PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Sejarah Singkat Pancasila dan Perlunya Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA

HAM DALAM PANCASILA. Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama Penyusun : Galit Rizky Fauzi NIM :

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ETIKA POLITIK PANCASILA

PENGERTIAN PANCASILA SECARA HISTORIS

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP RAKYAT DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MAKNA HAKIKAT PANCASILA

MAKALAH TUGAS AKHIR PANCASILA. Demokrasi Pancasila

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH ARTI PANCASILA DAN IMPLEMENTASI PANCASILA DI MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa.

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NILAI-NILAI PANCASILA

PERUMUSAN PANCASILA. Disusun Oleh: NAMA : GILANG PRADANA TEGUH JATMIKA NIM : S1 Teknik Informatika. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA. Nama : Yudhi Riawan Nim : Kelompok : C Jurusan : S1 Teknik Informatika Dosen : Drs.

MAKALAH PANCASILA PANCASILA MENURUT HISTORY DAN YURIDIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Nilai-Nilai Filosofis

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Rakyat Indonesia

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Nilai-Nilai Pancasila

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

MAKALAH ARTI DAN FUNGSI PANCASILA

TINJAUAN PANCASILA DARI BEBERAPA SEGI

Nilai Pancasila Sila Ketiga dalam Kemajemukan Budaya Indonesia

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA sebagai PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

PENGERTIAN PANCASILA SECARA ETIMOLOGIS DAN HISTORIS

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

TUGAS AKHIR PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Tugas. Matakuliah Kewarganegaraan PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA. Dosen Pengampu:Abidarin Rosidi,Dr,M.Ma

1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat

Pendidikan Kewarganegaraan

TINJAUAN PANCASILA DARI BERBAGAI SEGI

dalamnya turut mempertahankan dan mengamalkan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA DITINJAU DARI PANCASILA SILA KETIGA

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

Pancasila sebagai Dasar Negara-1

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

TUGAS AKHIR KULIAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN 2011/2012

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1

Pancasila dan Implementasinya

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Dosen : Dr. Abidarin Rosyidi, MMa Kelompok E Abdul Rajab Tahir S1.

PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR

Hand Outs 2 Pendidikan PANCASILA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR

SEJARAH TERBENTUKNYA PANCASILA

tercantum Meskipun yaitu : Indonesia Limaa berikut: Rakyat. Dia Pancasila yang dasar Sekarang S Setelah Rumusan

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

MAKALAH PANCASILA PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Latar Belakang Masalah

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH NEGARA INDONESIA

Transkripsi:

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Nama : Rakhmat Subandi NIM : 11.11.5598 Kelompok : F Jurusan : S1-TI Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidi, Mma JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFOMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandanga hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan, dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa Sejarah mengenai pancasila mengantarkan kita untuk melihat dengan saksama bagaimana seharusnya pelaksanaan yang sesuai ajaran ideologi pancasila. Karena kita tahu sendiri sejarah pancasila merupakan bagian dari Negara Indonesia. Untuk itu kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila, perlu diusahakan secara nyata dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan. 2. Rumusan masalah 1. Bagaimana Pengertian Pancasila yang sah atau resmi. 2. Bagaimana Pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Bagaimana perumusan tiap-tiap sila dari Pancasila. 4. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. 3. Tujuan penulis Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Penulis ingin mengetahui arti penting dari adanya Pancasila di negara Indonesia. 2. Penulis ingin mengetahui perumusan Pancasila. 4. Pembahasan Metode Pembahasan Dalam hal ini penulis menggunakan: Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

BAB II TINJAUAN PANCASILA DARI BERBAGAI SEGI Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilainilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusan sistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuan pendapat dalam memberikan isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya. Dalam rangka mempelajari Pancasila, Saya menggunakan dua pendekatan yang semestinya dilakukan untuk memperoleh pemahaman secara utuh dan menyeluruh mengenai Pancasila. Pendekatan tersebut adalah pendekatan Historis dan yuridiskonstitusional. 1. Pendekatan Historis Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968. Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:

1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29 Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi. Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih alamiah. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta mengikuti Hukum Mendel. Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang utuh. Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945 Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan telah pertama tentang dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan; 2) Peri Kemanusiaan; 3) Peri Ketuhanan; 4) Peri

Kerakyatan; 5) Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak memberikan nama terhadap lima (5) azas yang diusulkannya sebagai dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarno juga mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut: 1) Kebangsaan Indonesia; 2) Internasionalisme; 3) Mufakat atau Demokrasi; 4) Kesejahteraan Sosial; 5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Dan dalam pidato yang disambut gegap gempita itu, ia mengatakan: saja namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pantja Sila (Anjar Any, 1982:26). Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudian dikembangkan oleh Panitia 9 yang lazim disebut demikian karena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni para wakil dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. Achmad Subardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusan sistematis dasar negara oleh Panitia 9 itu tercantum dalam suatu naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu: 1) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukknya; 2) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; 5) Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima sebagai rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi) Negara Republik Indonesia. Rancangan tersebut khususnya sistematika dasar negara (Pancasila) pada tanggal 18 Agustus disempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara 1950 Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945 tersebut, Pancasila dirumuskan secara lebih singkat menjadi: 1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Perikemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatan; 5) Keadilan sosial. Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderungan menyingkat rumusan Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatis atau untuk lebih mengingatnya dengan variasi sebagai berikut: 1) Ketuhanan; 2) Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatan atau Kedaulatan Rakyat; 5) Keadilan sosial. Keanekaragaman rumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetap berlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secara implisit tentu mengandung pula pengertian bahwa rumusan Pancasila harus sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. 2. Pendekatan Yuridis-Konstitusional Meskipun nama Pancasila tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai dasar negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan bahwa dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila. Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara yuridis-konstitusional, Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur-menyelenggarakan pemerintahan negara. Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya. Siapa saja yang

melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut hukum, yakni hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum atau sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus bersumber pada Pancasila, sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum (Rechtsstaat), Negara dan Pemerintah Indonesia tunduk kepada Pancasila sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD 1945 dan atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan, dengan peran serta aktif seluruh warga negara. Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa seluruh undangundang, peraturan-peraturan operasional dan atau hukum lain yang mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, sebagaimana dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): tetapi sejauh mungkin juga selaras dengan Pancasila dan dijiwai olehnya sedemikian rupa sehingga seluruh hukum itu merupakan jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan Pancasila. Demikianlah tinjauan historis dan yuridis-konstitusional secara singkat yang memberikan pengertian bahwa Pancasila yang otentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan dan pengamanannya sebagai dasar negara bersifat imperatif/ memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapt dikenai tindakan berdasarkan

hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminan penjabaran, pelaksanaan dan penerapan Pancasila. Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara oleh the founding fathers Republik Indonesia patut disyukuri oleh segenap rakyat Indonesia karena ia bersumber pada nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri atau yang dengan terminologi von Savigny disebut sebagai jiwa bangsa (volkgeist). Namun hal itu tidak akan berarti apa-apa bila Pancasila tidak dilaksanakan dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedemkian rupa dengan meletakkan Pancasila secara proporsional sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya bangsa dan pandangan hidup bangsa.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Pancasila yang telah diyakini oleh segenap masyarakat Indonesia dan telah dijadikan sebagai dasar dan falsafat bangsa adalah merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa ini. Pancasila mampu mempersatukan bangsa ini tanpa mngurangi karakter satu dengan yang lainnya bahkan justru melengkapi. Pancasila menjadi tolak ukur seberapa besar bangsa itu, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang memegang erat ideologi bangsanya. Semakin kita memegang teguh ideologi bangsa kita, semakin erat rasa persatuan yang kita miliki. Sehingga menjadikan kita penuh dengan rasa kesatuan. Tak ada lagi perbedaan diantara kiat, tak ada lagi keraguan kita pada ideologi bangsa kita. 2. Saran 1. Untuk pemerintah - Hendaknya pemerintah dapat mewujudkan keadilan bagi rakyatnya. - Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. - Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. 2. Untuk rakyat - Hendaknya dapat mengamalkan sila - sila pancasila dalam keseharian. - Menjadikan pancasila sebagai pedoman hidup.

- harus memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi agar tidak mudah untuk dipecahkan. - harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya.

Daftar Pustaka Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Edisi Reformasi, 2004 Paradigma, Yogyakarta. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud. Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni.