Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

The Relationship of Postterm Pregnancies dnd Premature Infants With Neonatal Asphyxia

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Determinan Persalinan Prematur di RSUD Dr. Abdul Moeloek

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005-Juni 2006

KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2012

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA, GRAVIDA, DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN PREEKLAMSIA DI RSUD WONOSARI TAHUN 2015

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

PERBANDINGAN KEJADIAN ASFIKSIA ANTARAPERSALINAN PRETERM DAN ATERM PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Prevalensi Derajat Asfiksia Neonatorum pada Berat Badan Bayi Lahir Rendah. The Prevalence of Asphyxia Neonatorum Severity In Low Birth Weight Infants

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

HUBUNGAN USIA IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN PERSALINAN PREMATURE DI RSUD BANGIL TAHUN 2013 DWI RAKHMA YUSLIYANTI DESCRIPTION

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS DI PUSKESMAS II KARANGASEM BALI TAHUN 2013

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH UMUR, KOMPLIKASI LAIN DAN JENIS PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR PADA IBU PREEKLAMPSIA BERAT DI RSUDP MATARAM TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

BAB IV METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Transkripsi:

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung Raditiya B, Berawi M, Kurniawan B Medical Faculty of Lampung University Abstract Asphyxia is one important etiology of perinatal morbidity and mortality where the baby has respiratory failure spontaneously, irregular and inadequate immediately after birth. Mortality case in 2012 on neonatus which had asphyxia in Bandar Lampung as much as 35 cases (54,72%). Many disorders in neonates period have correlation to asphyxia, one of ths fetal maturity. Purpose of this study is to investigate correlation between fetal maturity and asphyxia on babies in neonatology room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung. This study used analytic correlative method by cross sectional approach. This study has been done during November until Desember 2013. The samples were chosen by total sampling technique. We got 601 samples used secondary data in July 2013 until December 2013.The results showed the babies who got asphyxia were 38,4% and the maternals who experienced pregnancy maturity were 60,1%. Chi-square statistical test showed p value was 0,001 so there was correlation between fetal maturity and asphyxia. Conclusion, there was correlation between fetal maturity and asphyxia. Key word: Asphyxia, fetal maturity Hubungan Maturitas Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi di Ruang Neonatologi RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung Abstrak Asfiksia merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal dimana bayi mengalami kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Angka kematian tahun 2012 pada neonatus yang mengalami asfiksia di Bandar Lampung sebanyak 35 kasus (54,72%). Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan erat dengan faktor asfiksia ini, salah satunya adalah maturitas kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan maturitas kehamilan dengan tingkat kejadian asfiksia pada bayi di ruang Neonatologi RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Desain penelitian menggunakan metode analitikkorelatif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan bulan November hingga Desember 2013 dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel yang didapat sebanyak 601 sampel dengan menggunakan data sekunder pada bulan Juli 2013 hingga Desember 2013. Hasil penelitian ini adalah jumlah bayi yang mengalami asfiksia adalah 38,4% dan ibu bersalin yang mengalami maturitas kehamilan adalah 60,1%. Berdasarkan uji statistik chi-square dengan nilai p=0,001 didapatkan ada hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia. Simpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia. Kata kunci : Asfiksia, maturitas kehamilan 34

Pendahuluan Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kirakira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan ini berperan pada proses kematangan pada janin dimana pada periode janin ditandai oleh pematangan jaringan dan organ serta pertumbuhan tubuh yang pesat. Panjang janin biasanya dinyatakan sebagai crownrump lenght (panjang puncak kepala-bokong), ukuran dari verteks tengkorak hingga tumit (Sadler, 2009). Pada kehamilan matur secara umum, lama kehamilan dianggap 280 hari, atau 40 minggu setelah onset hari pertama haid terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah pembuahan (Sadler, 2009). Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ vital lainnya (Suraatmaja, 2006). Sampai saat ini, asfiksia masih merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan erat dengan faktor asfiksia ini, didapatkan bahwa sindrom gangguan nafas, aspirasi mekonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit yang sering terjadi pada asfiksia (Poesponegoro, 2005). Penyebab utama dari kematian neonatus di kota Bandar Lampung adalah asfiksia sebanyak 35 kasus (54,72%) BBLR 29 kasus (27,36%) dan penyebab lain 19 kasus (17,92 %). (Dinas Kota Bandar Lampung, 2010). Di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek pada tahun 2012 kejadian bayi lahir dengan asfiksia sebanyak 409 kasus (9,89%), yang mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebanyak 290 kasus (6,78%) (Register pasien di RSUD Abdul Moeloek, 2011/2012). 35

Metode Penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan pendekatan crossectional. dimana pengumpulan data dilakukan pada waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan di Unit Perinatologi RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung secara bersamaan dengan melakukan pengumpulan data primer pada bayi. Kemudian, teknik pengumpulan sampel dalam peneltian ini adalah total sampling dan didapat hasil sejumlah 601 sampel. Pada penelitian ini memerlukan kriteria inklusi yaitu pasien dirawat di RSUD Abdul Moeloek dan data yang lengkap. Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah bayi meninggal dan data tidak lengkap. Hasil Tabel 1. Distribusi Frekuensi Bayi yang mengalami asfiksia Di RSUD Dr. H Abdul Moeloek periode Juli 2013 Desember 2013 Adapun distribusi frekuensi bayi yang mengalami asfiksia di RSUD Dr. H Abdul Moeloek periode Juli 2013 Desember 2013 adalah sebagai berikut : Asfiksia Frekuensi Persentase (%) Ya 231 38,4 Tidak 370 61,6 Jumlah 601 100 Sumber : Data RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung (data diolah) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah bayi yang mengalami asfiksia sejumlah 231 bayi (38,4%) dan 370 bayi (61,6%) tidak mengalami asfiksia. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu yang mengalami maturitas kehamilan Di RSUD Dr. H Abdul Moeloek periode Juli 2013 - Desember 2013 Adapun distribusi frekuensi bayi yang mengalami maturitas kehamilan di RSUD Dr. H Abdul Moeloek periode Juli 2013 Desember 2013 adalah sebagai berikut : Maturitas Kehamilan Frekuensi Persentase (%) Ya 361 60,1 Tidak 240 39,9 Jumlah 601 100 Sumber : Data RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung (data diolah) 36

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah ibu bersalin yang mengalami maturitas kehamilan sejumlah 361 orang (60,1%) dari 601 ibu bersalin. Tabel 3. Analisis Bivariat Adapun hubungan maturitas kehamilan dengan asfiksia di RSUD Dr. H Abdul Moeloek adalah sebagai berikut : No Maturitas kehamilan Asfiksia Tidak Asfiksia Total Nilai p 1 Ya 83 278 361 2 Tidak 148 92 240 Total 231 370 601 0,001 Hasil analisis hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia didapatkan bahwa ada sebanyak 83 ibu yang mengalami maturitas kehamilan melahirkan bayi asfiksia. Sedangkan pada 278 ibu yang mengalami maturitas kehamilan melahirkan bayi tidak asfiksia. Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia. Pembahasan Asfiksia terjadi karena terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin. Faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia diantaranya adalah faktor ibu, faktor plasenta, faktor fetus dan faktor neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Kehamilan merupakan rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang 37

aterm. Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kirakira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) serta menghasilkan bayi yang aterm (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan ini berperan pada proses kematangan pada janin dimana pada periode janin ditandai oleh pematangan jaringan dan organ serta pertumbuhan tubuh yang pesat. Panjang janin biasanya dinyatakan sebagai crown-rump lenght (panjang puncak kepalabokong), ukuran dari verteks tengkorak hingga tumit (Sadler, 2009). 1. Analisis univariat Pada penelitian ini didapatkan hasil kejadian asfiksia pada bayi sebesar 38,4% dan maturitas kehamilan sebesar 60,1%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Lee (2008) yang melakukan penelitian terhadap faktor risiko antepartum, intrapartum dan faktor risiko janin pada asfiksia neonatorum. Didapatkan bahwa gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia neonatorum. Gejala-gejala tersebut adalah demam selama kehamilan, perdarahan pervaginam, pembengkakan tangan, wajah atau kaki, kejang, kehamilan ganda juga berhubungan kuat dengan mortalitas asfiksia neonatorum. Bayi yang lahir dari wanita primipara memiliki risiko mortalitas asfiksia neonatorum yang lebih tinggi sedangkan adanya riwayat kematian bayi sebelumnya tidak bermakna dalam memperkirakan kematian akibat asfiksia neonatorum. Partus lama dan ketuban pecah dini juga meningkatkan risiko asfiksia neonatorum secara bermakna. Pada penelitiannya, Lee tidak mendapatkan bahwa pewarnaan mekoneum pada air ketuban memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya asfiksia neonatorum. Berdasarkan teori dari Krisnadi (2005) bahwa pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini 38

merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Durousseau dan Chavez (2003) bahwa bayi yang cukup bulan ( umur kehamilan 37 minggu) memiliki waktu yang cukup untuk tumbuh, terkadang bisa lahir dengan janin yang kecil dengan berat < 2500 gram karena memiliki pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hasil ini sesuai dengan teori dari Krisnadi (2005) bahwa Pada bayi preterm resiko terjadinya asfiksia lebih tinggi dibandingkan dengan bayi aterm. Sehingga sulit untuk memisahkan secara sempurna faktor-faktor yang terkait dengan prematuritas dari faktor-faktor yang terkait dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Pada bayi yang lahir prematur juga mungkin mengalami komplikasi seperti pendarahan otak, meningkatnya risiko infeksi terutama meningitis dan sepsis (infeksi dalam aliran darah/peradangan di seluruh bagian tubuh), bermasalah dengan fungsi ginjal, dan jaundice (sakit kuning). Bayi yang lahir prematur juga memiliki resiko tinggi untuk komplikasi jangka panjang, yang mungkin meliputi gangguan penglihatan (bahkan kebutaan), gangguan pendengaran, cerebral palsy (kelumpuhan otak/gangguan fungsi motorik) dan penyakit paru-paru kronis. Semakin dini kelahirannya, semakin tinggi kecenderungannya mengalami komplikasi-komplikasi tersebut. 2. Analisis bivariat Pada analisis bivariat terkait hubungan maturitas kehamilan dengan kejadian asfiksia dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Sadler (2009) bahwa maturitas kehamilan ini berperan pada proses kematangan pada janin dimana pada periode janin ditandai oleh pematangan jaringan dan organ serta 39

pertumbuhan tubuh yang pesat. Panjang janin biasanya dinyatakan sebagai crown-rump lenght (panjang puncak kepala-bokong), ukuran dari verteks tengkorak hingga tumit. Pada kehamilan matur secara umum, lama kehamilan dianggap 280 hari, atau 40 minggu setelah onset hari pertama haid terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah pembuahan. Insidensi kehamilan prematur lebih tinggi dari kehamilan matur, hal ini disebabkan karena pada bayi yang preterm sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim (Prawirohardjo, 2010). Simpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat hubungan antara maturitas kehamilan dengan asfiksia di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013 setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat ibu bersalin dengan maturitas kehamilan memiliki risiko untuk melahirkan bayi asfiksia. Dengan menggunakan nilai p = 0,001. Daftar Pustaka Depkes. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta : Dinkes RI. hal 6-8 Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2010. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2010. Bandar Lampung Durousseau, S dan Chavez, GF. 2003. Associations of Intrauterine Growth Restriction Among Term Infants and Maternal Pregnancy Intendedness, Initial Happiness About Being Pregnant, and Sense of Control. Pediatrics (1) : 1171-1175 Krisnadi. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika Aditama Lee at all. 2008. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics, 121 : 1381-1390 Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC 40

Poesponegoro, H. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Suratmaja, S. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar: RSUP Sanglah.Hal: 68-73 Sadler, T.W. 2009. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 41