Kabar dari Lokakarya Membangun Agenda Bersama II Setulang, 4-6 Desember 2000

dokumen-dokumen yang mirip
Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Koordinasi Antar Pihak: Desa Mandiri, Tata Ruang dan Pelestarian Hutan

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: WAKIL MASYARAKAT HULU SUNGAI MALINAU BELAJAR DI KABUPATEN PASIR, KALIMANTAN TIMUR

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002

HASIL PENELITIAN PEMETAAN PARTISIPATIF

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

Seminar Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Oleh Pemda 24 Oktober 2002

1. Apakah perlu atau ada keinginan untuk kerja sama dengan pihak lain, atau bisa mengembangkan usaha sendiri?

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

Njau Anau Miriam van Heist Ramses Iwan Godwin Limberg Made Sudana Eva Wollenberg

Hutan Kita, Keputusan Kita Sebuah survei mengenai prinsip-prinsip untuk pengambilan keputusan di Malinau

Pelatihan Legislative Drafting di Malinau Februari 2003

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Membuat kesepakatan antara stakeholder hutan

Pesta Seni Budaya: Leten Bangen di Sengayan 7 12 Juli 2003

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

Decentralisation Brief

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Governance Brief. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat otonom.

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

Warta Kebijakan. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah terhadap Hutan dan Masyarakat Hutan. Pendahuluan. Pengurusan Hutan di Masa Desentralisasi

Governance Brief. Pengantar: mengapa pengawasan oleh masyarakat penting?

Bagaimana Kemiskinan di Malinau bisa dipantau?

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

V. KESIMPULAN DAN SARAN. dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa

Prosedur Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kawasan Ekonomi Khusus Di Indonesia. Jakarta 13 November 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBELIAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR)/PENERIMAAN SUPPLIER BARU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

ADMINISTRASI KELOMPOK TANI

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

Governance Brief. Pengarusutamaan Kemiskinan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Decentralisation Brief

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Nomor 10 Tahun Tentang PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PAGUYUBAN GAPOKTANHUT MARGO LUHUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 30 TAHUN 2004 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI PETANI WASIT MERBAU SAKTI. A. Sejarah Berdirinya Koperasi Petani Sawit Merbau Sakti (KPSMS)

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA KELOMPOK HUTAN RAKYAT KOPERASI WANA ALAM LESTARI

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA DAN HASIL USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mesuji

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERKEBUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI

ACEH: Proyek Uji Coba REDD+ Ulu Masen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

FORMULIR ISIAN SURAT PERMOHONAN IZIN LOKASI PERPANJAGAN II

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 09 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN PEKON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

i

Governance Brief. Menggunakan UU Tindak Pidana Pencucian Uang Menjerat Aktor Intelektual Illegal Logging

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ass. Ws. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian!

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

JUMLAH BIAYA BIAYA SATUAN NO TAHAPAN KEGIATAN SATUAN KETERANGAN. Persiapan

Program Dana Hibah Kecil Pengelolaan Wilayah Konservasi Masyarakat Adat atau Komunitas Lokal Indonesia (ICCA-Indonesia)

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PELATIHAN PARTISIPATIF

Transkripsi:

Kabar dari Lokakarya Membangun Agenda Bersama II Setulang, 4-6 Desember 2000 No. 5, Januari 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik! Kami kabarkan bahwa pada tanggal 4 sampai 6 Desember 2000 telah dilakukan lokakarya Membangun Agenda Bersama II di Desa Setulang yang dihadiri oleh lebih dari 85 orang. Lokakarya ini merupakan kelanjutan dari lokakarya di Long Loreh pada Nopember 1999 ketika disepakati untuk melakukan kegiatan pemetaan batas wilayah desadesa di Sungai Malinau. Tujuan lokakarya tahun ini antara lain: membahas kegiatan yang sudah dilakukan sesuai rencana tahun yang lalu, mendampingi percakapan masyarakat dengan lembaga pemerintah, DPR, lembaga swasta, dan pihak-pihak terkait, serta membangun agenda bersama untuk rencana kerja tahun 2001. Lokakarya ini dihadiri 54 orang wakil masyarakat dari 22 desa di Sungai Malinau, Kepala Adat Besar Sungai Malinau, Kepala Yayasan Adat Punan, 6 orang Pemda Tingkat II Kab. Malinau, Ketua DPRD, 3 orang dari PT. Inhutani II, 2 orang dari CV. Putera Surip Wijaya, 3 orang dari WWF, dan 14 orang dari CIFOR sebagai nara sumber dan pendamping. 1

Apa yang dilakukan dalam lokakarya di Setulang? Membahas pemetaan desa. Pemetaan batas wilayah desa dilakukan oleh masyarakat mulai Januari sampai Juli 2000 dengan pendampingan dari CIFOR. Peta hasil kerja masyarakat dipresentasikan sebagai hasil sementara. Beberapa desa yang masih belum selesai digambarkan dengan garis putus-putus atau tidak digambar. Masyarakat mendiskusikan bagaimana peta ini dapat digunakan, misalnya untuk bernegosiasi dengan investor, merencanakan tata ruang desa atau berunding dengan pemerintah tentang pemanfaatan wilayah desa dan hak masyarakat. Membahas otonomi daerah. Pada Januari 2001 otonomi daerah mulai diberlakukan di seluruh Indonesia. Tetapi, karena ada banyak kebijakan pemerintah yang belum jelas, dalam lokakarya ini ada presentasi khusus tentang arti otonomi daerah. Tiga hal yang penting adalah: Pemda dan desa berhak dan berwewenang mengatur dan merencanakan pembangunan beserta anggarannya dan pengawasan terhadap pembangunan. Peta tata ruang adalah alat perencanaan yang penting dalam Otonomi Daerah karena masyarakat yang paling tahu kondisi dan potensi desa dan punya hak untuk kasih masukan. Dalam Otonomi Daerah masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan jangka panjang. 2

Belajar bersama bagaimana berunding (negosiasi). Untuk memahami proses berunding dan menghadapi masuknya investor ke desa-desa dilakukan beberapa sandiwara singkat oleh perserta. Kemudian didiskusikan pendekatan apa yang berhasil. Hasil rumusan peserta lokakarya sebagai berikut: Masalah yang dihadapi dalam perundingan termasuk, misalnya: Pemerintah langsung membawa investor dan tidak berunding dulu dengan masyarakat. Masyarakat takut dan malu kepada pemerintah, dan merasa masyarakat tidak bisa melawan. Kurang informasi. Masyarakat tergiur janji-janji muluk dari investor. Masing-masing orang kejar keuntungan jangka pendek Wakil desa berunding, tanpa sepengetahuan masyarakat. Tidak ada jaminan untuk masyarakat dan penegakan perjanjian. Manipulasi. Ada yang mengancam. Menurut peserta lokakarya, informasi yang perlu diketahui sebelum berunding, antara lain, batas-batas desa jelas, sumber daya alam yang menjadi persoalan, kepentingan pihak lainnya, akar masalah (apakah ada pengaruh investor?). Agar hasil perundingan dilaksanakan dengan baik, ingat: Wakil desa bertanggungjawab untuk berunding dulu dengan masyarakat dan melapor kembali kepada mereka. Jangan pakai cara perorangan dan jalan sendiri-sendiri. Cari koordinasi antara wakil. Sebelum wakil ambil keputusan sendiri: - Cari informasi lebih lengkap. - Berunding dengan masyarakat desa sendiri. Dalam perundingan dengan orang lain, jelaskan masalah. Hasil perundingan lebih kuat kalau tertulis dan ada tandatangan dan saksi. Apa jaminan semua pihak akan memenuhi janjinya? Semakin cepat ambil keputusan, semakin besar kemungkinan orang kurang informasi untuk ambil keputusan yang tepat! Kalau ada investor yang mau masuk, sebaiknya ada surat izin, harus ada persetujuan seluruh masyarakat dan harus memenuhi kepentingan dan hakhak masyarakat. Masyarakat punya kekuatan dalam negosiasi dari segi pengetahuan wilayah dan jumlah orang. 3

Bagaimana dialog masyarakat dengan pihak luar? Peserta lokakarya sangat terkesan dengan dialog antara masyarakat dengan pihak luar. Wakil peserta lokakarya menyampaikan secara langsung pertanyaan-pertanyaannya yang telah ditulis di kertas. Kemudian pihak Pemerintah Tingkat II, DPRD, dan BPN menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara bergantian. Materi pertanyaan dan jawaban dibahas dalam sajian khusus. Semua pertanyaan masyarakat diketik dan dikirim kepada Pemda setelah lokakarya selesai. 4

Apa kesan peserta studi banding Kelapa Sawit di Paser, Kaltim? Pak Incau Pei dari Desa Adiu melaporkan kesan dan pengalamannya ketika berkunjung ke Paser melihat perkebunan kelapa sawit. Kemudian Pak Njuk Laing dari Desa Gong Solok menjelaskan perkebunan lada (sahang). Masalahmasalah pokok yang diamati di Paser adalah: Investor membeli tokoh masyarakat. Kebun kelapa sawit membutuhkan lahan luas, 10.000 ha per pabrik. Akibatnya hutan habis, masyarakat sulit mencari kayu dan berburu. Pembeli hanya satu dan harga ditentukan pembeli. Kehidupan masyarakat penggarap kebun kelapa sawit tidak semakmur orang di Malinau karena satu-satunya sumber pendapatan dari kebun kelapa sawit. Kelapa sawit adalah pekerjaan berat dan hasilnya sedikit. Kebun lada menunggu 3 tahun tetapi hasil dan kerja diatur sendiri. Seringkali investor kebun kelapa sawit kemudian juga menguasai lahan, tanah disertifikatkan dan dipegang perusahaan sampai utang lunas. Penggarapan lahan, pupuk dsb diberikan secara kredit yang dikembalikan pada saat panen. Harga sarana produksi dan harga jual ditentukan investor. Kesimpulan utama adalah bahwa jika menerima kehadiran investor agar ada surat bukti yang ditanda tangani kepala desa, camat dan bupati. Berkebun lada lebih baik daripada kelapa sawit, sebab tidak ada monopoli pembeli. Apa yang akan dilakukan setelah lokakarya ini? Masyarakat ingin peta desa selesai dan disahkan dengan segera. Juga mereka mengharapkan peran CIFOR sebagai pendamping akan berlanjut. Kemudian muncul pertanyaan apakah tiap desa mengatur pengesahan petanya secara tersendiri atau saling menunggu untuk pengesahan semua desa sekaligus? Keputusannya adalah untuk menunggu sampai pemetaan semua desa selesai dan disahkan sekaligus. Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa pengesahan peta bisa dilakukan per desa apabila batas wilayah desanya disepakati secara tertulis oleh desa-desa tetangga. Sebaiknya masyarakat sekarang mulai memikirkan rencana pemanfaatan sumber daya alam dan mengatur tata guna lahan wilayah desa. 5

Ada juga usulan agar desa yang belum selesai pemetaan batas wilayahnya secepatnya menyelesaikan permasalahan mereka dengan desa-desa bersangkutan. Masing-masing desa lalu membuat surat berita acara kesepakatan batas wilayah antar desa. Ada permintaan untuk sebarkan kepada masyarakat informasi lebih lengkap tentang kebijakan pemerintah, khususnya tentang pengesahan peta, perubahan dalam Pemda dan otonomi daerah. Peserta bersemangat untuk mengadakan lokakaraya Bangun Rencana III 2001, dengan usul diadakan pada bulan Nopember di Tanjung Nanga. CIFOR ingin mengucapkan terimakasih kepada semua peserta dan semoga sukses dengan kerjasama antara masyarakat di Sungai Malinau! Salam sejahtera Tim ACM Godwin Limberg, Made Sudana, Miriam van Heist, Moira Moeliono, Njau Anau, Tony Djogo, dan Lini Wollenberg Alamat kantor CIFOR: Jalan CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor Barat 16680, Indonesia alamat surat: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, Indonesia tel: +62 (251) 622 622, fax: +62 (251) 622 100, e-mail: cifor@cgiar.org 6