ANALISIS RESIKO BAHAYA BUSUR LISTRIK PADA SISTEM INSTALASI TEGANGAN RENDAH DI PT. KEBON AGUNG KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, M.T. Dr. Ardyono Priyadi, S.T., M.Eng. Bagus Wisnu Candra Listyawan

BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Sistem Kelistrikan Penyulang Bekasap 6 PT Chevron Pacific

Analisa Arc flash Pada Sistem Tegangan Menengah Di PT. Semen Padang Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Yang Dimodifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Perencanaan Koordinasi Proteksi Mempertimbangkan Busur Api pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Menggunakan Standar IEEE

IDENTIFIKASI BAHAYA LISTRIK MELALUI ANALISIS ARC FLASH DI PENYULANG BEKASAP 6 PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

Penyederhanaan Analisa Bahaya Arc flash Menggunakan Kurva Batasan Energi Pada Bandara Internasional Juanda

II. SISTEM PENGAMAN TENAGA LISTRIK DAN ENERGI BUSUR API

BAB I PENDAHULUAN. serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Apabila

Evaluasi Kategori Arc Flash di PT. Pupuk Kalimantan Timur 1 (PKT 1) Menggunakan Physics-Based Circuit Model

Prosedur Strategis Untuk Mengurangi Level Bahaya Arc-Flash Pada Medium Voltage Dengan Metode Koordinasi Proteksi Di PT Ipmomi Paiton

Analisis dan Reduksi Bahaya Arc Flash Pada Sistem Kelistrikan Pabrik Semen Tuban 4

B-43. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN:

Analisis Dan Reduksi Bahaya Arc Flash Pada Sistem Kelistrikan

BAB I PENDAHULUAN. yang aman, andal dan ekonomis, maka diperlukan beberapa komponen penyusun

BAB II BUSUR API LISTRIK

1 BAB I PENDAHULUAN. adalah mengenai kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja (health, safety and

ANALISA ARC FLASH PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS TBK, SIDOARJO JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F 184

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Analisa Arc Flash Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Nabati Indonesia, Gresik Jawa Timur

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kategori Arc Flash di PT. Pupuk Kalimantan Timur 1 (PKT 1) Menggunakan Physics- Based Circuit Model

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA


PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

Oleh : Thomas Lugianto Nurdin ( ) : Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.

Studi dan Analisa Arc Flash Dalam Menentukan Kategori PPE di Gardu Induk Teluk Lembu PT. PLN Dengan Menggunakan Software ETAP 7.0.

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI INSIDEN ENERGI AKIBAT ARC FLASH PADA SUBTATION 6DN PT.CHEVRON PACIFIC INDONESIA

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

Analisis Gangguan Hubung Singkat untuk Penentuan Breaking Capacity Pada Penyulang Kutai, Ludruk, dan Reog di GIS Gambir Lama

Analisa Sistem Proteksi dan Arc Flash pada Sistem Kelistrikan Ladang Minyak

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

Analisa Sistem Proteksi Dan Arc- Flash Pada Sistem Kelistrikan Ladang Minyak ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd

Penyederhanaan Perhitungan Nilai Arc-Flash Dengan Menggunakan Metode Kurva Batas Energi

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB III KEBUTUHAN GENSET

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

SISTEM PROTEKSI RELAY

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Studi Busur Api Listrik pada Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Tuban.

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

BAB III DASAR TEORI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

BAB II LANDASAN TEORI

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KOORDINASI PROTEKSI INSTALASI MOTOR PADA PT. KUSUMAPUTRA SANTOSA KARANGANYAR

Perancangan Sistem Proteksi (Over Current dan Ground Fault Relay) Untuk Koordinasi Pengaman Sistem Kelistrikan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban IV

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

Analisis Implementasi Saturated Iron Core Superconducting Fault Current Limiter pada Jaring Distribusi PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN

Kata kunci : Hubung Singkat 3 Fasa, Kedip Tegangan, Dynamic Voltage Restorer, Simulink Matlab.

PENGURANGAN INSIDEN ENERGI ARC FLASH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ZONE SELECTIVE INTERLOCKING PADA PT. CONOCOPHILLIPS INDONESIA INC.

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

BAB III PERANCANGAN ALAT

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

Transkripsi:

ANALISIS RESIKO BAHAYA BUSUR LISTRIK PADA SISTEM INSTALASI TEGANGAN RENDAH DI PT. KEBON AGUNG KOTA MALANG Atika Rahma H. 1, Drs. Ir. Moch. Dhofir, M.T. 2, Dr. Ir. Harry Soekotjo D., M.Sc. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2,3 Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: atikahadiana@gmail.com Abstrak - PT. KEBON AGUNG adalah pabrik gula yang menggunakan sistem kelistrikan di dalamnya dengan resiko berbahaya jika terdapat gangguan hubung singkat yang tidak dapat segera dipadamkan sehingga timbul busur listrik dengan temperatur mencapai 19.000 C atau empat kali temperatur permukaan matahari. Resiko bahaya busur listrik dianalisis menggunakan studi hubung singkat tiga fasa dan koordinasi peralatan pengaman arus lebih untuk menentukan bolted fault current dan waktu pemutusan gangguan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa peralatan yang memiliki resiko bahaya paling tinggi adalah GRUP 6 dan MCC 8 yaitu kategori 3 yang disebabkan oleh waktu pemutusan gangguan yang cukup lama yaitu 0,4 detik. Kata Kunci Busur listrik, arc fault current, instantaneous trip, short time delay trip. I. PENDAHULUAN P T. KEBON AGUNG adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri produksi gula yang memerlukan sistem proteksi kelistrikan yang ditentukan sesuai dengan dengan tujuan, syarat, dan fungsi terhadap jenis gangguan yang terjadi. Salah satu kondisi akan sangat berbahaya jika terjadi suatu gangguan pada instalasi listrik yang terpasang yang tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat. Busur listrik akan timbul apabila terdapat arus gangguan hubung singkat yang tidak dapat dipadamkan dengan segera oleh circuit breaker. Dengan temperatur mencapai 19.000 C, busur listrik dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh manusia dan peralatan di sekitarnya terbakar. Bahaya busur listrik dapat dianalisis melalui studi hubung singkat dan studi koordinasi peralatan proteksi arus lebih. Pada skripsi ini, perhitungan dan analisis dilakukan berdasarkan standard yang ditetapkan oleh organisasi keamanan kelistrikan yaitu National Fire Protection Associatoin (NFPA) standard 70E dan Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) standard 1584. Setelah analisis resiko bahaya diketahui, maka untuk mengurangi resiko bahaya tersebut dapat ditentukan Personnel Protective Equipment dan label peringatan yang tepat sesuai standard. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Busur listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut berubah sifat menjadi konduktif atau dengan kata lain, bahan isolasi tersebut bisa menghantarkan arus listrik, maka bahan isolasi tersebut sudah tembus listrik (breakdown). Busur listrik adalah proses perpindahan muatan yang terjadi di antara dua buah elektroda yang melalui bahan dielektrik, dimana bahan dielektrik tersebut telah berubah sifat dari isolasi menjadi konduktor. Busur listrik akan terjadi setelah ada kejadian tembus listrik yang mendahuluinya, dengan syarat terpaan medan listrik harus lebih besar atau sama dengan kekuatan dielektrik bahan isolasi tersebut dan terpaan harus berlangsung lama. Penyebab utama terjadinya busur listrik adalah kelalaian pekerja yang membuat suatu kontak di antara konduktor yang bekerja. Kegagalan peralatan listrik yang juga termasuk penyebab dari terjadinya busur listrik yaitu konduktor yang telah usang atau rusak, sambungan kabel yang longgar, perawatan yang tidak baik terhadap saklar dan circuit breaker, dan lain-lain. B. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Studi hubung singkat yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan arus gangguan hubung singkat maksimal yang dapat terjadi pada sistem. Ketika konduktor fasa pada suatu panel atau Motor Control Center (MCC) terhubung dengan tidak sengaja, maka akan terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa dengan arus gangguan yang disebut bolted fault current 3-phase yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Ekivalen Satu Fasa Pada Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Arus gangguan I sc yaitu: I sc = V L L 3. Z sc (1) V L-L= Tegangan antar saluran Z sc = Impedansi dari sumber ke titik gangguan

C. Unit Operasi Trip Circuit Breaker Circuit breaker adalah peralatan pengaman arus lebih yang memiliki tiga unit trip, yaitu long time delay trip, short time delay trip, dan instantaneous trip dengan kurva waktu arus pada Gambar 2. Gambar 2. Kurva Karakteristik Unit Trip Circuit Breaker Unit long time trip yang digunakan untuk memutuskan rangkaian ketika terjadi beban lebih. Unit short time trip digunakan untuk memutuskan rangkaian ketika terjadi arus hubung singkat yang bernilai kecil. Unit instantaneous trip digunakan untuk memutuskan rangkaian ketika terjadi arus hubung singkat yang bernilai sangat besar. D. Panduan Analisis Busur listrik Standard IEEE 1584 1) Pengumpulan Data Sistem Tenaga Listrik Data data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis busur listrik yaitu single line diagram sistem, rating transformator, konduktor, dan pengaman arus lebih (circuit breaker dan fuse). 2) Penentuan Mode Operasi Sistem Pada beberapa sistem tenaga listrik suatu sistem terdapat satu atau lebih sumber dan sistem distribusi. Mode operasi sistem harus diketahui untuk analisis busur listrik pada suatu titik gangguan. 3) Perhitungan Bolted Fault Current Bolted fault current adalah arus gangguan tiga fasa maksimum yang mengalir ketika terjadi gangguan hubung singkat. 4) Perhitungan Arc Fault Current Arc fault current (I a) adalah arus yang mengalir ketika terjadi busur listrik yang memiliki nilai kurang dari bolted fault current akibat dari resistansi berupa celah udara. Sistem tegangan 0,208 1 kv log I a = K + 0,662 (log I sc) + 0,0966 (V L-L) + 0,000526 (G) + 0,5588 (V L-L) (log I sc) 0,00304 (G) (log I sc) (2) Sistem tegangan 1 15 kv: log I a = 0,00402 + 0,983 (log I sc) (3) I a = Arc fault current (ka) K = - 0,153 untuk busur pada udara terbuka; - 0,097 untuk busur pada area tertutup I sc = Bolted fault current (ka) V L-L= Tegangan sistem (kv) G = Celah antar konduktor (mm) 5) Pengelompokan Peralatan Berdasarkan Tegangan Peralatan dikelompokkan sesuai level tegangan untuk mendapatkan parameter celah antar konduktor/gap (G), jarak insiden (D), dan eksponen jarak (x). Tabel 1. Gap Kelas Peralatan G (mm) Konfigurasi terbuka 10-40 Low-V switchgear 32 15kV switchgear 152 5 kv switchgear 104 Low-V MCC dan panel board 25 Kabel 13 Tabel 2. Jarak Insiden Kelas Peralatan D (mm) Low-V switchgear 609,6 15kV/5 kv switchgear 914,4 Low-V MCC dan panel board 457,2 Kabel 457,2 Tabel 3. Eksponen Jarak Kelas Peralatan x Udara terbuka 2 Low-V switchgear 1,473 High-V switchgear 0,973 Low-V MCC dan panel board 1,641 Kabel 2 6) Perhitungan Energi Insiden Energi insiden adalah jumlah energi yang terpapar pada permukaan kulit dalam jarak tertentu dari sumber yang dihasilkan ketika terjadi busur listrik. E = C f En ( t ) 0,2 (610 D )x (4) 1,081 E n = I a 10 (K1 + K2 + 0,0011G) (5) Maka, 1,081 E ins = C f I a 10 (K1 + K2 + 0,0011G) ( t ) 0,2 ( 610 D )x (6) E ins = Energi insiden (J/cm 2 ) E n = Energi insiden normal (J/cm 2 ) C f = 1 untuk tegangan lebih dari 1 kv 1,5 untuk tegangan kurang dari 1 kv I a = Arc fault current (ka) K 1 = - 0,792 untuk konfigurasi terbuka - 0,555 untuk konfigurasi tertutup K 2 = 0 untuk sistem tidak diketanahkan - 0,113 untuk sistem diketanahkan G = Celah antara konduktor (mm) t = Waktu pemutusan gangguan (detik) D = Jarak insiden (mm) x = Eksponen jarak 7) Perhitungan Jarak Batas Proteksi Jarak batas proteksi merupakan jarak pada energi insiden sebesar 1,2 cal/cm 2 yang dapat menyebabkan luka bakar pada pekerja pada permukaan kulit tanpa perlindungan apapun. Jarak batas proteksi adalah: 1 x )] E B D B = [4,184 (C f )(E n ) ( t 0,2 ) (610x D B = Jarak batas proteksi (mm) (7)

C f = 1 untuk tegangan lebih dari 1 kv 1,5 untuk tegangan kurang dari 1 kv En = Energi insiden normal t = Waktu pemutusan gangguan (detik) x = Eksponen jarak dari tabel IEEE E B = Energi insiden sebesar 5 Joule/cm 2 yang dapat melukai kulit tanpa adanya PPE E. Penentuan Kategori Bahaya dan Personnel Protective Equipment (PPE) Standard NFPA 70E Setelah diketahui energi insiden busur listrik, maka kategori bahaya dan PPE dapat ditentukan pada setiap peralatan menurut standard. Tabel 4. Kategori Bahaya Busur listrik Energi Insiden Kategori (cal/cm 2 ) Bahaya 0 1.2 0 1.21 4 1 4.1 8 2 8.1 25 3 25.1 40 4 E ins Min. Tabel 5. Personnel Protective Equipment Kategori Bahaya 0 0 4 1 8 2 25 3 Deskripsi Pakaian dan PPE Pakaian Pelindung: Kemeja dan celana dengan bahan katun yang memiliki ketebalan 4,5 oz/yd 2. Peralatan Pelindung: Kacamata pelindung, penutup telinga, Pakaian Pelindung: Kemeja lengan panjang dan celana panjang atau baju terusan tahan api, pelindung wajah atau tudung wajah busur listrik, jaket tahan api. Peralatan pelindung: Helm pelindung, sarung Pakaian Pelindung: Kemeja lengan panjang dan celana panjang atau baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, pelindung wajah dan balaclava atau tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik. Peralatan Pelindung: Helm pelindung, sarung Pakaian Pelindung: Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik dan balaclava jika diperlukan. Peralatan Pelindung: Helm pelindung, sarung 40 4 Pakaian Pelindung: Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik dan balaclava jika diperlukan. Peralatan Pelindung: Helm pelindung, sarung III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan secara umum ditunjukkan pada Gambar 3. Diagram alir perhitungan dan analisis data ditunjukkan pada Gambar 4. MULAI Studi Literatur Studi Lapangan Perhitungan Dan Analisis Data Pengambilan Kesimpulan Dan Saran SELESAI Gambar 3. Diagram Alir Penelitian MULAI Perhitungan Bolted Fault Current Dan Arc Fault Current Pengelompokan Peralatan Berdasarkan Level Tegangan Perhitungan Energi Insiden Menentukan Kategori Bahaya Menentukan PPE Membuat Label Peringatan SELESAI Gambar 4. Diagram Alir Analisis Data IV. ANALISIS DATA A. Analisis Hubung Singkat dan Penentuan Waktu Pemutusan Gangguan Jala jala PLN dengan kapasitas sebesar 2.180 kva disalurkan ke pabrik melalui dua buah transformator step down yang terhubung secara paralel dengan rating tegangan 20 kv/380 V. Di seluruh pabrik, sistem instalasi yang terpasang adalah sistem tegangan rendah 380 V dengan menggunakan sistem distribusi radial. Aliran daya dari transformator disalurkan langsung menuju busbar dan disebarkan menuju panel listrik dan motor control center (MCC) yang terdapat di seluruh stasiun. Data transformator: S T = 1.650 kva V L-L = 2 kv/380 V %V sc= 6,65 % S T = Daya transformator V L-L = Tegangan antar saluran transformator V sc = Persentase tegangan hubung singkat transformator Z T = V sc (%) 100 V L L 2 S T

= 6,65 380 2 100 1650 10 3 = 5,82 10 3 Ω Karena trafo terhubung paralel dan identik maka: Z 2T = Z T 2 5,82 10 3 = 2 = 2,91 10 3 Ω Setelah Z 2T diketahui, maka sesuai dengan persamaan 1 I sc dapat dihitung sebagai berikut: 380 I sc = 3 2,91 10 3 = 75,39 ka log I a = 0,097 + 0,662 (log 75,39) + 0,0966 (0,38) + 0,000526 (25) + 0,5588 (0,38) (log 75,39) 0,00304 (25) (log 75,39) = 1,452 I a = log -1 (1,452) = 28,29 ka I sc dan I a setiap peralatan memiliki nilai berbeda karena panjang busbar yang berbeda. Waktu pemutusan gangguan (t) dapat ditentukan melalui kurva karakteristik waktu arus CB dengan I a sebagai acuan yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Penentuan Waktu Trip CB CB yang terdapat pada PT. KEBON AGUNG yaitu: Terasaki Electric AT 25, Siemens 3WL ETU25B, Schneider Electric EZC 250B, Merlin Gerin NW32H1 dan NW12H1, dan General Electric MS31F25. Masing-masing CB memiliki karakteristik dan arus nominal yang berbeda sehingga waktu pemutusan untuk rating I a yang hampir sama nilainya pun berbeda pula. B. Pengelompokan Peralatan Setiap Stasiun Peralatan dikelompokkan sesuai dengan level tegangan sehingga dapat ditentukan parameter G, D, dan x serta diberikan nilai I a, I n (arus nominal CB), dan t untuk memudahkan perhitungan selanjutnya. C. Perhitungan Energi Insiden dan Penentuan Kategori Bahaya Energi insiden dihitung melalui persamaan 5 dan 6 sehingga dapat ditentukan kategori bahayanya melalui standard NFPA 70 E yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Penentuan Kategori Bahaya No. Peralatan E n E ins Kat. (J/cm 2 ) (cal/cm 2 ) Bahaya 1. PLN Trafo 1 7,89 7,54 2 2. PLN Trafo 2 7,89 7,54 2 3. Panel Sentral 7,89 6,82 2 Lanjutan Tabel 6 4. Penerangan 8,64 2,00 1 5. Limbah 8,64 0,45 0 6. Timbangan 8,64 0,50 0 7. Besali 8,64 0,50 0 8. Pendingin Turbin 8,64 0,45 0 9. Yosh 1 8,64 1,50 1 10. Yosh 2 8,64 1,50 1 11. Jiang Xi 8,64 1,75 1 12. WTP 8,64 0,45 0 13. MCC 6A 8,64 0,45 0 14. Reclaimer 8,64 0,45 0 15. ESP 8,64 0,45 0 16. MCC 4 8,64 0,45 0 17. MCC 5 8,64 0,45 0 18. Crane 8,64 0,45 0 19. DB 13 8,64 0,45 0 20. Cultrox + CVP 8,64 0,45 0 21. Vacuum Robusi 8,64 0,45 0 22. Grup 6 8,64 9,98 3 23. RVF 8,64 0,45 0 24. Single Tray Baru 8,64 0,45 0 25. Grup 4 8,64 0,45 0 26. Grup 5 8,64 0,45 0 27. MCC 8 8,64 9,98 3 28. DB 11 8,64 0,45 0 29. Single Tray 8,64 0,45 0 30. Injeksi Baru 8,64 0,45 0 31. Broad Bent I 8,64 0,45 0 32. Grup 2 8,64 0,45 0 33. Grup 3 8,64 0,45 0 34. DB 12 8,64 0,45 0 35. Grup 1 8,64 0,45 0 36. Grup X 8,64 0,45 0 37. Grup IX 8,64 0,45 0 Kategori bahaya yang terdapat pada PT. KEBON AGUNG Kota Malang yaitu kategori 3 pada Grup 6 dan MCC 8; kategori 2 pada PLN Trafo 1, PLN Trafo 2, dan Panel Sentral; kategori 1 pada Penerangan, Yosh 1, Yosh 2, dan Jiang Xi; dan kategori 0 pada peralatan lainnya. Tingginya kategori bahaya 3 disebabkan oleh lamanya waktu pemutusan CB yang berada pada daerah short time delay trip yaitu > 0,4s. D. Perhitungan Jarak Batas Proteksi Jarak batas proteksi dihitung berdasarkan standard pada persamaan 7 dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 7. E. Penentuan PPE PPE ditentukan berdasarkan kategori bahaya yang merujuk pada standard NFPA 70E. Penentuan PPE ditunjukkan pada Tabel 7. Peralatan PLN Trafo 1 Kat. Bahaya Tabel 7. Penentuan PPE D B (m) 2 4,7 Personnel Protective Equipment panjang atau baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, pelindung wajah dan balaclava atau tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung tangan kulit, sepatu proyek.

PLN Trafo 2 Panel Sentral Penerangan 2 4,7 2 4,7 1 1,5 Limbah Timbangan Besali Pendin - gin Turbin Yosh 1 1 1,3 Yosh 2 1 1,3 Jiang Xi 1 1,4 WTP MCC 6A Reclai mer ESP MCC 4 MCC 5 Lanjutan Tabel 7 panjang atau baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, pelindung wajah dan balaclava atau tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung tangan kulit, sepatu proyek. panjang atau baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, pelindung wajah dan balaclava atau tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung tangan kulit, sepatu proyek. Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik dan balaclava jika diperlukan, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung panjang atau baju terusan tahan api, pelindung wajah atau tudung wajah busur listrik, jaket tahan api, helm pelindung, sarung panjang atau baju terusan tahan api, pelindung wajah atau tudung wajah busur listrik, jaket tahan api, helm pelindung, sarung panjang atau baju terusan tahan api, pelindung wajah atau tudung wajah busur listrik, jaket tahan api, helm pelindung, sarung Crane DB 13 Cultrox + CVP Vacuu m Robusi Grup 6 3 4 RVF Single Tray Baru Grup 4 Grup 5 MCC 8 3 4 DB 11 Single Tray Injeksi Baru BB I Grup 2 Grup 3 DB 12 Grup 1 Grup X Lanjutan Tabel 7 Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik dan balaclava jika diperlukan, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik dan balaclava jika diperlukan, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung

Grup IX Lanjutan Tabel 7 F. Pembuatan Label Peringatan Berikut adalah contoh label peringatan untuk kategori 0, dan 3. Gambar 6. Label Peringatan Kategori Resiko Bahaya 0 panjang atau baju terusan tahan api, pelindung wajah atau tudung wajah busur listrik, jaket tahan api, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung tangan kulit, dan sepatu proyek Kategori resiko bahaya 2: kemeja lengan panjang dan celana panjang atau baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, pelindung wajah dan balaclava atau tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung Kategori resiko bahaya 3: kemeja lengan panjang, celana panjang, dan baju terusan yang tahan api, jaket dan celana busur listrik, tudung wajah busur listrik, sarung tangan busur listrik, balaclava, helm pelindung, kacamata pelindung, penutup telinga, sarung tangan kulit, dan sepatu proyek. 3. Tingginya kategori resiko bahaya pada GRUP 6 dan MCC 8 disebabkan oleh tidak beroperasinya instantaneous trip pada circuit breaker Siemens 3WL ETU25B, melainkan terjadinya operasi short time delay trip yang membutuhkan waktu lebih dari 0,4 detik untuk memutuskan gangguan. Disarankan untuk mengganti pengaturan short time delay trip menjadi 0,1 detik pada GRUP 6 dan MCC 8 untuk menurunkan kategori bahaya menjadi kategori 1 atau 0,2 detik untuk kategori 2. Gambar 7. Label Peringatan Kategori Resiko Bahaya 3 V. PENUTUP Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan yaitu: 1. Kategori resiko bahaya busur listrik di PT. KEBON AGUNG yaitu kategori 0, 1, 2 dan 3. Peralatan dengan kategori resiko bahaya 1 adalah Penerangan pada Stasiun Listrik dan Yosh 1, Yosh 2, dan Jiang Xi pada Stasiun Ketel. Peralatan dengan kategori resiko bahaya 2 adalah PLN TRAFO 1, PLN TRAFO 2, dan Panel Sentral. Peralatan dengan kategori resiko bahaya 3 adalah GRUP 6 dan MCC 8 pada Stasiun Tengah. Peralatan peralatan lain pada pabrik memiliki kategori resiko bahaya 0. 2. Personnel Protective Equipment (PPE) yang dibutuhkan PT. KEBON AGUNG Kota Malang untuk setiap peralatan, yaitu: Kategori resiko bahaya 0: pakaian pelindung berupa kemeja dan celana dengan bahan katun yang memiliki ketebalan 4,5 oz/yd2, kacamata pelindung, penutup telinga, dan sarung tangan kulit. Kategori resiko bahaya 1: pakaian pelindung berupa kemeja lengan panjang dan celana DAFTAR PUSTAKA [1] IEEE Std. 1584. 2002. IEEE Guide for Performing Arc Flash Hazard Calculation. IEEE Inc. [2] Jhony. 2011. Pengaruh Busur Api Terhadap Kekuatan Dielektrik Gas SF 6. Indonesia: Universitas Sumatera Utara. [3] Littelfuse. 2005. Electrical Safety Hazardz Handbook. USA: Littelfuse, Inc. [4] NFPA 70 E. 2003. Electrical Safety Requirements for Employee Workplaces 2003 Edition. NFPA. [5] Preve, Christophe. 2006. Protection of Electrical Networks.USA: ISTE Ltd. [6] Riyadi, Rahmat., Wibowo, Rony Seto., Pujiantara, Margo. 2012. Analisa Sistem Proteksi dengan Metode Perhitungan Arc Flash yang Dimodifikasikan untuk Diaplikasikan pada Sistem Tegangan Menengah di PT. Pupuk Kaltim Unit I (PKT I). Surabaya: ITS. [7] Walsh, Peter R. 2008. Calculating Arc Flash Hazard Levels. USA: Ferraz Shawmut Inc. [8] Weigel, Joseph. 2003. Minimizing The Risk of Arc Flash Incidents. Nashville Tennessee: Reed Elsevier, Inc.