Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013

Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap nyeri sendi pada lansia

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berbanding lurus dengan bertambahnya usia yang menyebabkan peningkatan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

SENAM LANSIA MENINGKATKAN KAPASITAS INSPIRASI PARU DI PANTI SOSIAL WERDHA A YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

204 Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

Transkripsi:

PENGARUH LATIHAN ROM AKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 03 CIRACAS JAKARTA TIMUR Wuri Utami PSIK-FKK UMJ ABSTRAK Rom aktif merupakan salah satu latihan / aktifitas fisik yang dilakukan oleh individu itu sendiri sesuai dengan kemampuan untuk menggerakkan sendinya. Dengan latihan rutin paling sedikitnya 2-3 kali setiap minggunya dalam waktu 20-30 menit mampu memberikan manfaat yang berarti diantaranya dapat meningkatkan kekuatan otot dan menurunkan keletihan, dalam hal ini dikhususkan pada lansia yang mengalami penurunan massa otot serta kekuatannya untuk melakukan mobilisasinya. Namun sejauh mana pengaruh latihan Rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia tersebut masih belum bisa dibuktikan. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti Apakah ada pengaruh latihan Rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan Rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal yang tinggal di PSTW 03 Ciracas Jakarta Timur. Responden yang diambil sebanyak 10 orang lansia. Analisa data dilakuakan secara bertahap yaitu analisa univariat untuk mengetahui karakteristik responden dan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dengan menggunakan uji T test Dependen. Kemudian didapatkan hasil nilai p= 0,002(<ɑ) sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh latihan Rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kemampuan mobilisasi pada lansia setelah dilakukan latihan Rom aktif lebih baik dari sebelum dilakukan latihan Rom aktif. Saran bagi praktisi keperawatan, hendaknya senantiasa memotivasi para lansia untuk mau melakukan latihan/ aktifitas fisik seperti Rom aktif serta memberikan pengetahuan tentang manfaat dan efeknya. Kata kunci : Latihan Rom aktif, mobilisasi pada lansia PENDAHULUAN Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat ( Nugroho, 2000). Jumlah lansia saat ini di Indonesia sebagaimana dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) adalah 14.439.967 jiwa atau 7,18% dengan usia harapan hidup 64.5 133

tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia diprediksi naik menjadi 9.58% dengan usia harapan hidup 67.4 tahun. Dan pada 2020 akan meningkat menjadi 11,20% dengan harapan hidup 70,1 tahun( anonimus. 2005. langkah-langkah penanganan lansia. http://www. Replubika co id). Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa, atau 6x20 tahun sama dengan 120 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dari dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Didalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran didalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 2000). Pada usia lanjut terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas erobik dan terjadinya peningkatan lemak. Bukti- bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada lanjut usia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut, bahwa latihan yang teratur dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardivaskuler (Hadi-Martono, 2004). Menurut Nugroho (2000), bahwa pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah tentu menimbulkan efek pada fungsi alat-alat lain, seperti: otot, paru, dan ginjal karena berkurangnya aliran darah ke organ tubuh itu.hasil survei pembuatan norma kesegaran jasmani pada tahun usia lanjut yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1992-1993 menemukan bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan kardio-respirasi dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik yang baik dan benar. Edward dan Larson sebagaimana dikutip oleh Kane et al (1994), menyatakan sebagai hasil penelitiannya bahwa: latihan dan olahraga pada usia lanjut harus disesuaikan secara individual dan dengan tujuan yang khusus pada individu tersebut. Perhatian khusus harus diberikan pada jenis dan intensitas latihan, antara lain: kekuatan, fleksibilitas dan keadaan dalam hal apa latihan diberiakan. Keuntungan fungsional atas latihan bertahanan ( resistance training ) berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan bertahanan, antara lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi ( range of motion ) dan jenis kekuatan yang 134

dihasilkannya ( pemendekan atau pemanjangan otot ). Keuntungan yang didapat akan sangat besar bila kemampuan maksimum atas jenis latihan tertentu akan meningkat sebagai akibat latihan tersebut ( Hadi-Martono, 2004). Mengingat pada kondisi masing-masing lansia mempunyai kemampuan berbeda-beda serta penyakit degeneratif (penuaan), memungkinkan lansia berpotensi mengidap penyakit lebih dari satu jenis penyakit dimana kaitannya dengan sistem kardiopulmonal yang akan mempengaruhi semua sistem organ itu sendiri, maka dari itu latihan rom aktif yang akan diberikan tidak terbatas hanya pada penderita reumatik saja, tapi tidak menutup kemungkinan pada lansia tersebut mempunyai penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melitus, ginjal, pernafasan bahkan pencernaan. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya merupakan salah satu panti milik pemerintah yang berlokasi di ciracas 03 Jakarta Timur yang melayani lansia. Jumlah lansia yang tinggal di panti pada juni 2006 berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti lalu, sebanyak 125 orang. Fenomena yang terjadi pada lansia yang tinggal di Panti sosial Tresna Werdha (PSTW) ditemukan masalah gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Data yang ditemukan saat itu untuk mendukung masalah tersebut adalah 8,3% lansia mengalami keluhan reumatik (pegal, rasa linu pada otot dan sakit saat beraktifitas). Masalah tersebut sebenarnya masih bisa dicegah dan diminimalisir seperti yang sudah diuaraikan diatas, seperti yang dijelaskan oleh Brunner & Sudarth (2000), bahwa dengan aktivitas ringan sampai sedang secara teratur dapat meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung serta menaikkan ambilan oksigen oleh otot jantung dan skeletal serta terbukti menurunkan keletihan, meningkatkan energi sehingga dapat membantu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan psikologis. Secara teoritis banyak komponen dari latihan Rom aktif (Range of Motion) yang perlu diberikan oleh lansia, dan dalam hal ini peneliti mencoba meneliti 3 dari komponen tersebut yang dianggap memberi pengaruh yang lebih signifikan, antara lain: fleksibilitas untuk melatih keadequatan gerakan sendi, kekuatan, latihan bertahanan, (Kane et al, 1994). Karena itulah peneliti tertarik untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketiga komponen tersebut terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan desain quasi eksperimental atau kausal komparatif dengan melakukan intervensi (perlakuan) pada responden yang bertujuan untuk mengungkapkan adanya hubungan sebab akibat antar variabel, serta untuk mengetahui pengaruh latihan rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi lansia dengan gangguan muskuloskeletal. Populasi dari penelitian ini adalah semua lansia yang ada di wisma PSTW Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur dengan jumlah 125 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehik purposive sampling yaitu cara mengambil 135

subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 10 responden diperoleh dari rumus sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini kemudian akan diuraiakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel 1. Kemampuan mobilisasi sebelum dilakukan rom aktif dan sesudah dilakukan rom aktif. Variabel N Mean Median SD p kemampuan mobilisasi sebelum ROM kemampuan mobilisasi sesudah ROM 10 3.20 3.22 0.733 10 3.97 4.11 0.753 0.022 Pada analisa bivariat didapatkan bahwa rata-rata kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal sebelum dilakukan latihan rom aktif adalah 3.20; dengan median 3.22; standar deviasi 0,7333 pada 10 orang responden. Sedangkan rata-rata kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal sesudah dilakukan latihan rom aktif adalah 3.97; dengan median 4.11; standar deviasi 0.757 pada 10 orang responden. Dari hasil analisis diatas didapatkan p value = 0.022. Oleh karena p<0,05 maka Ho ditolak atau ada pengaruh latihan rom aktif terhadap kemampuan mobilisasi sebelum dan sesudah latihan rom aktif. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Perry & Potter, 2005 latihan / aktifitas fisik dapat membuat kondisi tubuh lebih baik, meningkatkan kesehatan dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke status kesehatan maksimal. Jika seseorang latihan (excercise), maka akan terjadi perubahan fisiologis dalam sistem tubuh. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan seringnya seseorang melakukan latihan aktifitas fisik seperti halnya rom aktif sangat bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh pada lansia sehingga otot-otot dalam tubuh tetap terjaga elastisitasnya dan sendi dapat melakukan pergerakannya dengan baik, terutama dalm kemampuan mobilisasi. Hal ini juga dikemukakan oleh Hadi-Martono, 2004 yang mengatakan bahwa keuntungan fungsional atas latihan bertahanan (resistance training) berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan bertahanan, antara lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya ( pemendekan atau pemanjangan). Keuntungan yang didapat akan sangat besar bila kemampuan maksimum atas jenis latihan akan meningkat sebagai akibat latihan tersebut. Selanjutnya pendapat tersebut diperkuat juga oleh 136

Brunner & Suddarth, 2000 yang mengatakan bahwa dengan aktivitas ringan sampai sedang secara teratur dapat meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung serta menaikkan ambilan oksigen oleh otot jantung dan skeletal serta terbukti menurunkan keletihan, meningkatkan energi sehingga dapat membantu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan psikologis. Menurut Craven & Heirnly, 2000 bahwasanya manfaat olahraga ringan seperti rom aktif pada lansia lebih dari sekedar membakar kalori selain menurunkan berat badan, tapi juga dapat memperkuat otot dan memperbaiki sendi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 responden lanjut usia dengan latihan rom aktif di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur selama bulan Juli- Agustus 2006, didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Mayoritas 90% usia responden yang mengalami gangguan muskuloskeletal dengan keterbatasan gerak (mobilisasi) adalah kelompok usia 66-80 tahun. Mayoritas 60% jenis kelamin responden yang mengalami gangguan muskuloskeletal dengan keterbatasan gerak(mobilisasi) adalah perempuan, dan berpendidikan terakhir SD sebanyak 70%. 2. Untuk kemampuan mobilisasi didapatkan keseimpulan ada pengaruh latihan rom aktif meliputi fleksibilitas kekuatan dan bertahanan terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur Tahun 2006. SARAN Berdasarakn kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi perawat khususnya sebagai teacher (pendidik) hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan program olahraga ringan (latihan gerak) seperti rom aktif untuk membantu lansia dalam memperoleh kembali kemandiriannya dalam bermobilisasi khususnya dengan keterbatasan gerak karena gangguan muskuloskeletal. 2. Bagi Panti Jompo hendaknya agar senantiasa membuat, melaksanakan dan memantau program olahraga ringan secara berkesinambungan untuk para lansia khususnya dengan keterbatasan gerak karena gangguan muskuloskeletal. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. (2005). Langkahlangkah penanganan lansia. http:// www. Repplubika. Co.id Diakses pada tanggal 2 april 2006 Brunner & Suddarth. (2000). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (edisi 8). Volume 1. Diterjemahkan oleh Waluyo, A. Jakarta : EGC.(2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (edisi 8). Volume 3. Diterjemahkan oleh Waluyo, A. Jakarta : EGC 137

Craven, Ruth. & Hirnle, J. (2000). Fundamental of nursing (3th.Ed).Philadelphia New york: Lippincot Depkes RI. (2000). pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan. Jakarta Effendi, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Guyton, C. Arthur & Hall, John, E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. (edisi 9). Diterjemahkan oleh setiawan Irawati. Jakarta: EGC Harlan. (2000). Perawatan lanjut usia. Jakarta: EGC Martono, Hadi. & Darmojo, Boedhi, R. (2004). Ilmu kesehatan usia lanjut. (edisi 3) Jakarta: FIK-UI Miller, A. Carol. (1995). Nursing care of older adult theory and practices. (2nd ed). Philadelphia: JB. Lippincott Company Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. (edisi 2). Jakarta: EGC Serba-serbi kesehatan. http:// www. Waspada. Co. Id. Diakses pada tanggal 28 April 2006 Pery & Potter. (2005). Fundamental keperawatan. (edisi 4). Jakarta: EGC Tyson, R. Shirley. (1999). Gerontology care nursing (1st ed). Philadelphia: By. WB. Saunders Company Watson, Roger. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta: EGC Tjokronegoro, A. (2004). Metodologi penelitian bidang kedokteran. Jakarta: Balai Pustaka: FKUI Sudigdo, Sastroasmoro. (1995). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara 138