BAB III BAHAN DAN METODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN NILAI ESTETIKA ANYAMAN BAMBU MELALUI FINISHING TEKNIK BATIK RITA RAHMAWATI

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Kerajinan Batik Tulis

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING ANYAMAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) GUNAWAN

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa Kecukupan Data

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

III. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

NASKAH APA KABAR JOGJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.4

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Pengertian Perubahan Materi

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

BAB III PROSES PENGECATAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

KARAKTERISTIK LAPISAN FINISHING PELARUT MINYAK (POLYURETHANE) DAN PELARUT AIR (WATERBASED LACQUER) PADA KAYU JATI DAN MAHONI ALISA MAULINA JAUHARI

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

CABE GILING DALAM KEMASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

Modul. Modul 32 BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

BAB III METODOLOGI RANCANGAN

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

LAPORAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI BUBUR KERTAS

PROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono ABSTRAK

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

RSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

METODE PENGUJIAN KADAR AIR ASPAL EMULSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka.

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

III. METODE PENELITIAN

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau

MATERI DAN METODE. Prosedur

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

PELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December :46 - Last Updated Friday, 20 December :57

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian bertempat di Pusat Batik Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Kimia Hasi Hutan, Laboratorim Anatomi dan Fisika Kayu Fakultas Kehutanan IPB Darmaga. 3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lakban, kertas ampelas nomor 180, gelas, pengaduk, ember, kompor, wajan, canting, gayung, panci, dan sarung tangan untuk proses pembatikan. Selain itu juga dibutuhkan kertas ampelas nomor 400 dan 1000, spray gun, kompresor, water bath, penggaris, alat tulis, kuas, kain lap, dan jam. Bahan-bahan yang digunakan antara lain anyaman bambu Tali dan Betung, bahan-bahan pembatik seperti pewarna napthol (ASG, ASOL, dan Soga 91), garam diazodium (merah B dan merah GG), TRO (Turkish Red Oil), kostik soda, malam, dan soda abu. Bahan finishing yang digunakan antara lain, Wood Filler SH-113, Impra Aqua Wood Filler AWF-911, Impra Melamine Sanding Sealer MSS-123, Sanding Sealer SS-121, Impra Aqua Sanding Sealer ASS-941, Melamine Lack ML-131, Top Coat Meuble Lack NC-141, Impra Aqua Lacquer AL-961. Untuk pengujian sifat finishing, bahan-bahan yang digunakan adalah minyak sayur, kecap, saos, serbuk gergaji, jerami dan air. 3.3. Metode Penelitian Contoh uji dibuat dari sayatan bambu Betung dan bambu Tali. Sayatan bambu tersebut dianyam membentuk pola anyaman kajang. Anyaman dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm dengan variasi dua jenis bagian bambu yaitu kulit dan daging bambu, kemudian bambu yang telah dianyam diberi kerangka (frame) untuk mempertahankan kestabilan anyaman dari goncangan dan lekukan serta memudahkan dalam pengerjaan dengan menggunakan lakban (Gambar 2).

A B C D Gambar 2. Variasi jenis dan pola anyaman bambu Betung dan bambu Tali. Keterangan: A = Anyaman bambu Betung berbahan campuran daging dan kulit bambu. B = Anyaman bambu Betung berbahan daging bambu. C = Anyaman bambu Tali berbahan campuran daging dan kulit bambu. D = Anyaman bambu Tali berbahan daging bambu. Masing-masing contoh uji diberi perlakuan pembatikan dan finishing dengan urutan kerja dan penggunaan bahan finishing yang berbeda. Dalam hal ini bahan finishing yang digunakan adalah melamin, nitroselulosa dan aqua. Hasil dari pengaplikasian bahan finishing yang berbeda tersebut akan dibandingkan secara visual, kemudian dilanjutkan dengan pengujian sifat finishing-nya. Pada penelitian ini dilakukan tiga jenis pengujian, yaitu pengujian terhadap bahan kimia rumah tangga, asap, dan uap air. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi reaksi antara bahan-bahan pembatik dengan bahanbahan finishing. Adapun urutan proses finishing-nya dijelaskan pada sub pokok berikut. 3.3.1. Persiapan Permukaan Bambu Pengapian atau pembakaran beberapa saat dilakukan pada setiap contoh uji untuk menghilangkan bulu-bulu halus yang menempel, serta kumbang penggerek perusak anyaman bambu. Kemudian setiap contoh uji diampelas dengan kertas ampelas nomor 180. Pengampelasan bertujuan meratakan serta

menghaluskan permukaan bambu dan membersihkan permukaan bambu dari segala kotoran yang menempel. Anyaman yang telah diampelas kemudian dibersihkan dengan menggunakan kuas. 3.3.2. Pemberian Filler Pemberian filler bertujuan untuk menutup pori-pori dan merataan permukaan bambu. Ada dua jenis filler yang digunakan, yaitu Wood Filler SH- 113 yang berpelarut minyak dan Impra Aqua Wood Filler AWF-911 yang berpelarut air. Cara pengaplikasiannya dengan menggunakan kuas setelah filler dicampur dengan pelarutnya masing-masing. 3.3.3. Pembatikan Tahapan proses pembatikan adalah: a. Anyaman bambu terlebih dahulu diampelas halus kemudian diberi gambar dengan pola yang diinginkan. Kegiatan membuat pola ini disebut mola. b. Anglo atau kompor kecil dan wajan yang berisi malam disiapkan. Malam harus mencair sempurna agar lancar keluar dari cucuk canting dan dapat menempel dengan baik pada permukaan anyaman bambu. c. Pembatikan dimulai dengan mengambil malam yang telah mencair dengan canting. Canting harus ditiup terlebih dahulu sebelum dibatikkan. Peniupan ini dilakukan untuk mengembalikan cairan malam dari cucuk ke nyamplung sehingga malam tidak meleleh sebelum ditempelkan pada permukaan anyaman bambu. Selain itu canting ditiup untuk membebaskan cucuk dari sumbatan atau kotoran malam. d. Langkah selanjutnya yaitu menggoreskan ujung canting pada permukaan anyaman bambu. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian karena tebal tipisnya garis batikan sangat ditentukan oleh keterampilan tangan pembatik. Jika cairan malam dalam nyamplung telah habis atau dingin, maka malam dikembalikan lagi dalam wajan untuk kemudian mengambil cairan malam yang baru. Malam yang dingin tadi akan meleleh dan bercampur lagi dengan malam yang lain karena selama pembatikan kompor akan terus dinyalakan dengan api yang kecil. Pembatikan diteruskan sampai seluruh pola yang disiapkan tertutup oleh malam.

e. Anyaman bambu yang telah selesai dimalam terlebih dahulu dibersihkan menggunakan kuas. Setelah itu dapat langsung diwarnai. Pada penelitian ini pewarna yang digunakan adalah jenis naphtol dengan cara pencelupan dingin. Garam yang digunakan ada 2 tiga jenis, yaitu merah B dan merah GG sedangkan napthol yang digunakan terdiri dari 3 jenis, yaitu ASG, ASOL dan soga 91. Pewarna disiapkan dengan melarutkan kostik soda, ASG, dan TRO dalam air panas. Setelah itu dicampur dengan 1 liter air dingin dan dimasukkan ke dalam ember. Larutan pewarna didiamkan beberapa menit sampai dingin. Setelah itu anyaman dicelup dalam larutan pewarna sambil disiram agar seluruh permukaan anyaman terkena pewarna. Pencelupan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. f. Anyaman bambu dapat diproses lebih lanjut untuk membangkitkan warnanya melalui pencelupan dalam garam diazodium jenis merah B. Lamanya pencelupan tergantung pada tingkatan warna yang diinginkan. Semakin lama anyaman berada dalam larutan ini maka warna yang dihasilkan akan semakin tua. Konsentrasi garam diazodium harus diperhatikan setelah digunakan untuk membangkitkan warna beberapa kali. Konsentrasi garam diazodium dapat dilihat dari warna yang berhasil dibangkitkan. Anyaman bambu yang telah dicelup kemudian dijemur untuk mengeringkan larutan garam diazodium. g. Tahapan selanjutnya adalah pencantingan kembali (kedua). Langkah ini sama halnya dengan poin d-e, namun pada pewarnaan pertama larutan yang digunakan adalah kostik soda, ASOL, dan TRO sedangkan pada larutan kedua menggunakan garam diazodium jenis merah GG. Pada pewarnaan tahapan ketiga, setelah pencantingan kembali (ketiga) pewarnaan pertama larutan yang digunakan adalah kostik soda, soga 91, dan TRO sedangkan pada larutan kedua menggunakan garam diazodium jenis merah B. h. Tahapan selanjutnya adalah nglorot. Tahap nglorot dilakukan dengan merebus anyaman dalam air yang telah dicampur dengan soda abu. Soda abu ini bertujuan untuk melunakkan malam sehingga lebih mudah terlepas dari anyaman. Anyaman bambu yang telah kering setelah pewarnaan dapat segera dilorot. Anyaman bambu dimasukan dalam air mendidih sambil dibolak-balik, hal ini dilakukan sampai semua permukaan anyaman terbebas dari malam.

Setelah permukaan anyaman bersih, anyaman diangkat dan langsung dimasukan dalam air dingin untuk dibersihkan. Anyaman bambu yang telah bersih dari malam kemudian dijemur kembali dan siap untuk mendapat perlakuan finishing selanjutnya. 3.3.4. Pemberian Sealer Sanding sealer diaplikasikan menggunakan spray gun untuk menutupi pori-pori. Sesuai petunjuk penggunaan produk propan raya, MSS-123 diaplikasikan dengan perbandingan campuran MSS-123 : Hardener : Thinner adalah 9 : 1 : 6, sedangkan SS-121 diaplikasikan dengan perbandingan campuran SS-121 : Thinner adalah 1 : 1, dan ASS-941 diaplikasikan dengan perbandingan campuran ASS-941 : Air adalah 1 : 1. Selanjutnya anyaman bambu di ampelas dengan kertas amplas nomor 400 untuk meratakan permukaan lapisan sealer. Pemberian sealer dapat dilakukan 1 atau 2 kali tergantung hasil permukaan yang dihasilkan. 3.3.5. Pengecatan Akhir (Top Coating) Pemberian top coat diaplikasikan dengan menggunakan spray gun. Top coat dapat dilakukan sampai 2 kali dengan terlebih dahulu dilakukan pengampelasan ambang menggunakan ampelas nomor 1000. Pengampelasan ini bertujuan untuk meratakan permukaan tanpa merusak lapisan filmnya. Kemudian anyaman bambu diangin-anginkan sampai kering. ML-131 diaplikasikan dengan perbandingan campuran ML-131 : Hardener : Thinner adalah 9 : 1 : 6, NC-141 diaplikasikan dengan perbandingan campuran NC-141 : Thinner adalah 1 : 1, dan AL-961 diaplikasikan dengan perbandingan campuran AL-961 : Air adalah 1 : 1. 3.4. Pengujian Contoh Uji Setelah proses finishing selesai maka dilakukan pengujian terhadap lapisan finishing-nya, antara lain uji ketahanan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga, uji ketahanan terhadap pengasapan, dan uji ketahanan terhadap uap air panas. Pembagian bahan uji pada lembaran anyaman yang telah di-finishing dapat dilihat pada Gambar 3.

A 1 A 2 B 1 B 2 A 3 A 4 B 3 B 4 C D Gambar 3. Skema pembagian contoh uji pada pengujian daya tahan terhadap bahan kimia rumah tangga, pengasapan, dan uap air panas. Keterangan: A = Uji ketahanan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga pada interval waktu 1 jam (1 = Uji minyak sayur, 2 = Uji kecap, 3 = Uji saos, 4 = Kontrol). B = Uji ketahanan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga pada interval waktu 24 jam(1 = Uji minyak sayur, 2 = Uji kecap, 3 = Uji saos, 4 = Kontrol). C = Uji ketahanan terhadap pengasapan. D = Uji ketahanan terhadap uap air panas. 3.4.1. Uji Ketahanan Lapisan Finishing Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Standar yang digunakan dalam pengujian ini adalah ASTM D 1308-02. Adapun bahan kimia rumah tangga yang digunakan adalah minyak sayur, kecap, dan saos. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji harus dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Permukaan contoh uji yang akan diuji dibagi menjadi empat bagian. Tiga bagian untuk melaburkan bahan kimia rumah tangga, sementara satu bagian sebagai kontrol. b. Setiap bagian tersebut kemudian dilabur dengan bahan kimia rumah tangga yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pelaburan dilakukan pada seluruh permukaan anyaman bambu lalu didiamkan selama 1 jam. c. Setelah itu contoh uji dibersihkan dengan kain lap bersih kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi, kemudian diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti tersaji pada Tabel 1. Pengamatan yang sama dilakukan pada interval waktu selama 24 jam.

Tabel 1. Klasifikasi kondisi permukaan dalam 10 kelas Persentase Permukaan Bercacat (%) Tidak bercacat 0 1 2 3 4 6 7 10 11 20 21 30 31 40 41 55 56 75 > 75 Sumber: ASTM D 1654-92 (2000) Kelas 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3.4.2. Uji Ketahanan Terhadap Pengasapan Pengujian ini mengacu pada ASTM D 1308-02. Pengujian dilakukan dengan menggunakan asap yang diperoleh dari pembakaran serbuk gergaji dan jerami. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Asap yang dibuat dari pembakaran serbuk gergaji dan jerami kemudian diarahkan pada permukaan contoh uji dengan menggunakan cerobong. Pengujian dilakukan selama 5-10 menit. b. Kemudian contoh uji diamati terhadap perubahan fisik (cacat) yang terjadi. Perubahan fisik (cacat) yang terjadi pada permukaan contoh uji diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti tersaji pada Tabel 1.

3.4.3. Uji Ketahanan Terhadap Uap Air Panas Pengujian dengan uap air panas ini mengacu pada ASTM D 1308-02. Uap air panas diperoleh dari perebusan air pada water bath. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikering udarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Adapun urutan pengujiannya sebagai berikut: a. Contoh uji diletakkan diatas water bath selama 5-10 menit. b. Kemudian contoh uji diamati terhadap perubahan fisik (cacat) yang terjadi. Perubahan fisik (cacat) yang terjadi pada permukaan contoh uji diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti tersaji pada Tabel 1.