I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipakai sebagai pengganti "strafbaar feit". Dalam perundang-undangan negara kita

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perlu dikemukakan terlebih dahulu identitas responden. : Anggota Pembinaan dan Disiplin Bid Propam Polda Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang

PELAKSANAAN UPAYA PAKSA TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA DI WILAYAH HUKUM POLRES JAYAPURA KOTA

I. PENDAHULUAN. kereta api, maka di butuhkan pula keamanan dan kenyamanan kereta api. Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Hukum acara pidana merupakan perangkat hukum pidana yang mengatur tata cara

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

I. PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan penegakan hukum. Dalam era reformasi telah melahirkan paradigma

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. kondisi sosial budaya dan politik suatu negara berkembang untuk menuju sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PROSES HUKUM TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

VI / MPR / 2000 dan TAP MPR-RI No. VII / MPR / 2000 telah memisahkan Polri dari TNI dan meletakkan fungsi Polri

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM LINGKUNGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga yang menjalankan tugas kepolisian sebagai profesi, maka membawa konsekuensi adanya kode etik profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri. Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi maupun Peraturan Disiplin Kepolisian bagi anggota Polri merupakan suatu hal yang tak terelakkan, mengingat dalam pelaksanaan tugas Kepolisian akan selalu berhadapan dengan hak dan kewajiban warga negara secara langsung. Anggota Polri yang melaksanakan tugas dan wewenangnya yang melanggar kode etik profesi atau peraturan disiplin kepolisian, maka anggota Polri tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia ataupun Sidang Disiplin Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketentuan yang mengatur perilaku anggota Polri yang dituangkan dalam bentuk kode etik profesi Polri maupun peraturan disiplin merupakan pedoman moral atau perilaku yang harus senantiasa dipegang teguh oleh anggota Polri dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Namun, ada juga anggota Polri yang berperilaku menyimpang

sehingga melanggar kode etik Polri, peraturan disiplin, bahkan melanggar ketentuan hukum pidana. 2 Tindak pidana yang dilakukan oleh setiap anggota Polri akan diproses sesuai dengan ketentuan hukum pidana yang berlaku, yaitu diproses dan diajukan di peradilan umum. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 7 ayat (4) TAP MPR NO. VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut: "Anggota Kepolisian Negara Republik Indoensia tunduk pada kekuasaan peradilan umum". Berkaitan dengan anggota polisi yang melakukan tindak pidana, hal ini dapat diketahui dari berita yang disiarkan oleh media massa mengenai oknum polisi yang melakukan perzinahan, penggunaan dan penyalahgunaan narkotika atau psikotropika sampai penadahan barang hasil kejahatan yang jelas-jelas merugikan nama baik institusi atau lembaga Kepolisian tempat ia bertugas. Contoh adanya oknum polisi yang melakukan tindak pidana dapat diketahui dari berita media cetak yang menulis tentang Briptu Yudi Aryo Gunawan dilaporkan isterinya ke Propam Polres Lampung Utara, karena diduga melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KdRT). Kini isterinya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Ryacudu Kotabumi. 1 1 Radar Lampung, 1 September 2012.

3 Selanjutnya kasus penganiayaan yang dilakukan oknum Satnarkoba Polres Lampung Selatan (Aipda Sg). Berkaitan dengan penganiayaan yang dilakukan oleh anggotanya tersebut, Kapolres Lampung Selatan AKBP Tatar Nugroho telah memerintahkan bagian Propam untuk menindaklanjuti kasus penganiayaan yang dilakukan terhadap Andrie Saputra. 2 Tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri sebagimana diberitakan di atas, membawa konsekuensi yang cukup berat, yaitu dapat diproses berdasarkan hukum dan perundang undangan yang berlaku, baik itu berupa pelanggaran disiplin, kode etik maupun ketentuan hukum pidana. Berkaitan dengan anggota polisi yang melakukan tindak pidana (kekerasan dalam rumah tangga atau penganiayaan) merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan dan merupakan tindak pidana, sehingga harus dipertanggungjawabkan di muka pengadilan oleh anggota polisi tersebut. Masyarakat sipil maupun anggota polisi yang melakukan tindak pidana dan melanggar hukum harus di proses dan diperlakukan sama di depan hukum agar tidak bertentangan dengan falsafah hidup bangsa Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, sebagaimana, disebutkan dalam Pasal 28 huruf d butir (1) ; "bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan, perlindungan hak dan martabat, serta perlakuan yang sama di muka hukum. Asas isi biasa disebut dengan equality before the law, 2 Radar Lampung, 5 Oktober 2012.

4 yaitu asas persamaan di muka hukum. Ketika Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dipisahkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (sekarang Tentara Nasional Indonesia) berdasarkan Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia membawa konsekuensi apabila anggota polisi melakukan tindak pidana maka diadili oleh peradilan umum dan disidik oleh lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia, bukan lagi oleh polisi militer. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mambahas skripsi dengan judul "Analisis Pelaksanaan Penyidikan terhadap Anggota Polisi yang Melakukan Tindak Pidana". B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : a. Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana? b. Apakah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana?

5 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi kajian bidang ilmu dan bidang substansi. Ruang lingkup penelitian dalam bidang ilmu adalah kajian ilmu hukum, khususnya hukum pidana. Kajian bidang substansi meliputi pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana dan lokasi penelitian dilaksanakan di Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bandar Lampung. C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap anggota polisi yng melakukan tindak pidana. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dalam penulisan ini adalah untuk mengungkap secara objektif berdasarkan kemampuan daya nalar dan acuan melalui langkah-langkah atau metode ilmiah tentang cara yang dilakukan penyidik dalam memeriksa perkara tindak pidana yang dilakukan oleh sesama anggota Kepolisian.

6 b. Kegunaan Praktis Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi penulis sendiri, dan juga merupakan masukan bagi penyidik bilamana dalam melakukan penyidikan dan tersangka yang melakukan tindak pidana adalah sesama anggota Kepolisian. D. Kerangka Teoretis dan Konseptual 1. Kerangka Teoretis Kerangka Teoritis adalah konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran, atau merupakan kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 3 Penyidik Polri selain sebagai pengemban tugas dan fungsi Kepolisian juga memiliki kewenangan dalam penyidikan dan penegakan hukum terhadap anggota atau oknum yang melakukan tindak pidana. Selain dari hal tersebut diatas, aparat penyidik wajib memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya laporan dan atau pengaduan dari masyarakat sesuai tugas dan fungsinya selaku penyidik. Pelaksanaan tugas penyidikan dilakukan oleh pejabat penyidik atau penyidik pembantu sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing selaku penyidik. Pejabat Penyidik dalam hal ini pejabat polisi Negara Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang 124. 3 SoerjonoSoekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. hal.

7 Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidk Polri dalam melakukan penyidikan mempunyai kewenanangan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a KUHAP sebagai berikut: a. Menerima Laporan dan pengaduan dari masyarakat bahwa telah terjadi tindakpidana b. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara c. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan d. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat e. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka f. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam proses penyidikan perkara g. Mengadakan tindakan lain menurut hukum dan perundang-undangan serta bertanggung jawab. Berkaitan dengan pelaksanaan penyidikan PAF. Lamintang 4 mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Seorang penyidik harus dipandang sebagai telah memulai melakukan penyidikan setelah ia menggunakan wewenang penyidikannya seperti yang telah diberikan oleh undang-undang. Dalam hal tindakan itu secara langsung telah melibatkan hak-hak orang yang disangka melakukan tindak pidana, atau perbuatan dari tersangka itu ternyata bukan merupakan tindak pidana dan tersangka ternyata bukan pelaku tindak pidana. Artinya, bahwa suatu peristiwa yang semula diduga merupakan tindak pidana adalah benar-benar 4 P.A.F. Lamintang. (dalam Harun. M. Husein). 1991. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. hal. 87.

merupakan tindak pidana, dan terhadap tindak pidana yang telah terjadi itu baru dapat dilakukan penyidikan. 8 Penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan tindak pidana, dilakukan oleh penyidik sebagaimana diatur dalam hukum acara pidana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, yang dipertegas dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum bagi anggota Kepolisian. Negara Republik Indonesia. Pemeriksaan dalam rangka penyidikan dilakukan sesuai dengan Pasal 5 PP No 3 Tahun 2003 berdasarkan kepangkatan nya, yakni : a. Tamtama diperiksa oleh anggota Kepolisian Negara yang berpangkat serendah- rendahnya Bintara. b. Bintara diperiksa oleh anggota Polisi serendah- rendahnya berpangkat Bintara. c. Pewira Pertama, diperiksa oleh anggota Polisi yang berpangkat serendah rendahnya Bintara d. Perwira Menengah diperiksa oleh anggoata yang berpangkat serendah - rendah nya Perwira Pertama. e. Perwira Tinggi diperiksa serendah-rendahnya oleh anggota yang berpangkat Perwira Menengah. Penyidikan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan tindak pidana, dilakukan oleh penyidik sebagaimana diatur dalam hukum acara

9 pidana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, yang dipertegas dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum bagi anggota Kepolisian. Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan penyidikan terhadap tindak pidana, yang merupakan bagian dari penegakan hukum pidana, menurut Soerjono Soekanto 5 tidak terlepas dari faktorfaktor yang menghambat sebagai berikut: 1. Faktor perundang-undangan ( substansi hukum). Bahwa semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya, sebalikya semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin sukarlah menegakkannya. Secara umum bahwa peraturan hukum yang baik adalah peraturan hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofi. 2. Faktor penegak hukum Bahwa faktor penegak hukum ini menentukan proses penegakan hukum yaitu pihak-pihak yang menerapkan hukum tersebut. Adapun pihak-pihak ini yang langsung terkait dalam proses fungsionalisasi huktim pidana terhadap perbuatan yang merusak obyek dan daya tarik wisata. 5 Soerjono Soekanto. 1991. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali. Jakarta. hal. 45.

10 3. Faktor Prasana atau Fasilitas Penegakan hukum akan berlangsung dengan baik apabila didukung dengan sarana atau fasilitas yang cukup. Sarana atau fasilitas ini digunakan untuk mencapai tujuan, yaitu tercapainya masyarakat yang tertib dan taat hukum. 4. Faktor kesadaran hukum Merupakan bagian terpenting dari masyarakat yang menetukan penegakan hukum dan kesadaran hukum merupakan pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu, sedangkan kesadaran hukum masyarakat yang memungkinkan dilaksanakannya penegakan hukum itu. 2. Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus berupa kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilahistilah yang dipakai dalam penulisan maupun yang akan diteliti. 6 a. Tindak Pidana Perbuatan yang dengan diancam pidana, barangsiapa melanggar larangan tersebut. 7 6 Soerjono Soekanto. 1984. opcit. hal. 132. 7 Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana.Bina Aksara. Jakarta. hal. 54.

11 b. Tersangka Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 8 c. Anggota Kepolisian Anggota Kepolisian adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. (Pasal 1 butir (2) 9 d. Penyidik Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh Undang Undang untuk melakukan Penyidikan. 10 e. Penyidikan Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal menurut cara yang diatur oleh undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 11 8 Pasal 1 butir 14 KUHAP. 9 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 10 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 11 Pasal 1 butir 2 KUHAP.

12 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini memuat tentang uraian keseluruhan yang akan disajikan guna memudahkan dalam memaharni tentang skripsi ini yang disusun sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan menerangkan tentang latar belakang penulisan skripsi dalam bentuk uraian yang kemudian merumuskan permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoretis dan konseptual yang digunakan, serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan bab yang membahas tentang tinjauan pustaka yang berkaitan tentang pengertian pengertian tindak pidana, penyidikan dan pelaksanaan tugas penyidikan, tugas dan wewenang polisi sebagai penyidik, Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta tugas dan wewenang Polri. III. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yang menunjukan langkah-langkah yang di pakai dalam penelitian berupa pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.

13 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan dari permasalahan dan juga hasil dari penelitian, yaitu tentang karakteristik responden, pelaksanaan penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana, dan faktor penghambat penyidikan terhadap anggota polisi yang melakukan tindak pidana. V. PENUTUP Bab penutup merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran yang diajukan sebagai masukan bagi instansi terkait.