sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PESAWARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

[Laporan Akhir] 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VISI DAN MISI Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Pesawaran merupakan sebuah kabupaten Daerah Otonomi Baru

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN SISTEM AKTIVITAS DAN KERUANGAN WILAYAH BANDUNGAN DALAM UPAYA PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 477

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1. BAB I PENDAHULUAN

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan di Indonesia. Salah satu tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Administrasi negara sebagai salah satu cabang ilmu yang membahas tentang tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur penyelenggara negara. Salah satu kajian dalam administrasi negara adalah kebijakan publik yang merupakan salah satu faktor terpenting untuk melakukan pencapaian tujuan negara. Dalam hal ini kebijakan pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk menciptakan pembangunan daerah dalam kerangka otonomi daerah. Sehingga suatu daerah mampu untuk mengelola daearahnya sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah. Dengan di keluarkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan akhirnya direvisi lagi menjadi UU 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Maka penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih diserahkan kepada pemerintah lokal untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan asas otonomi yang luas nyata dan bertanggung

2 jawab. Penyerahan kewenangan kepada daerah terkait dengan pembangunan daerah. Pembangunan daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu pengelolaan harus ditata sebaik mungkin dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada guna pencapaian kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah otonom banyak dipengaruhi potensi alam yang dimiliki oleh daerah dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Selain itu kebijakan pemerintah atau kebijakan publik merupakan faktor penting selain dua hal tadi karena terkait dengan peraturan dan intervensi yang akan menciptakan suatu keteraturan dan dorongan guna terciptanya pembangunan yang di harapkan. Kemampuan membangun daerah merupakan jawaban terhadap status otonomi daerah itu dalam rangka mengatur dan mengurus rumah tangganya. Dalam pengolahan sumber daya alam dibutuhkan suatu kebijakan yang akan mengatur penyelesaian permasalahan publik. Pembuatan suatu kebijakan ditempuh tahap-tahap formulasi kebijakan atau perumusan kebijakan. Dalam perumusan kebijakan ini ditentukan bentuk dari kebijakan tersebut berikut perkiraan-perkiraan tentang bisa tidaknya kebijakan tersebut diterapkan, tercapainya tujuan kebijakan tersebut dan dampak lain yang mungkin terjadi setelah kebijakan itu diterapkan.

3 Pesawaran dengan sumber daya pertanian yang dimiliki sebagai sumber pendapatan masyarakat sekaligus sebagai motor pembangunan daerah membutuhkan suatu kebijakan yang mampu menunjang keberadaan sumber daya pertanian yang dimilikinya. Mengingat potensi yang dimiliki cukup besar. Berdasarkan data potensi pertanian Kabupaten Pesawaran (BPS Pesawaran, 2010) dengan besaran lahan yang ada dan produksi dari masing-masing produk pertanian dan perkebuanan yang ada. Produktivitas dari tujuh kecamatan yang ada, Kedondong memiliki produktivitas pertanian dan perkebunan tertinggi pada delapan komoditas, tersebut selanjutnya Kecamatan Padang Cermin memiliki produktivitas tertinggi enam komoditas. Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Tegineneng dan Kecamatan Gedong Tataan memiliki produktivitas tertinggi di tiga komoditas. Kecamatan Punduh Pidada memiliki produktivitas tertinggi di dua komoditas, dan yang terakhir Kecamatan Way Lima memiliki produktivitas tertinggi di satu komoditas. Oleh karena itu, Kecamatan Kedondong merupakan kecamatan yang banyak memiliki produktivitas tertinggi di beragam komoditas maka Kecamatan tersebut, memiliki potensi yang sangat besar. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2009 didominasi oleh penggunaan hutan negara yaitu sebesar 32.854 Ha atau 27,99 % dari luas wilayah Kabupaten Pesawaran sebesar 117.377 Ha, kemudian 25,88 % atau 30.382 Ha untuk kebun/tegal, untuk hutan rakyat seluas 13.100 Ha atau 11.16%, dan disusul kemudian penggunaan lahan untuk Hutan Rakyat seluas 11.677 Ha atau 9,95%. Sedangkan jenis penggunaan lahan terkecil di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2009 yaitu pengembalaan/padang rumput sekitar 16 Ha atau 0,01%. Khusus untuk

4 penggunan lahan sawah 25,01 %, dibagi dalam irigasi teknis 3.319 Ha, irigasi setengah teknis 2.771 Ha, irigasi sederhana 550 Ha, irigasi desa/non PU 2.357 Ha, tadah hujan 3.872 Ha, dan lebak 252 Ha. (http://pesawarankab.go.id/potensi- 2/pertanian/, disakses pada: 25 September 2012) Dengan potensi yang dimiliki kabupaten Pesawaran dan pemanfaatan yang telah dilakukan di Kabupaten Pesawaran maka diperlukan suatu kebijakan yang mampu mengelola potensi yang ada dalam rangka pembangunan daerah. Oleh karena itu dibuat Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kawasan Agropolitan, Pemerintah Kabupaten Pesawaran melakukan suatu pendekatan pembangunan pedesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan. Dalam Pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 lingkup wilayah pengembangan kawasan agropolitan adalah luasan wilayah daratan diluar kawasan hutan dan wilayah perencanaan nya adalah: 1. Kawasan Agropolitan Daerah adalah Kecamatan Gedong Tataan 2. Kawasan Hiterland adalah wilayah Kecamatan Way Lima, Kedondong, Padang Cermin, Punduh Pidada, Negeri Katon dan Tegineneng. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem, usaha dan agribisnis serta mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya, dengan ciri

5 utama kegiatan peranian dan pengolahan hasil pertanian. Sedangkan, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan perdesaan, sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu, yang ditunjukkan oleh adanya sistem keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan-satuan permukiaman dan sistem agrobisnis. Selanjutnya pengembangan agropolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan. Dan pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi pemerintah. (Pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan). Konsep agropolitan telah diterapkan di beberapa daerah lain diantaranya Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Musi Rawas, Kota Batu, Kabupaten Malang, Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, penataan ruang dalam tataran agropolitan menjadi penting akan kebutuhan masayarakat atas kesejahteraan dan dalam rangka menjadikan Kabupaten Pesawaran menjadi daerah otonom. Otonom bukan hanya karena

6 kemandirian dalam pengelolalan daerah namun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dalam rangka pembiayaan pembangunan. Selain itu peran serta masyarakat amat dibutuhkan dan pemahaman masyarakat atas agropolitan menjadi penting. Namun pemilihan Kecamatan Gedong Tataan sebagai kawasan agropolitan daerah lebih memfokuskan kawasan agropolitan hanya terletak di Kecamatan Gedong Tataan sementara kecamatan lainnya yang sebelumnya telah disebutkan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Sedangkan suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Memiliki komoditas unggulan yang sudah berkembang dengan prioritas untuk didukung oleh sektor hilirnya. 2. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian (yaitu komoditi unggulan tersebut). 3. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti misalnya: jalan, sarana, irigasi/pengairan, sumber air baku, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya. 4. Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri. 5. Usaha agribisnis yang dimiliki masyarakat tani di kawasan mampu dikembangkan lebih baik lagi serta berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan dan daerah sekitarnya.

7 6. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup tercapai guna menjamin budi daya kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem yang berkelanjutan dalam RTRK/ RDTRK. (Pedoman umum pengembangan kawasan agropolitan Provinsi Jawa Timur, 2011: 9) Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang Formulasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Pesawaran, mengingat pentingnya suatu kebijakan dapat diformulasikan dengan baik untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan kepentingan publik serta meningkatkan pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Bagaimanakah proses formulasi kebijakan pengembangan kawasan agropolitan? B. Rumusan Masalah Melihat permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses formulasi kebijakan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Pesawaran? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses formulasi kebijakan pengembangan kawasan agropolitan

8 di Kabupaten Pesawaran, dalam tahap perumusan masalah (defining problem), agenda kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan, tahap penetapan kebijakan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan secara praktis, yaitu: 1. Secara teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah keilmuan ilmu administrasi negara terutama tentang proses pembentukan kebijakan melalui proses formulasi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi pemerintah daerah dalam melakukan proses formulasi kebijakan dalam menyikapi permasalahan publik di masyarakat khususnya di Kabupaten Pesawaran.