 masih rendah, yaitu hanya mencapai masing-masing 0,4 persen dan 4,2 persen dari pagu dalam APBN-P 2012. - Rendahnya belanja hibah tersebut dipengaruhi antara lain oleh penyaluran hibah kepada daerah berdasarkan pada kinerja (performance based) pelaksanaan kegiatan hibah dan kesiapan pemerintah daerah dalam mengajukan permintaan penyaluran hibah. - Lebih rendahnya persentase penyerapan belanja lain-lain tersebut dikarenakan antara lain belum adanya realisasi anggaran untuk kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi umum, fasilitas pelayanan kesehatan (BPJS), cadangan ketahanan pangan, cadangan risiko perubahan asumsi ekonomi makro dan stabilisasi harga pangan, serta cadangan risiko energi. Sampai dengan semester I tahun 2012, realisasi belanja pegawai telah mencapai Rp104,1 triliun, atau 49,0 persen dari pagunya dalam APBN-P tahun 2012 sebesar Rp212,3 triliun. Tingkat penyerapan ini lebih tinggi dari realisasi pada periode yang sama tahun 2011, hal ini disebabkan karena pembayaran gaji pokok dan pensiun pokok bulan ketigabelas dalam tahun 2012 dapat dilakukan tepat waktu, sementara dalam tahun 2011 baru dibayarkan pada bulan Juli. Realisasi belanja barang sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp41,8 triliun atau menyerap 22,4 persen dari pagunya dalam APBN-P tahun anggaran 2012 sebesar Rp186,6 triliun. Kinerja penyerapan belanja barang tersebut lebih rendah dari penyerapan dalam semester I tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh - efisiensi anggaran K/L berupa penghematan belanja K/L tahun 2012 sebesar Rp18,9 triliun. - faktor-faktor yang terkait dengan pemblokiran anggaran karena kurangnya kelengkapan Term of Reference/Rencana Anggaran Belanja dan referensi harga untuk Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 2

input yang tidak tercantum dalam Standar Biaya sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 49 Tahun 2012 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2012. - pelaksanaan reorganisasi beberapa K/L, karena keterlambatan penunjukan satker dan pejabat perbendaharaan. lain, - tingginya kehati-hatian dalam pelaksanaan anggaran. Realisasi anggaran belanja modal dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp30,6 triliun, yang berarti menyerap 18,2 persen dari pagu anggaran belanja modal yang ditetapkan dalam APBN-P tahun anggaran 2012. Penyerapan anggaran belanja modal tersebut lebih tinggi dari penyerapan realisasi dalam semester I tahun 2011. Hal ini terutama berkaitan dengan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mempermudah prosedur pelaksanaan program/kegiatan termasuk dimungkinkannya pelaksanaan proses tender lebih awal, serta dampak dari percepatan pelaksanaan anggaran melalui Tim Evaluasi, Pemantauan, dan Percepatan Anggaran (TEPPA) yang secara intensif memantau dan memberikan advokasi bagi K/L dalam mempercepat pelaksanaan anggaran. Realisasi pembayaran bunga utang dalam semester I Tahun Anggaran 2012 mencapai Rp49,6 triliun, atau menyerap 42,1 persen dari pagu APBN-P tahun 2012. Realisasi anggaran pembayaran bunga utang ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama di tahun 2011. - Realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri mencapai Rp35,2 triliun, atau 41,6 persen dari pagu APBN-P tahun 2012. Realisasi ini mengalami penurunan dibandingkan realisasi dalam periode yang sama tahun 2011.Hal ini ditentukan oleh membaiknya kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) di awal tahun 2012. - Realisasi pembayaran bunga utang luar negeri mencapai Rp14,4 triliun, atau 43,6 persen dari pagu yang telah ditetapkan dalam APBN-P tahun 2012. Realisasi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi dalam periode yang sama tahun 2011. Hal ini antara lain disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi penarikan pinjaman luar negeri dan bunga penerbitan SBN valas Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Realisasi anggaran belanja K/L dalam semester I 2012 menyerap 30,0 persen dari pagu alokasi belanja K/L yang ditetapkan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp547,9 triliun. Realisasi anggaran belanja K/L tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2011. Hal-hal yang mempengaruhi kinerja penyerapan belanja K/L, antara lain: (1) masih terdapat dana blokir; (2) belum adanya payung hukum mekanisme dan pelaksanaan kegiatan; (3) hibah luar negeri yang belum efektif; (4) realisasi anggaran belanja modal dipengaruhi oleh kemajuan pekerjaan fisik, antara lain terkait pembebasan lahan; (5) adanya pekerjaan yang memerlukan audit BPKP; serta (6) belum adanya persetujuan DPR terkait revisi alokasi anggaran. Realisasi anggaran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Riset dan Teknologi merupakan realisasi anggaran K/L dengan penyerapan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 3

paling tinggi. Dalam semester I tahun 2012 tersebut, dengan tingkat penyerapan terhadap pagu APBN-P 2012 masing-masing sebesar 57,0 persen dan 45,9 persen. Di lain pihak, Kementerian Perumahan Rakyat dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, merupakan K/L dengan tingkat penyerapan paling rendah, yaitu sebesar 1,9 persen terhadap pagu APBN-P 2012. Realisasi Transfer ke Daerah Dalam semester I tahun 2012 telah disalurkan dana Transfer ke Daerah sebesar Rp235.523,3 miliar, atau mencapai 49,2 persen dari pagu anggaran Transfer ke Daerah yang ditetapkan dalam APBN-P 2012. Realisasi Transfer ke Daerah tersebut lebih tinggi 4,9 persen dibandingkan dengan realisasi Transfer ke Daerah dalam periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi dana Perimbangan Dana Alokasi Umum Realisasi DAU dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp159.725,0 miliar, atau 58,3 persen dari pagu APBN-P 2012. Realisasi DAU dalam semester I tahun 2012 tersebut terdiri atas DAU untuk Provinsi Rp15.972,5 miliar dan DAU untuk Kabupaten/Kota Rp143.752,5 miliar. Dana Bagi Hasil Realisasi DBH dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp36.810,1 miliar atau 34,0 persen dari pagu alokasi DBH yang ditetapkan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp108.421,6 miliar. Realisasi DBH tersebut terdiri atas DBH Pajak Rp19.638,3 miliar atau 38,0 persen dari pagu alokasi APBN-P dan DBH Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp17.171,8 miliar atau 30,3 persen dari pagu APBN-P. Dana Alokasi Khusus Dalam semester I tahun 2012 realisasi penyaluran DAK kepada daerah mencapai Rp7.411,9 miliar, atau 28,4 persen dari pagu APBN-P 2012. Realisasi tersebut terdiri atas DAK yang disalurkan tahap I Rp7.382,4 miliar (99,6 persen) dan tahap II Rp29,5 miliar (0,4 persen). Realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Dalam semester I tahun 2012, realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian mencapai Rp31.576,3 miliar, atau 44,8 persen dari pagunya dalam APBN-P 2012. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 4

Realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi 17,1 persen jika dibandingkan dengan realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 27,7 persen. Dari realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian dalam semester I tahun 2012 tersebut, 11,4 persen diantaranya merupakan realisasi Dana Otonomi Khusus dan 88,6 persen merupakan realisasi Dana Penyesuaian. Penyusun: Titik Kurnianingsih Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 5