BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR TEORI DIENES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

TEORI BELAJAR PERMAINAN DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

PENGGUNAAN MEDIA BALOK GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM KONSEP BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB II LANDASAN TEORI

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BELAJAR DIENES. Al-Khwarizmi, Vol.I, Maret

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu dari ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hani Megawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang Alam secara sistematis, sehingga penguasaan IPA yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas- kualitas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar dikatakan efektif terjadi apabila terjadi proses transfer belajar, yaitu materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap dalam struktur kognitif siswa. Siswa dapat menguasai materi tersebut, tidak hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaningful learning). Carin & Sund (Suherman dan Winataputra, 1992 : 137) mengatakan bahwa : Agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Misalnya, seorang siswa taman kanak-kanak tidak mungkin dapat menyerap konsep-konsep matematika secara formal meskipun ia setiap hari diajarkan oleh seorang ahli pendidikan matematika, karena kematangan fisik dan psikis serta pengalaman belajar sebelumnya belum memadai. Kematangan itu sendiri adalah kondisi fisiologis dan psikologis untuk dapat mengadaptasi pengalaman baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Ausubel (Suherman dan Winataputra, 1992 : 137) mengatakan bahwa : Siswa tidak belajar matematika dengan hanya menerima dan menghafalkannya saja tetapi harus belajar secara bermakna. Dengan demikian penyajian pelajaran matematika haruslah diatur sedemikian rupa sehingga menantang siswa untuk berpikir lebih lanjut. Pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah tersebut memerlukan memperhatikan perkembangan kognitif siswa agar sesuai dengan tugas perkembangannya. Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (Thobroni dan Mustafa: 96): 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

2 3. Tahap operasional konkrit (7 11 tahun) 4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas) Siswa kelas IV sekolah dasar berusia sekitar 10-11 tahun dan menurut teori Piaget siswa anak pada rentang usia 10-11 tahun masuk dalam tahap operasional konkrit (Concrete Operational Stage). Guru sekolah dasar sudah semestinya mengetahui benar kondisi anak pada tahap ini. Guru-guru harus mengetahui benar kemampuan apa yang telah dimiliki anak pada tahap ini dan kemampuan apa yang belum dimilikinya. Herman, Karlimah dan Komariah (2007 : 52) mengatakan bahwa : Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan seriasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berpikir reversibel. Anak pada tahap ini baru mampu mengikat definisi yang telah ada dan mengungkapkannya kembali, akan tetapi belum mampu untuk merumuskan sendiri definisi tersebut secara tepat, belum mampu menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelas IV SDN 2 Cibogo, hasil belajar siswa yang mengukur tentang kemampuan pemahaman matematis tentang mengingat, menerapkan konsep dan mengaplikasikannya kedalam suatu kasus, membuktikan konsep, dan memberikan prediksi secara tepat dan terbukti kebenarannya masih banyak yang berada dibawah KKM. Dari hasil nilai ulangan harian siswa, diperoleh data bahwa dari 36 orang siswa kelas IV sebanyak 28 orang siswa atau sekitar 77,8% siswa nilainya masih dibawah KKM yang sudah ditetapkan sekolah yaitu 63. Sedangkan sisanya sekitar 22,2% atau 8 orang siswa nilainya berada di atas KKM. Hasil pembelajaran ini kurang memuaskan disebabkan pada saat mengajar guru menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan mengerjakan latihan, guru tidak menggunakan media apapun. Pelajaran matematika menjadi kurang diminati karena monotonnya kegiatan pembelajaran. Dimana pembelajaran matematika yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah sehingga tidak ada aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Dengan metode

3 ceramah materi disajikan dengan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja dan juga tidak adanya media membuat pembelajaran menjadi kurang menarik. Pemahaman siswa terhadap suatu materi hanya berpusat dari apa yang disampaikan guru sehingga pengetahuannya terbatas. Jadi, pemikiran siswa mengenai materi masih abstrak karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), jika dilihat dari tahap perkembangan menurut Piaget siswa dengan usia 10-11 tahun seharusnya sudah dapat berpikir konkrit. Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada anakanak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya menarik bagi anak yang mempelajari matematika. Dienes (Herman, Karlimah dan Komariah, 2007 : 54) mengemukakan bahwa : Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan apabila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Sudah seharusnya guru merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan bisa dibentuk dengan menggunakan media yang menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran matematika terutama, karena anak belum mampu untuk berpikir abstrak maka guru harus pandai dalam mengenalkan konsep-konsep abstrak kepada siswa. Metode mengajar yang kurang menyenangkan juga bisa mengurangi keinginan siswa untuk belajar matematika, apalagi ketika gurunya enggan untuk membuat media pembelajaran sehingga anak belajar hanya bermodalkan papan tulis dan spidol atau kapur. Cara seperti itu memang tidak salah namun ketika ada cara lain yang lebih menyenangkan, mengapa tidak

4 dicoba sehingga menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar matematika dan bahkan menyukai pelajaran matematika. Berpijak pada uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji, yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan Pemahaman Matematis Tentang Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Penggunaan Media Gambar Smile Face Pada Siswa Kelas IV Di SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana meningkatkan pemahaman matematis tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada Kelas IV Di SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan media gambar smile face di kelas IV SDN 2 Cibogo? 2. Bagaimana peningkatan pemahaman matematis siswa tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat setelah menggunakan media gambar smile face di kelas IV SDN 2 Cibogo? D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pelaksanaan pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan media gambar smile face di kelas IV SDN 2 Cibogo

5 2. Peningkatan pemahaman matematis siswa tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat setelah menggunakan media gambar smile face di kelas IV SDN 2 Cibogo. E. Manfaat Hasil Penelitian Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai media gambar smile face yang diaplikasikan dengan pembelajaran, dan memperkaya jenis-jenis media yang dapat digunakan untuk mengajarkan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kepada siswa dan diarahkan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi : 1. Siswa Menjadikan media gambar smile face sebagai pendorong motivasi bagi siswa agar lebih semangat untuk belajar. Meningkatkan pemahaman matematis siswa, tentang pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam mata pelajaran matematika. 2. Guru Memberikan informasi mengenai media lain dalam mengajar yaitu media gambar smile face. Memberikan informasi bahwa dengan media pembelajaran yang kreatif akan membantu siswa memahami materi. Memberikan peluang bagi guru untuk semakin kreatif. 3. Sekolah Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih meningkatkan dalam menerapkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

6 Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 4. Peneliti Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang media pembelajaran. Sebagai bahan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya. F. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pemahaman Matematis Pemahaman matematis adalah pengetahuan siswa mengenai konsep, prinsip, prosedur, dan kemampuan siswa menggunakan strategi penyelesaian terhadap suatu masalah yang disajikan. Untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis diperlukan beberapa indikator. Indikator pemahaman matematis yakni (1) mengingat, menerapkan konsep dan mengaplikasikannya kedalam suatu kasus; (2) membuktikan konsep; (3) memberikan prediksi secara tepat dan terbukti kebenarannya. 2. Media Media visual adalah suatu alat untuk membantu proses pembelajaran yang penyajiannya melalui pengalaman indera penglihatan. 3. Gambar smile face Gambar smile face adalah gambar yang berbentuk seperti wajah manusia yang sedang tersenyum yang terbuat dari kertas. Diharapkan dengan penggunaan media ini dapat membantu siswa untuk mengkonkritkan dalam pembelajaran bilangan bulat. Smile positif diberi warna biru dan smile negatif diberi warna merah.

7 G. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis tindakan yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah : Melalui Penggunaan Media Gambar Smile Face Dapat Meningkatkan Pemahaman Matematis Tentang Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat.