ADSORPSI ION Cr(VI) OLEH ARANG AKTIF SEKAM PADI ADSORPTION IONS OF Cr (VI) BY ACTIVE RICE HUSK CHARCOAL

dokumen-dokumen yang mirip
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATE L) SEBAGAI KARBON AKTIF YANG TERAKTIVASI H 2 SO 4

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

Bab III Metodologi Penelitian

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

3. Metodologi Penelitian

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

Metodologi Penelitian

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

KARAKTERISTIK KARBON AKTIF CANGKANG BINTARO (Cerberra odollam G.) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

(Experimental Study on the Effectiveness of Liquid Waste Absorption Using Mesh-80 Active Charcoal Made from Teak Wood Saw Scratches) ABSTRACT

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: Maret 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ARANG AKTIF DARI BATANG TANAMAN GUMITIR (TAGETES ERECTA) DENGAN AKTIVATOR NaOH

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH DENGAN SUHU TINGGI SECARA PIROLISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Hasil dan Pembahasan

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium (VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI LIMBAH PADAT SINTESIS FURFURAL BERBAHAN DASAR SEKAM PADI MELALUI AKTIVASI KIMIA

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Zn 2+ DAN SO 4 2- DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

Penyerapan Gas Buang CO, NO, NOx, dan SO 2 Kenderaan Bermotor Menggunakan Adsorben dari Kulit Pisang (Musa acuminate L)

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

UJI DAYA SERAP ARANG AKTIF DARI KAYU MANGROVE TERHADAP LOGAM Pb DAN Cu

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen Vol. 1 Nomor 1, Juli 2013 ISSN:

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

4. Hasil dan Pembahasan

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG KERBAU SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TIMBAL, SULFAT DAN KLORIDA DALAM LARUTAN

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Batang Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Ion Logam Kromium VI 24

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

Sintesis dan Karakterisasi Karbon Teraktivasi Asam dan Basa Berbasis Mahkota Nanas

Transkripsi:

ADSORPSI ION Cr(VI) OLEH ARANG AKTIF SEKAM PADI ADSORPTION IONS OF Cr (VI) BY ACTIVE RICE HUSK CHARCOAL Moh.Ashari Yusuf* dan Siti Tjahjani Jurusan Kimia FMIPA-Universitas Negeri Surabaya Koresponden : *e-mail : alakbar_cell@yahoo.com Abstrak. Telah dilakukan adsorpsi ion Cr(VI) oleh arang aktif sekam padi dengan variasi waktu interaksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu interaksi optimum pada proses adsorpsi. Pembuatan adsorben arang aktif sekam padi yang diaktivasi dengan ZnCl 2 10%. Beberapa karakterisasi adsorben arang aktif sekam padi yang dianalisis berdasarkan standart industri indonesia (SII No. 0258-79) serta identifikasi gugus fungsional. Hasil penelitian berdasarkan SII No. 0258-79 menunjukkan bahwa kadar air 5,022%, kadar abu 34,042%, kadar zat mudah hilang pada suhu 950 o C 19,734%, dan daya serap terhadap iod 83,07%. Hasil identifikasi gugus fungsional menunjukkan bahwa adsorben arang aktif sekam padi memiliki gugus fungsional OH, C=C aromatik, Si-H, Si-O, dan adanya gugus C=O (ester asam aromatik). Hal tersebut sesuai dengan struktur arang aktif yang mengandung beberapa gugus fungsi yang dijadikan sebagai gugus aktif untuk menyerap adsorbat. Waktu interaksi optimum adsorpsi adalah 20 menit, setelah itu cenderung menunjukkan bahwa ion Cr(VI) yang terserap cenderung tetap. Kata Kunci: arang aktif sekam padi, adsorben. Abstract. A study of adsorption ion Cr (VI) by activated charcoal rice husk with a variation of the interaction time. The purpose of this study to determine the optimum interaction time on the adsorption process. Making rice husk adsorbent activated charcoal activated with ZnCl 2 10%. Some characterization of rice husk charcoal adsorbents were analyzed by standard industry Indonesia (SII No.. 0258-79) as well as the identification of functional groups. No. The results based SII. 0258-79 indicate that water content 5,022%, ash content 34,042%, levels of substances easily heat at 950 o C 19,734%, and the absorption of the iodine 83,07%. The results show that the identification of functional groups of adsorbent activated charcoal rice husk has a functional group OH, C=C aromatic, Si-H, Si-O, and C=O (ester aromatic acid). This is appropiate activated charcoal structure with some component funcional group to adsorption adsorbate. The optimum adsorption interaction time is 20 minutes, after which it tends to show that ions of Cr (VI), which tend to remain absorbed. Keywords: activated charcoal rice husk, adsorbent. PENDAHULUAN Semakin pesat perkembangan industri dan ketatnya peraturan mengenai limbah industri serta tuntutan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien menjadi sangat penting. Salah satu limbah yang berbahaya adalah logam berat kromium. Kromium ini biasanya berasal dari industri pelapisan logam (electroplating), industri cat/pigmen dan industri penyamakan kulit (leather tanning). Kromium dalam limbah cair dapat ditemukan sebagai Cr(III) yang berbentuk kationik (Cr 3+ ) dan Cr(VI) berbentuk anionik seperti HCrO 4 -, CrO 4 2-, Cr 2 O 7 2-. Limbah cair Cr(VI) terutama berasal dari proses pewarnaan pada pabrik kulit menggunakan bahan kimia seperti K 2 Cr 2 O 7 untuk pewarna orange yang berpotensial mencemari linkungan perairan dan tanah. Jika keberadaan Cr(VI) tersebut masuk dalam tubuh manusia akan mengganggu proses metabolisme yang akhirnya menyebabkan kanker [1]. Salah satu upaya telah dilakukan untuk menurunkan kadar ion Cr(VI) ialah dengan proses adsorpsi. Proses adsorpsi yang dilakukan seperti menggunakan buah Garcinia Cambogia, biomassa Saccharomyces cerevisiae, eceng gondok, kitosan dari cangkang kepiting dan arang sekam padi. Penelitian kemampuan adsorpsi arang aktif sekam padi terhadap ion Cr(VI). Penelitian tersebut menggunakan dua metode aktivasi yaitu 84

perendaman dan pemanasan dalam larutan ZnCl 2 10 % [2]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivasi perlakuan dengan perendaman 1 hari mencapai 95,6 % lebih baik dari pada pemanasan 1 jam dengan suhu 100 o C yang mencapai 87,7 % dalam mengadsorpsi ion Cr(VI) dalam larutan. Penelitian di atas terbatas mempelajari kemampuan suatu adsorben dalam mengadsorpsi ion Cr(VI). Karakterisasi sekam padi perlu dilakukan untuk mendukung data kualitas arang aktif berdasarkan syarat mutu SII No. 0258-79, serta identifikasi gugus fungsi yang ada pada arang aktif sekam padi. Faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah jenis bahan dasar adsorben, konsentrasi adsorben, luas permukaan adsorben, jenis sifat adsorbat, ph sistem dan waktu interaksi adsorpsi [3]. Penelitian tentang ion Cr(VI) oleh arang aktif sekam padi dengan variasi waktu interaksi perlu dipelajari, sehingga diperoleh waktu interaksi optimum. Semakin lama waktu interaksi antara adsorbat dan adsorben, maka akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben akan cenderung meningkat dan pada waktu antara 10 menit sampai dengan 60 menit akan didapatkan jumlah adsorbat yang teradsorpsi menjadi konstan. Hal ini dikarenakan gugus aktif pada adsorben sudah terisi penuh oleh adsorbat [2]. Banyaknya ion Cr(VI) yang teradsorpsi (mg) per gram arang aktif sekam padi ditentukan dengan persamaan: (Co C t).v qe W Keterangan: q e = jumlah ion Cr(VI) teradsorpsi saat mencapai kesetimbangan (mg/g) C o = konsentrasi ion Cr(VI) sebelum teradsorpsi C t = konsentrasi ion Cr(VI) setelah teradsorpsi V = volume larutan saat proses adsorpsi (ml) W = jumlah adsorben (gr) waktu interaksi optimum adalah waktu dimana konsentrasi ion Cr(VI) teradsrpsi terbesar. METODE PENELITIAN Alat Beberapa alat yang digunakan antara lain: gelas ukur 10 ml, indikator ph, labu takar 100 ml, beker gelas 100 ml pyrex, dan 500 ml pyrex,, botol reagen, pipet ukur 25 ml, karet penghisap, buret 50 ml, corong gelas, erlenmeyer 100 ml pyrex furnace, cawan porselin, magnetic stirer, kertas saring, ayakan 200 mesh Fischer, timbangan analitik Mettler Toledo AT 200, botol semprot, gelas arloji, pipet tetes, statif, seperangkat alat untuk analisis FTIR merk Perkin Elemenr Spectrum Version 10.03.06, Shaker dan ph meter merk HANA. Bahan Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen dengan bahan bahan kimia yang diperoleh di pasaran komersial dengan kemurnian p.a antara lain: sekam padi, ZnCl 2, natrium tiosulfat pentahidrat, natrium karbonat, kalium iodida, larutan HCl, larutan I 2, indikator amilum, larutan K 2 Cr 2 O 7 dan aqua bebas mineral. PROSEDUR PENELITIAN Pembuatan adsorben arang aktif sekam padi Pembuatan adsorben arang aktif sekam padi dimulai dengan cara mencuci sekam padi dengan air sampai bersih, kemudian diarangkan dalam furnace dengan suhu 400 o C selama 1 jam. Arang sekam padi yang dihasilkan selanjutnya diayak dengan ayakan 200 mesh, kemudian di rendam dalam larutan ZnCl 2 10% selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas wacthman. Filtrat yang dihasilkan dicuci sampai netral dengan aqua bebas mineral. Adsorben yang sudah netral dikeringkan pada suhu kamar. Karakterisasi adsorben arang aktif sekam padi Adsorben arang aktif sekam padi yang dihasilkan dianalisis dengan standart industri indonesia (SII No. 0258-79) yaitu kadar air, kadar abu, kadar zat mudah hilang pada pemanasan 950 o C dan daya serap terhadap iod serta diidentifikasi gugus fungsionalnya dengan menggunakan FTIR. Adsorpsi ion Cr(VI) oleh arang aktif sekam padi Arang aktif sebanyak 0,5 gram dimasukkan dalam 100 ml larutan K 2 Cr 2 O 7 20 ppm, selanjutnya ditambahkan 1,4 ml HCl, kemudian diaduk dengan shaker, setiap selang waktu (0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60) menit diambil dan dianalisis kadar Cr(VI) dengan spektoskopi serapan atom (AAS). 85

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakterisasi arang aktif sekam padi menurut (SII No. 0258-79) Tabel 1 Hasil Uji Kualitas Arang Aktif Sekam Padi No Jenis Uji Syarat Hasil 1 Kadar air 2 Kadar abu 3 4 Bagian yang hilang pada pemanasan 950 C Daya serap terhadap larutan I 2 10% 25% 15% Min 20% 5,022 34,042 19,734 83,07 Kadar air Tujuan penetapan kadar air untuk mengetahui sifat higroskopis dari arang aktif. Terikatnya molekul air yang ada pada arang aktif oleh aktivator menyebabkan pori-pori pada arang aktif semakin besar. Semakin besar pori-pori maka luas permukaan arang aktif semakin bertambah. Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan semakin meningkatnya kemampuan adsorpsi dari arang aktif sehingga semakin baik kualitas dari arang aktif tersebut [4]. Kadar air arang aktif sekam padi yang dihasilkan rata-rata 5,022%. Hal ini menunjukkan bahwa arang aktif sekam padi memenuhi syarat mutu SII No. 0258-79 yaitu kurang dari 20%. Rendahnya kadar air ini menunjukkan bahwa kandungan air bebas dan air terikat yang terdapat dalam bahan telah menguap selama proses karbonisasi. Kadar abu Tujuan penetapan kadar abu adalah untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif. Kadar abu merupakan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon dan nilai kalor lagi. Nilai kadar abu menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran berupa zat zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran. Peningkatan kadar abu terjadi karena terbentuknya garam garam mineral pada saat proses pengarangan yang bila proses tersebut berlanjut akan membentuk partikel partikel halus dari garam garam mineral tersebut[5]. Kadar abu dipengaruhi oleh besarnya kadar silikat, semakin besar kadar silikat maka kadar abu yang dihasilkan akan semakin besar [6]. Selain itu khusus untuk arang aktif sekam padi, kadar abu yang tinggi disebabkan karena pada dasarnya sekam padi mengandung mineral silikat yang cukup tinggi [7]. kadar abu dari arang aktif sekam padi yang dihasilkan rata-rata 34,042%. [1] Hal ini menunjukkan bahwa arang aktif sekam padi tidak memenuhi syarat mutu SII No. 0258-79 yaitu maksimal 20%. Besarnya kadar abu ini disebabkan terjadinya oksidasi karbon lebih lanjut terutama dari partikel yang sangat halus sehingga akan mempengaruhi arang aktif yang akan dibuat [8]. Meskipun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu yang tidak memenuhi syarat, tetap dapat digunakan arang aktif [9]. Kadar zat mudah hilang pada pemanasan 950 o C Penetapan kadar zat mudah menguap ini untuk mengetahui kandungan senyawa yang mudah menguap yang terkandung dalam arang aktif pada suhu 950 C. Nilai kadar zat mudah hilang pada pemanasan 950 o C dari arang aktif sekam padi yang dihasilkan rata-rata 19,734%. Hal ini menunjukkan bahwa arang aktif sekam padi tidak memenuhi syarat mutu SII No. 0258-79 yaitu maksimal 15%. Besarnya kadar abu ini disebabkan terdapatnya senyawa non-karbon yang menempel pada permukaan arang aktif terutama atom H maupun atom O yang terikat kuat pada atom C pada permukaan arang aktif dalam bentuk CO 2, CO, CH 4 dan H 2 [8]. Senyawa non karbon tersebut merupakan suatu pengotor yang menutupi pori-pori dari arang aktif, sehingga akan mengurangi efektifitasnya dalam menyerap adsorbat. Daya serap terhadap iod Daya serap terhadap iodium merupakan indikator penting dalam menilai arang aktif. Daya serap terhadap iodium menunjukkan kemampuan arang aktif menyerap zat dengan ukuran molekul yang lebih kecil dari 10 Aº atau memberikan indikasi jumlah pori yang berdiameter 10 15 Aº. Semakin tinggi daya serap iodium maka semakin baik kualitas arang aktif [5]. Daya serap terhadap iodin adalah 83,07%, ini menunjukkan bahwa arang aktif sekam padi memenuhi standart industri indonesia yaitu minimal 20%. 86

Daya adsorpsi arang aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas permukaan dari arang aktif. Semakin besar angka iod maka semakin besar kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat atau zat terlarut [10]. Salah satu metode yang digunakan dalam analisis daya adsorpsi arang aktif terhadap iod adalah dengan metode titrasi iodometri. Kereaktifan dari arang aktif dapat dilihat dari kemampuannya mengadsorpsi substrat. Daya adsorpsi tersebut dapat ditunjukkan dengan besarnya angka iod (iodine number) yaitu angka yang menunjukkan seberapa besar adsorben dapat mengadsorpsi iod. Semakin besar nilai angka iod maka semakin besar pula daya adsorpsi dari adsorben. Karakterisasi identifikasi gugus fungsional dengan menggunakan FTIR Pada penelitian ini adsorben arang aktif sekam padi di identifikasi gugus fungsionalnya untuk mengetahui komposisi kimia dari arang aktif berupa gugus fungsi yang merupakan gugus aktif dari arang aktif [11]. Spektra inframerah yang dihasilkan pada arang aktif sekam padi dapat dilihat pada gambar Gambar 1 Spektra FTIR adsorben arabg aktif sekam padi Berdasarkan spektra inframerah kitin pada Gambar 2, didapat beberapa puncak utama antara lain pada bilangan gelombang 3421,85 cm -1 menunjukkan adanya rentangan OH yang berikatan hidrogen sehingga puncaknya melebar. Serapan pada bilangan gelombang 1609,45 cm -1 merupakan vibrasi rentangan C=C dari gugus aromatik dengan intensitas sedang. Serapan pada bilangan gelombang 1109,37 cm -1 menunjukkan adanya rentang ester asam aromatik dengan intensitas kuat.serapan bilangan gelombang 812,5 cm -1 menunjukkan adanya ikatan Si-H. Serapan gelombang disebelah kanannya terdapat vibrasi ulur sedang 468,75 cm -1 menunjukkan rentangan Si-O. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa senyawa di atas mengandung OH, C=C aromatik, Si-H, Si-O, dan adanya gugus C=O (ester asam aromatik). Hal tersebut sesuai dengan struktur arang aktif yang mengandung beberapa gugus fungsi yang dijadikan sebagai gugus aktif untuk menyerap adsorbat. Waktu Interaksi Optimum Adsorpsi Ion Cr(VI) oleh Arang Aktif Sekam Padi Salah satu faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah waktu interaksi adsorben dengan adsorbat. Waktu interaksi optimum menunjukkan waktu yang digunakan oleh arang aktif sekam padi untuk mengadsorpsi ion Cr(VI) dalam jumlah optimum. Penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh data yang disajikan pada tabel 2. Tabel 2 Konsentrasi Ion Cr(VI) Terserap pada Berbagai Variasi Waktu Interaksi No Waktu interaksi t (menit) Awal Konsetrasi Cr(VI) pada saat t terserap 1 5 19,866 3,871 15,995 2 10 19,866 3,011 16,855 3 20 19,866 2,661 17,204 4 30 19,866 2,796 17,070 5 40 19,866 2,876 16,989 6 50 19,866 2,930 16,935 7 60 19,866 3,091 16,774 Tabel 2 dibuat grafik dengan mengalurkan lama waktu interaksi adsorpsi sebagai sumbu x terhadap besarnya konsentrasi Cr(VI) terserap sebagai sumbu y. Grafik disajikan pada gambar 2, sehingga dapat diperoleh datum yang digunakan menentukan jumlah ion teradsorpsi pada saat kesetimbangan (q e ). 87

Cr((VI) terserap UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1, January 2013 20 16 12 8 4 0 Gambar 2. Ion Cr(VI) Terserap pada Waktu Interaksi dengan Arang Aktif Sekam Padi Proses adsorpsi berlangsung sangat cepat, dimana kesetimbangan sistem tercapai dalam waktu 20 menit, dan setelah 20 menit adsorpsi cenderung stabil. Hal ini sesuai dengan teori semakin lama waktu interaksi antara adsorbat dan adsorben, maka akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben akan cenderung meningkat dan pada waktu antara 0 menit sampai dengan 60 menit akan didapatkan jumlah adsorbat yang teradsorpsi menjadi konstan. Hal ini dikarenakan situs aktif pada adsorben sudah terisi oleh adsorbat [2]. Waktu interaksi optimum pada waktu 20 menit, menunjukkan banyaknya ion Cr(VI) yang teradsorpsi per gram adsorben arang aktif sekam padi dengan nilai q e sebesar 1776,892 mg/gram. PENUTUP 0 10 20 30 40 50 60 waktu(menit) Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah Karakterisasi arang aktif sekam padi menurut SII No. 0258-79,diperoleh kadar air 5,022%, kadar abu 34,042%, dan daya serap terhadap iod 83,07%. Hasil identifikasi gugus fungsi pada arang aktif sekam padi adalah OH, C=C aromatik, Si-H, Si-O, dan adanya gugus C=O (ester asam aromatik). Hal tersebut sesuai dengan struktur arang aktif yang mengandung beberapa gugus fungsi yang dijadikan sebagai gugus aktif untuk menyerap adsorbat. Waktu interaksi optimum diperoleh pada waktu 20 menit dengan nilai qe sebesar 1776,892 mg/gram. DAFTAR PUSTAKA 1. Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Bina Rupa Aksara, Yogyakarta,97-98 2. YC, Danarto, dan Samun.2008. Pengaruh Aktivasi Karbon dari Sekam Padi Pada Proses Adsorpsi Logam Cr(VI). Ekuilibrium. Vol.7 No.1. Januari 2008 : 13 16 3. Sembiring, MT., dan Sinaga, TS. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatan). Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Sumatera 4. Hendra, D., dan Winarni, I. 2003. Sifat fisis dan kimia briket arang campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sebetan Kayu [abstrak]. Di dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 21 No.31 Th. 2003: 211-226. 5. Sudrajat, R., dan A. Suryani. 2002. Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Aktif dari Ampas Daun Teh. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Bogor. 20 (1): 1-11. 6. Pari, G.1996.Pembuatan dan Kualitas Arang Aktif dari Kayu Sengon(Paraserianthes falcataria) sebagai Bahan Adsorben. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol.14 no.7:274-289. 7. Chiang. P.T, 1973, Pembuatan Arang Aktif Dari Sekam Padi, Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jakarta 8. Pari, G. 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Bogor: Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 9. Komarayati, S., Setiawan, D., Mahpudin. 2004. Beberapa Sifat dan Pemanfaatan Arang dari Serasah dan Kulit Kayu Pinus. Di dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No.1, Juni 2004: 17-22. 10. Subadra, I., Bambang S., dan Iqmal T., 2005, Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Aktivator (NH 4 )HCO 3 sebagai Adsorben untuk Pemurnian Virgin Coconut Oil, Skripsi jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta.. 11. Hendra, D. 1992. Pembuatan briket daun dari limbah pengolahan minyak kayu putih. Di dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.10 No.1 Th.1992: 20-23. 88