Marlina* Elva Mumtazia**)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN JENIS PENYAKIT TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

TINDAKAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ACEH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

Oleh Marlina *) Hairanisa **) Kata Kunci: Pengetahuan perawat, Pencegahan pneumonia, Tirah baring

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh. Ns. Marlina, M.Kep.,Sp. MB *) Eliyana**)

BAB III METODE PENELITIAN

Idea Nursing Journal Vol. IV No ISSN :

RESPONSE TIME PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RESPONSE TIME NURSE IN EMERGENCY GENERAL INSTALLATION

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA BANDA ACEH

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Gerontik

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kesehatan Kartika 7

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG NUSA INDAH RSUP SANGLAH DENPASAR

DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH

KONSEP DIRI DAN PENERIMAAN PROSES PENUAAN PADA WANITA PRE MENOPAUSE DI RSUDZA BANDA ACEH

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK COMMUNICATION WITH IMPACT OF NURSE HOSPITALISASI IN CHILDREN

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA DEKUBITUS DENGAN DERAJAT DEKUBITUS DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN LABEL TRIASE DENGAN TINDAKAN PERAWAT BERDASARKAN LABEL TRIASE DI IGD RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERILAKU MOBILISASI DINI PADA PASIEN AMI DI RUANG ICU RSUD UNGARAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB III METODE PENELITIAN

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAIONEL ABIDIN

PENYULUHAN PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEGAGALAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012 Marlina* Elva Mumtazia**) ABSTRAK Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang terjadi ketika adanya jaringan lunak yang tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang lama. Dekubitus dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi tirah baring yang lama seperti pasien stroke. Upaya pencegahan dekubitus harus terus dilakukan sejak dini dengan melibatkan seluruh komponen termasuk keluarga. Keluarga yang mempunyai fungsi perawatan kesehatan diharapkan dapat merawat pasien stroke sehingga dapat mencegah terjadinya dekubitus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2012. Jenis penelitian adalah deskriptif korelatif. Desain penelitian cross sectional study melalui pendekatan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien stroke. Pengumpulan data dengan membagi kuisioner yang terdiri dari 27 item pernyataan dalam skala likert dan lembar observasi. Metode analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-square, hasil penelitian tidak ada hubungan antara dukungan keluarga (p-value 1,00) yang terdiri dari dukungan sosial keluarga (p-value: 0,517), dukungan penilaian (p-value 1,00), dukungan tambahan (p-value 1,00) dan dukungan emosional (p-value = 1,00) dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan keluarga agar dapat memberikan dukungan sepenuhnya pada anggota keluarga yang mengalami stroke dalam upaya pencegahan dekubitus. Kata kunci : Stroke, Pencegahan dekubitus,dukungan keluarga Daftar bacaan : 18 buku dan jurnal (2002-2010) SUMMARY Decubitus is local tissue necrosis that occuring when a suppresed soft tissue between the bony external surface in the long term. Dekubitus can occur at patient that taking bedrest in a long time such as patient with stroke. Decubitus should be prevented by involving all component included family. Family is expected to assist the nurse in providing health services in the form of prevention and treatment patients decubitus. The purpose of this research was figuring out the correlation between family support and the prevention of decubitus in patient with stroke at neurological ward in dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh in 2012. This was a descriptive correlative research with cross sectional study research design. Samples were collected by using purposive sampling technique, amounting to 30 patients with stroke and their family. Data were collected by using questionnaire comprising of 27 statement items in the form of likert scale and observation sheet. Data were analyzed with chi-square statistic test. Results of the research showed that there was no correlation between family social support (p-value = 1,00), assessment support (p-value =

1,00), additional support (p-value = 1.00), emotional support (p-value = 1.00), and the prevention of decubitus in patients. It can be concluded that there was no correlation between family support (p-value= 0,517) and the prevention of decubitus in patients with stroke at dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh in 2012. Suggestion for family is be able to give motivation to patient with stroke as prevention of decubitus. Keywords: Stroke, Decubitus, Prevention, Family Support References : 18 books and journals (2000-2010) PENDAHULUAN A. Latar belakang Stroke adalah suatu sindrom defisit neurologis yang terjadi dalam waktu sekurangnya 24 jam yang merupakan akibat dari gangguan sirkulasi ke otak (Simon, Greenberg, & Aminoff, 2009, p.293). Stroke atau cedera serebrospinal merupakan masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan dunia (Smeltzer & Bare, 2001, p.2132). Insiden stroke secara nasional di Amerika Serikat adalah 750.000 jiwa per tahun, dengan 200.000 jiwa merupakan stroke rekuren (berulang). Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru ataupun rekuren adalah 200.000 jiwa (Price & Wilson, 2005, p.1106). Saat ini, angka kejadian stroke di Indonesia pun meningkat tajam melampaui penyakit yang selama ini mendominasi angka kematian terbesar di Indonesia seperti jantung dan kanker. Dr. Hardi Pranata, salah seorang pengurus Klub Pencegahan Stroke (Yastroki) mengatakan bahwa angka kejadian stroke di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki resiko sama dengan Indonesia (Gemari, 2008, p.63). Upaya penyembuhan stroke yang biasanya dilakukan selama ini adalah terapi tirah baring. Permasalahan yang muncul adalah ketika pasien stroke menjalani terapi tirah baring, bisa saja akan menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur, akibatnya adalah sangat rentan terkena dekubitus (Hickey, 2003, p.33). Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi karena adanya penekanan jaringan lunak di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang lama. Pasien yang berbaring atau duduk dalam waktu yang lama akan terjadi perpindahan berat badan ke penonjolan tulang pasien dan menimbulkan tekanan. Tekanan ini akan menyebabkan penurunan suplai darah pada jaringan tubuh sehingga terjadi iskemik. Penurunan aliran darah (iskemik) ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit dan jika tidak tertangani akan mengakibatkan munculnya dekubitus (Potter and Perry, 2005, p.1257). Penelitian Allman, 1989, menyebutkan bahwa angka prevalensi dekubitus yang dilaporkan dari rumah sakit berada di rentang antara 3%-11% (Potter and Perry, 2005, p.1251). Penelitian Evans, et al., memperlihatkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 5% pasien yang dirawat di rumah sakit umum pemerintah mengalami dekubitus selama dalam perawatan. Jika di Amerika yang telah didukung oleh fasilitas kesehatan yang terampil dan profesional, dan tingkat pendidikan masyarakatnya yang tinggi ternyata masih ada pasien yang terkena dekubitus, dapat dipastikan masalah tersebut akan lebih sering lagi dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit umum pemerintah di Indonesia.

Dekubitus merupakan salah satu masalah serius kesehatan keluarga. AHCPR (Agency for Health Care Policy and. Research), 1994, mengemukakan bahwa ketika dekubitus terjadi maka lama perawatan dan biaya perawatan rumah sakit akan meningkat (Potter & Perry, 2005, p.1251). Oleh karena itu, tindakan pencegahan dekubitus harus terus dilakukan sedini mungkin dan secara terus menerus. Keluarga dapat membantu perawat memberikan pelayanan pencegahan dan perawatan dekubitus yang optimal kepada pasien (Surjati, Diharjo, & Haryani, 2005, p.33). Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1998, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007, p.22). Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan yang menunjukkan kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Sudiharto, 2007, p.24). Keluarga mempunyai dukungan yang sangat mempengaruhi kesehatan anggota keluarganya. Dukungan tersebut meliputi dukungan sosial, penilaian, tambahan dan emosional (Friedman, Bowden, & Jones, 2010, p.445). Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh sebagai rumah sakit tipe A terbesar di Provinsi Aceh dan merupakan tempat rujukan pasien gangguan neurologis menunjukkan data bahwa angka kejadian pasien stroke sejak Januari tahun 2010 sampai 18 November 2011 adalah sebanyak 667 pasien. Pasien stroke yang mengalami dekubitus sejak Januari sampai Desember tahun 2010 adalah sebanyak 23 pasien sedangkan pada tahun 2011 sejak Januari sampai 18 November tercatat ada 2 pasien. Keterangan yang didapatkan dari perawat ruangan tersebut bahwa pasien stroke dengan dekubitus yang berada di rumah sakit saat ini merupakan pasien yang sebelumnya menjalani perawatan di rumah, kemudian ketika terjadi dekubitus, baru dibawa ke rumah sakit. Keterangan ini mungkin menunjukkan bahwa keluarga yang merawat pasien stroke di rumah umumnya tidak mengetahui tindakan pencegahan dekubitus, sehingga dukungan yang diberikan kepada pasien stroke tidak maksimal dan menyebabkan kejadian dekubitus masih dapat terjadi di masyarakat. Berdasarkan fenomena ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. B. Rumusan Masalah Kejadian dekubitus pada pasien stroke masih saja terjadi di masyarakat. Sedangkan keluarga mempunyai fungsi dan dukungan yang diyakini sangat membantu dalam pencapaian dan peningkatan kesehatan anggota keluarganya. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. b. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan Pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. c. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan tambahan keluarga dengan Pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2012 tahun 2012. d. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. METODELOGI PENELITIAN Menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencari ada tidaknya korelasi (hubungan) antara 2 (dua) variable, dalam penelitian ini akan di identifikasi hubungan dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu subjek penelitian diobservasi pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010, p. 142). Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke dan keluarganya di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh selama penelitian berlangsung yaitu sejumlah 30 pasien. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang tidak dapat diperhitungkan (Notoatmojo, 2010, p.124). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel penelitian didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoadmodjo, 2002, p.88). Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April sampai 10 Juni 2012. Cara Pengumpulan data

Setelah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, peneliti melakukan pengumpulan data terhadap 30 responden dengan tahap sebagai berikut: a. Peneliti meminta bantuan tiga orang enumerator agar pengumpulan data dapat lebih mudah. Ketiga enumerator tersebut sebelumnya telah diberi latihan dan penjelasan mengenai penelitian dan cara-cara yang harus dilakukan dalam pengumpulan data dari responden. b. Selanjutnya peneliti dan enumerator mendatangi calon responden. Peneliti kemudian memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan menerangkan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada kuesioner, serta data-data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. c. Setelah memberi penjelasan, peneliti meminta kesediaan responden yaitu keluarga pasien untuk menandatangani surat persetujuan responden yang telah disediakan. d. Setelah keluarga pasien menandatangani surat persetujuan, peneliti akan memberikan kuesioner kepada keluarga pasien. e. Peneliti meminta keluarga pasien untuk dapat mengisi kuesioner selanjutnya peneliti mengobservasi kekuatan otot dan keadaan kulit pasien. Kuesioner yang sudah diisi akan diperiksa kelengkapan datanya. Setelah seluruh data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan, selanjutnya peneliti melaporkan kembali pada Bidang Penelitian dan Pengembangan untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari direktur. Analisis Data Menggunakan univariat dan bivariat dengan alasan Analisa bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2002, p.188). Analisa pada penelitian ini menggunakan uji chi-square test yaitu Fisher s Exact Test dengan tabel kontigensi 2 x 2 dan derajat kebebasan (df) =1 serta tingkat kemaknaan ( = 0,05. Pengambilan keputusan ada tidaknya hubungan berdasarkan nilai probabilitas (P-value) yang dibandingkan dengan nilai tingkat kemaknaan. Apabila P-value lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, sedangkan jika P-value lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak (Arifin, 2009 & Hastono 2007, p.339 & p. 57). HASIL PENELITIAN Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf di Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Analisa dilakukan berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 sampai dengan 5.7 dengan cara memasukkan hasil kategori-kategori responden ke dalam tabel contingency 2x2 melalui komputerisasi serta menggunakan derajat tingkat kemaknaan 95% atau nilai α = 0,05. Keputusan statistik diambil berdasarkan P-value. Jika P-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan jika P-value 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil analisa statistik dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 1 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum

Dukungan Sosial Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 (n=30) Pencegahan dekubitus Tidak F % F % F % Total α P-value Baik 8 28,6 1 50 9 30 Kurang 20 71,4 1 50 21 70 Jumlah 28 100 2 100 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah 2012) 0,05 0,517 Berdasarkan pada tabel. 1 dapat diketahui bahwa terdapat 8 responden mendapatkan dukungan sosial keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Melalui uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p-value = 0,517. Berarti p- value > 0,05 sehingga hipotesa null (H 0 ) diterima dan H a ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. Tabel. 2 Hubungan Dukungan Penilaian Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 ( n=30) Pencegahan dekubitus Dukungan penilaian Tidak F % F % F % Total Α P-value Baik 15 53,6 1 50 16 53,3 Kurang 13 46,4 1 50 14 46,7 Jumlah 29 100 2 100 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah 2012) 0,05 1,00 Berdasarkan pada tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 15 responden yang mendapatkan dukungan penilaian keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan penilaian keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Melalui uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p-value = 1,00. Berarti p-value > 0,05 sehingga hipotesa null (H 0 ) diterima dan H a ditolak. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. Tabel.3 Hubungan Dukungan Tambahan Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus

Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 ( n=30) Pencegahan dekubitus Dukungan Tidak Tambahan Total Α P-value F % F % F % Baik 14 50 1 50 15 50 Kurang 14 50 1 50 15 50 Jumlah 28 100 1 100 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah 2012) 0,05 1,00 Berdasarkan pada table. 3 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 14 responden yang mendapatkan dukungan tambahan keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan tambahan keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Melalui uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p-value = 1 Berarti p-value > 0,05, sehingga hipotesa null (H 0 ) diterima dan H a ditolak yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan tambahan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. Tabel. 4 Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 ( n=30) Pencegahan dekubitus Dukungan Emosional Tidak F % F % F % Total Α P-value Baik 15 53,6 1 50 16 53,3 Kurang 13 46,4 1 50 14 46,7 Jumlah 28 100 2 100 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah 2012) 0,05 1,00 Berdasarkan pada tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 15 responden yang mendapatkan dukungan emosional keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan emosional keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Melalui uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p- value = 1 (Lampiran 18). Berarti p-value > 0,05 sehingga hipotesa null (H 0 ) diterima dan H a ditolak yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. Tabel.5 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Dekubitus Pada

Pasien Stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 ( n=30) Pencegahan dekubitus Dukungan Keluarga Tidak F % F % F % Total Α P-value Baik 12 42,9 1 50 13 43,3 Kurang 16 57,1 1 50 17 56,7 Jumlah 28 100 1 100 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah 2012) 0,05 1,00 Berdasarkan pada table. 5 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 12 responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Melalui uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p-value = 1,00 (Lampiran 18). Berarti p-value > 0,05 sehingga hipotesa null (H 0 ) diterima dan H a ditolak yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruang rawat saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. DISKUSI 1) Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 Ada 20 pasien kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga dan tidak dekubitus, sedangkan 1 pasien juga kurang mendapatkandukungan sosial keluarga dan terjadi dekubitus. Hasil analisa Fisher s Exact Test, diperoleh nilai P-value = 0,517 atau dengan kata lain P-value > α, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H 0 ) diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Penatalaksanaan penyakit membutuhkan kerjasama antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien dan keluarga perlu memahami mengenai penyakit yang dialami pasien. Menurut Zaidin Ali (2006, p.18), ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan anggotanya. Keluarga akan mencari informasi mengenai kesembuhan dan kesehatan anggota keluarganya dari berbagai sumber. Informasi yang adekuat dapat menjadi acuan dalam melakukan perawatan pasien Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Hal ini disebabkan karena pasien berada di rumah sakit yang memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan yang cukup. Keluarga menyatakan bahwa selama berada di rumah sakit, tenaga kesehatan seperti

perawat memberikan informasi kesehatan kepada keluarga namun tidak menyebutkan secara spesifik bahwa informasi tersebut mengenai pencegahan dekubitus. Informasi yang diberikan oleh perawat sebagian besar mencakup pencegahan dekubitus, seperti membalikkan tubuh pasien secara berkala yang bertujuan untuk memperlancar aliran darah pada tubuh pasien sehingga walaupun keluarga kurang aktif dalam mencari informasi kesehatan, kejadian dekubitus dapat dicegah dengan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan. 2) Hubungan Dukungan Penilaian Keluarga dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 Ddiketahui bahwa terdapat 15 responden yang mendapatkan dukungan penilaian keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan penilaian keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Hasil analisa melalui Fisher s Exact Test, diperoleh nilai P-value = 1,00 atau dengan kata lain P-value > α. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H 0 ) diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Dukungan penilaian keluarga meliputi upaya keluarga yang bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota keluarganya (Friedman, Bowden & Jones (2010, p.446). Pada penelitian ini, dukungan penilaian yang diharapkan dilakukan oleh keluarga adalah keluarga menghargai pasien dengan meminta persetujuannya terlebih dahulu untuk mengubah posisinya, keluarga memperhatikan pasien setiap saat, keluarga tidak membiarkan pasien berbaring lebih dari 4 jam, dan keluarga menanyakan kesulitan yang dialami pasien. Pada pasien stroke umumnya akan terjadi kesulitan dalam pengucapan kalimat yang berhubungan dengan cedera saraf sehingga pasien tidak bisa mengungkapan kesulitannya kepada keluarga. Dengan memperhatikan keadaan pasien setiap saat, maka keluarga dapat mengetahui kesulitan yang dialami pasien walaupun pasien tidak memberitahukannya. Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh menyebutkan bahwa 60% keluarga menyatakan selalu memperhatikan keadaan pasien. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Hal ini terjadi karena nilai kekuatan otot pasien yang memungkinkan pasien untuk aktif menggerakkan badannya. Sebagian besar pasien mampu untuk bergerak sendiri dan tidak perlu diminta persetujuan oleh keluarga terlebih dahulu untuk bergerak dan membalikkan tubuhnya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa walaupun keluarga selalu memperhatikan keadaan pasien setiap saat tidak mempengaruhi terhadap efektivitas pencegahan dekubitus karena pasien dapat melakukan salah satu upaya pencegahan dekubitus secara mandiri (sedikit dibantu oleh keluarga) yaitu menggerakkan tubuh ke kiri dan ke kanan secara aktif. 3) Hubungan Dukungan Tambahan Keluarga dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 Diketahui bahwa terdapat 14 responden yang mendapatkan dukungan tambahan keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan tambahan keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Hasil analisa melalui Fisher s Exact Test, diperoleh nilai P-value = 1,00 atau dengan kata lain P-value > α. Maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesa null (H 0 ) diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan tambahan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Dukungan tambahan keluarga merupakan bentuk dukungan yang didapatkan dari keluarga yang menjadi sumber pertolongan praktis dan konkret bagi pasien (Friedman, Bowden & Jones (2010, p.446). Keluarga dapat membantu dalam upaya pencegahan dekubitus seperti perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal; pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan yang meliputi pemberian posisi, penggunaan tempat tidur dan kasur teurapetik; dan pendidikan (Potter & Perry, 2005, p.1273). Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Surjati Diharjo dan rekannya (2005) di Rumah Sakit Umum Pemerintah dr. Sardjito Jogjakarta. Hasil yang diperoleh yaitu dukungan tambahan yang diberikan keluarga adalah sangat baik. Dari 25 responden yang diteliti, terdapat 13 responden dengan nilai 75% yang dikategorikan sangat baik dalam memberikan dukungan tambahan kepada pasien stroke dalam upaya pencegahan dekubitus. Bertolak dengan penelitian terkait di atas, perolehan hasil penelitian yang melibatkan 30 responden di Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 menunjukkan bahwa hanya 50% yang memberikan dukungan tambahan yang baik kepada pasien stroke. Hasil ini berimbang dengan jumlah pasien yang kurang mendapat dukungan tambahan sehingga tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketergantungan dan kekuatan otot pasien stroke. Aktivitas sehari-hari masih dapat dikerjakan oleh pasien walaupun hanya sedikit. Demikian halnya kekuatan otot yang dimiliki oleh pasien. 66,7% pasien memiliki nilai 5 pada kekuatan otot tangan kiri. Pada tangan kanan, 46,7% pasien memiliki nilai kekuatan otot 5, selebihnya pasien memiliki nilai kekuatan otot 4 (23,3%). Pada kaki kiri, terdapat 50% pasien memiliki nilai 5 pada kekuatan otot. Sedangkan pada kaki kanan, terapat 33,3% memiliki nilai 5 pada kekuatan otot. Menurut Djohan (2006), kekuatan otot dapat mempengaruhi pergerakan pasien. Kekuatan otot yang normal meliputi kontraksi otot yang membuat tubuh dapat bergerak melawan gravitasi. Pada pasien dengan kerusakan otak yang bermakna, kekuatan otot akan menjadi sangat lemah sehingga menyebabkan pergerakan sangat terbatas. Smeltzer & Bare (2001, p.406) menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya dekubitus adalah immobilisasi (pasien tidak bergerak). Bila pasien tidak aktif bergerak, jaringan kulit dan subkutan mengalami penekanan oleh benda dimana pasien beristirahat, seperti kasur, tempat duduk atau traksi. Immobilitas yang lama menjadi penyebab terjadinya dekubitus. Pada penelitian ini, sebagian besar keluarga pasien menyatakan bahwa pasien aktif untuk merubah posisinya sendiri dan keluarga hanya sedikit membantu sehingga walaupun dukungan tambahan belum maksimal diberikan oleh keluarga, dekubitus dapat dicegah dengan mobilisasi pasien yang aktif. 4) Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 Diketahui bahwa terdapat 15 responden yang mendapatkan dukungan emosional keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan emosional keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Hasil analisa melalui Fisher s Exact Test, diperoleh nilai p-value = 1,00 atau dengan kata lain P > α. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H 0 ) diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara

dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Smeltzer & Bare (2001, p.145) menyatakan bahwa adanya penyakit dapat menimbulkan berbagai perasaan pada pasien. Beberapa reaksi emosional yang biasanya dialami pasien adalah ansitas, kemarahan, rasa bersalah, dan hilang harapan (Smeltzer & Bare, 2001, p.145). Dukungan emosional yang diberikan keluarga sangat penting bagi pasien. Dukungan emosional pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan rasa aman (Maurice, 2007, p.94). Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan penyakit dekubitus pada pasien stroke. Hal ini dapat disebabkan oleh adaptasi pasien yang baik terhadap stressor. Potter & Perry (2005, p.477) menyebutkan bahwa salah satu satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk menghadapi stress adalah pengalaman seseorang dengan stressor serupa atau penilaian pasien terhadap penyakit. Penilaian pasien terhadap penyakit mempengaruhi sikap dan harapan yang erat kaitannya dengan spiritualitas pasien. Penilaian pasien terhadap penyakit yang dialami bisa saja dipandang sebagai hukuman dari Tuhan sehingga pasien menyalahkan diri terus menerus dan sulit mempunyai harapan untuk sembuh. Sebaliknya, pasien yang tidak memandang demikian akan memiliki harapan hidup lebih tinggi. Pada penelitian ini, sebagian besar keluarga pasien menyebutkan bahwa pasien jarang mengeluh mengenai penyakit yang dialami. Pasien terlihat tabah dengan penyakit yang dialami. Hasil wawancara dan pengamatan terhadap keluarga menyatakan bahwa seluruh pasien yang menjadi sampel adalah beragama Islam. Sebagian besar orang yang beragama Islam mempercayai bahwa penyakit yang dialami oleh seseorang merupakan cobaan untuk melatih kesabaran dan menghapus dosa sehingga dapat membuat seseorang tabah dengan kondisi yang dialaminya. Dengan demikian, walaupun tidak terdapat hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus, dekubitus dapat dicegah dengan adaptasi dan penilaian pasien yang baik terhadap penyakit. 5) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 Diketahui bahwa terdapat 12 responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan tidak terjadi dekubitus, 1 responden mendapat dukungan keluarga yang baik dan terjadi dekubitus. Hasil analisa chi square test, diperoleh nilai P-value = 1,00 atau dengan kata lain P-value > α. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H 0 ) diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Hutapea (2004) yang melihat pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat anti tuberculosis pada pasien TB didapatkan bahwa keluarga sangat berperan dalam meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur. Keluarga memiliki beberapa fungsi. Diantaranya adalah fungsi pemenuhan kesehatan yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga (Suprajitno, 2003, p.14). Berdasarkan penelitian terkait yang telah disebutkan di atas dan didukung dengan konsep keluarga, seharusnya terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke, namun hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012

menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke. Hal ini disebabkan karena tidak efektifnya komponen dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien yang meliputi dukungan sosial, penilaian, tambahan dan emosional, ditunjang dengan tingkat ketergantungan parsial dan kekuatan otot yang umumnya baik yang dimiliki oleh pasien dapat mempengaruhi dukungan yang diberikan oleh keluarga. Tersampainya informasi kesehatan ditunjang dengan perawatan yang baik oleh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut dapat mempengaruhi sikap keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 3. Tidak terdapat hubungan antara dukungan penilaian keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 4. Tidak terdapat hubungan antara dukungan tambahan keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 5. Tidak terdapat hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Saran 1. Bagi Perawat Ruang Rawat Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda aceh agar lebih meningkatkan pendidikan kesehatan kepada pasien stroke dan keluarganya mengenai dekubitus dan pencegahannya. 2. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat lebih memberikan dukungan kepada pasien stroke dalam upaya pencegahan dekubitus, baik ketika berada di rumah sakit maupun di rumah. KEPUSTAKAAN Arifin, J. (2009). Mengungkap Kedahsyatan 205 Fungsi Terapan Microsoft Office Excell. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Galangpress Friedman, Bowden & Jones. (2002). Buku Ajar keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Edisi 5. Jakarta: ECG

Gemari. (2008). Stroke di Indonesia Tambah Besar (Edisi 94). Dalam (http://www.gemari.or.id/file/edisi94/gemari9433.pdf, diunggah pada 12 November 2011) Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Hickey, J.V. (2003). The Clinical Practice Of Neurological and Neurosurgical Nursing. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins Hutapea, T.P. (2004). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis. Dalam (http://jurnalrespirologi.org/jurnal/april09/dukungan%20keluarga.pdf, diunggah pada 29 Juni 2012) Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Cipta (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses (Volume 1. Edisi 4). Jakarta: EGC dan Praktik (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Volume 2, Edisi 4). Jakarta: EGC Price & Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit (Volume 2, Edisi 6). Jakarta: EGC Simon, P,. Greenberg, A,. & Aminoff, J. (2009). Clinical Neurology (7th edition). Hill Companies, Inc. Mc Graw Smeltzer, S.C,. & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Volume 1). Jakarta: EGC (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Volume 3). Jakarta: EGC Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:EGC Surjati, Diharjo, & Haryani. (2005). Keterlibatan Keluarga Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Defisit Neurologis. (http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataid=8684, diunggah pada 12 November 2011)