ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

STUDI TENTANG KEGIATAN RESES ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai suatu Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

EKSPOSE POKOK POKOK PIKIRAN DPRD KABUPATEN KAMPAR MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2017

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ACARA MASA PERSIDANGAN III TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Oleh : Rozidateno P. Hanida 2

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

AMRI CAHYADI, ST WAKIL KETUA DPRD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERAN DPRD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I. PENDAHULUAN. Penyusunan rancangan Rencana Kerja SKPD merupakan tahap awal dari proses perencanaan.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

KERANGKA ACUAN MENAKAR KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TAHUN 2017

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD PROVINSI RIAU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

L A P O R A N KEGIATAN DPRD PROVINSI SUMATERA BARAT MASA PERSIDANGAN PERTAMA TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG YAYUK BASUKI

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun

I. PENDAHULUAN. Pustaka Pelajar, 2000, hlm Syaukani, Affan Gaffar, Ryias Rasyid.M, Otonomi Daerah Negara Kesatuan, Yogyakarta :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

OLEH: AMMY AMALIA FATMA SURYA, SH., M.Kn A-483

BAB I PENDAHULUAN. telah dilaksanakan 4 tahun silam. Sebanyak 50 anggota dewan dari berbagai partai

LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

LAPORAN KGIATAN KUNJUNGAN KERJA PERSORANGAN (RESES) MASA PERSIDANGAN II TAHUN PERSIDANGAN TANGGAL : Desember 2014

PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM RANGKA MENJALANKAN FUNGSI ANGGARAN BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Pada bagian akhir penelitian ini disajikan simpulan dari keseluruhan

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2014 PROPINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR 1 TAHUN 2014

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat ten

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan analisa dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN (RESES) MASA PERSIDANGAN III TAHUN PERSIDANGAN TANGGAL : 5-13 Mei 2015

PROVINSI ACEH PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

... LAPORAN PELAKSANAAN RESES FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DPRD PROVINSI JAWA TENGAH MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2017 SEMARANG 2017

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Jakarta, 11 Juli 2007

Transkripsi:

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN) Pemilihan umum merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menentukan siapa yang akan mewakili mereka dalam lembaga legislatif dan siapa yang akan memimpin mereka dalam lembaga eksekutif. Pada era kepemimpinan Habibie sistem pemilu mengalami perubahan-perubahan. Pada era habibie pemilu pada tahun 1999 dilakukan dengan mekanisme pemilih memilih partai, yang kemudian partai yang menentukan orang-orang yang akan duduk mewakili para pemilihnya. Kemudian perubahan terjadi pada pemilu 2004 era Megawati Soekarnoputri dimana rakyat sebagai pemilih diberi kesempatan untuk langsung memilih wakilnya untuk duduk sebagai wakil mereka dengan lebih sedikit campur tangan dari partai politik. Hal ini menyebabkan rakyat menjadi elemen penting dalam pemilu terutama partisipasi dalam memilih wakilnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem pemilu tersebut diharapkan menghasilkan wakil-wakil rakyat yang respon terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dan menghasilkan kebijakan yang mencerminkan aspirasi masyarakat luas.dan dengan sistem pemilihan seperti ini juga diharapkan akan muncul wakil-wakil rakyat yang dekat dengan konstituennya di daerah pemilihannya. Dimana wakil-wakil rakyat inilah yang nantinya akan memperbaiki nasib masyarakat melalui kebijakan yang dihasilkannnya. Kebijakan yang berorientasi terhadap masyarakat ini dihasilkan dengan jalan menampung aspirasi yang berkembang di masyarakat. Dimana untuk mendapatkan kebijakan partisipasif ini dilakukan melalui kegiatan komunikasi langsung terhadap masyarakat di daerah. Bentuk kegiatan ini dilakukan dalam masa reses dengan bentuk dialog-dialog dengan berbagai elemen masyarakat, kunjungan ke lapangan, dan mengumpulkan pendapat umum. Meski telah menempuh berbagai cara, seringkali keputusan yang diambil oleh DPR belum mampu mencerminkan aspirasi masyarakat luas. Hal ini memperlihatkan belum efektifnya informasi yang berasal dari masyarakat sebagai sebuah masukan dalam 1

mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Karenanya, penjaringan aspirasi masyarakat perlu lebih diefektifkan dengan melibatkan anggota DPR secara langsung. Kegiatan untuk menampung aspirasi masyarakat tersebut, dilakukan pada masa reses. Dimana kegiatan ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan anggota DPRD sebagai bentuk pertanggung jawaban moral dan politis terhadap konstituennya.kegiatan pada masa resese ini menjadi penting untuk memperkuat komunikasi dengan masyarakat secara langsung. Selain itu hal ini merupakan salah satu kewajiban anggota Dewan sesuai dengan yang diamanatkan UU No. 22 Tahun 2003 pasal 18 yaitu memberikan pertanggung jawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya. Di lingkungan DPRD Kota Padang peraturan tersebut diperkuat dengan keluarnya peraturan tata tertib DPRD Kota Padang pasal 38 pada poin h dimana dijelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh anggota DPRD untuk memberikan hak yang sudah seharusnya diterima konstituen yang memlihnya. Dan dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 59 ayat 3 dan ayat 6 peraturan tata tertib DPRD Kota Padang reses dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun paling lama 6 hari kerja dalam satu kali reses, yang pelaksanaan kegiatan dan jadwalnya ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD Kota Padang setelah mendengar pertimbangan panitia musyawarah. Implementasi dari peraturan tersebut adalah dilakukannya komunikasi antara masyarakat dan anggota dewan pada masa reses. Pada DPRD Kota Padang bentuk komunikasi politik yang dilakukan berupa tatap muka serta melakukan dialog, dan kunjungan ke lapangan. Dimana komunikasi ini merupakan cara yang efektif dalam mengetahui langsung apa yang menjadi keinginan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan reses untuk bertemu dengan konstituennya, anggota DPRD terlebih dahulu mempersiapkan materi apa yang akan dibicarakan dengan konstituennya. Sehingga pada pelaksanaannya nanti akan terjadi pertukaran informasi antara anggota DPRD dengan konstituennya. Konstituen akan menyampaikan aspirasinya yang akan diperjuangkan oleh anggota DPRD 2

ketika bertemu dengan pihak eksekutif dalam perumusan kebijakan publik yang tertuang dalam APBD Kota Padang. Dengan adanya komunikasi ini akan memperkuat hubungan antara dewan dan masyarakat. Sehingga parlemen tidak saja diartikan sebagai badan pembuat undang-undang saja, melainkan juga sebagai media komunikasi antara rakyat dan pemerintah. Sehingga nantinya dapat disusun kebijakan yang berorientasi kepada masyarakat banyak. Ada beberapa tahap sebuah aspirasi masyarakat diteruskan untuk menjadi sebuah kebijakan. Anggota DPRD mengisi masa reses dengan melakukan komunikasi politik dengan konstituennya untuk mendapatkan informasi, yang kemudian dilanjutkan dengan musyawarah rencana pembangunan di tingkat kelurahan, kecamatan, dan tingkat kota. Hasil dari reses yang dilakukan anggota DPRD akan diperjuangkan ketika anggota DPRD melakukan penyusunan anggaran dengan pemerintah kota dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD). Aspirasi yang didapatkan dari masyarakat umumnya berupa aspirasi yang memerlukan biaya yang besar. Hal ini tergambar pada kegiatan reses I dan II anggota DPRD Kota Padang Periode 2004-2009 di daerah pemilihan masingmasing. Untuk dapat mengetahui secara benar aspirasi atau keinginan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat serta mengupayakan realisasinya sesuai dengan keinginan dari seluruh rakyat tersebut, maka para wakil harus mengadakan dan melaksanakan mekanisme komunikasi politik secara teratur. Harus ada perhitungan yang matang tentang anggaran bagi anggota DPRD untuk bertemu dengan konstituennya. Anggota dewan sendiri tidak mempunyai dana taktis untuk diberikan kepada konstituennya, melainkan pemerintah kota yang memegang dan mengatur keuangan DPRD. Jika ada keinginan secara formal dari anggota dewan untuk memberikan bantuan langsung kepada masyarakat harus mendapat persetujuan dari pemerintah kota. Masyarakat pemilih yang merupakan konstituen dari wakil rakyat di daerah pemilihan merasa kunjungan anggota DPRD harus disertai oleh bantuan dana secara langsung. 3

Dalam melakukan komunikasi politik anggota DPRD Kota Padang mengalami kendala berupa kurangnya partisipasi masyarakat, dana yang terbatas, waktu dan sarana yang terbatas, dan kesibukan anggota DPRD. Dari hasil penelitian kurangnya partisipasi masyarakat ketika reses diakibatkan karena kekecewaan masyarakat itu sendiri terhadap anggota dewan. Beberapa kali telah diadakan reses untuk menjaring aspirasi masyarakat namun pelaksanaan dari hasil reses tersebut sangat minim yang dilakukan oleh anggota dewan Idealnya Anggota DPRD harus terbuka kepada masyarakat tentang bagaimana mereka menjalankan masukan dari masyarakat. Tidak semua masukan dapat diteruskan menjadi sebuah kebijakan. Hal ini yang perlu ditekankan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak merasa selalu dijanjikan kepentingannya untuk direalisasikan. Sehingga partisipasi tidak mengalami penurunan dan anggota DPRD tidak kehilangan kepercayaan dari konstituennya. Banyaknya permintaan masyarakat yang disampaikan kepada anggota dewan ketika masa reses, membuat pemerintahan kota harus membuat strategi guna menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Permintaan masyarakat yang disampaikan kepada anggota dewan adalah seputar pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan fisik memerlukan dana yang besar untuk direalisasikan. Pembangunan jalan, sekolah, jembatan, serta sarana pelengakap lainnya memerlukan program jangka panjang untuk menyelesaikannya. Banyak masyarakat yang tidak mengerti dengan apa yang dihadapi oleh Pemko dengan dana yang terbatas, sehingga tuntutan dari masyarakat harus segera terealisasi Penghambat lainnya adalah Kesibukan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas rutin dan formal dengan agenda yang padat seperti menghadiri pertemuan resmi, sidang-sidang DPRD, kunjungan kerja, studi banding, serta kegiatan meningkatkan kualitas SDM seperti pelatihan, seminar dan sebagainya menyebabkan mereka hampir tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalin komunikasi dengan konstituen. Hal ini sering dikeluhkan oleh anggota DPRD bahwa untuk melakukan reses mereka sempat, namun untuk membuat laporan hasil reses untuk dibawa ke sidang paripurna sering mereka 4

tidak sempat bahkan yang terjadi laporan reses baru disampaikan 3 bulan pasca reses sehingga tidak ada manfaatnya lagi karena anggaran sudah dibahas dan disahkan. Bahkan pada pelaksaan reses III tahun 2005 yang seharusnya dilaksanakan pada akhir tahun 2005 ditunda pelaksanaannya menjadi pertengahan tahun 2006. Hal ini diakibatkan karena kesibukan anggota DPRD Kota Padang dengan agenda kerja yang padat. Masyarakat yang majemuk dengan kepentingan yang sangat beragam dan jumlahnya yang sangat banyak pada satu sisi dan prosedur penetapan anggaran tahunan daerah yang sangat panjang dan birokratis adalah juga merupakan kesulitan tersendiri bagi anggota DPRD dalam menyerap, menghimpun dan memperjuangkan aspirasi konstituen. Apabila seorang anggota DPRD menampung aspirasi masyarakat yang masuk, mereka tidak dapat begitu saja memastikan bahwa kepentingan tersebut akan terealisasikan dalam kebijakan pembangunan tahun depan karena masih banyak variabel penentu lain yang bekerja. Seperti birokrasi pemerintah daerah, panitia anggaran dan elit-elit yang berada di luar struktur. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa bentuk komunikasi politik yang terjadi adalah tatap muka serta melakukan dialog dan kunjungan ke lapangan. Sedangkan faktor yang dapat menjadi penghambat komunikasi politik ini berupa kurangnya partisipasi masyarakat, dana yang terbatas, waktu dan sarana yang terbatas, kesibukan anggota DPRD. 5