BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL STRATEGI PENEMPATAN POSISI PEMAIN DALAM FORMASI BOLA BASKET MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Analytic Hierarchy Process

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Pengertian Metode AHP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

PENERAPAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH SUPPLIER Rudin Himu 1, Arip Mulyanto 2, Dian Novian 3 S1 Sistem Informasi /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

Analytic Hierarchy Process

Sistem Pendukung Keputusan Pembiayaan Mitra Madani Metode Analytycal Hierarchy Process (AHP) Pt. BPR Syariah Artha Madani Bekasi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH SISWA BERPRESTASI DI SMK AL BASYARI SENDANGAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS(AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permainan Bola Basket Bola basket adalah salah satu olahraga yang terkenal/populer didunia. Penggemarnya dari segala usia merasakkan permaian bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Keterampilanketerampilan perseorangan seperti tembakan, umpan drible, dan rebound, serta kerja sama tim untuk menyerang atau bertahan, adalah prasyarat agar berhasil dalam memainkan olahraga ini. Bola basket dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari 5 pemain. Setiap regu berusaha memasukan bola ke dalam keranjang lawan dan berusaha mencegah lawan untuk memasukan bola atau mencetak angka dengan cara bola dioper, dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan segala arah sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Dalam pembinaan prestasi bola basket agar tercipta prestasi yang optimal, maka perlu pembinaan seutuhnya dari olahraga bola basket. Prestasi terbaik hanya akan dicapai bila pembinaan dapat dilaksanakan dan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya, mencakup : 1) Kepribadian Atlet Istilah kepribadian atlet dalam bentuk pelaksaan operasional ini adalah sejumlah ciri unik dari seorang atlet. Untuk dapat berprestasi dalam olahraga dibutuhkan sifat-sifat tertentu yang sesuai dengan tuntutan cabangnya, yaitu: sikap positif melaksakan latihan, loyal terhadap kepemimpinan, rendah hati, semangat bersaing dan berprestasi. 2) Kondisi Fisik Pembinaan kondisi fisik tertuju pada komponen kemampuan fisik yang dominan untuk mencapai prestasi. Pada cabang olahraga basket komponen kondisi fisik adalah kekuatan, power, daya tahan, koordinasi dan kecepatan. Berkaitan dengan kemampuan fisik, diperlukan derajat kebugaran jasmani yang serasi dengan

tuntutan kerja bagi seseorang mencakup kebugaran bertalian dengan kesehatan dan kebugaran bertalian dengan prestasi. 3) Keterampilan Teknik Pembinaan keterampilan teknik tertuju pada penguasaan teknik yang rasional dan ekonomis dalam suatu cabang olahraga. Bila kekuatan, stamina dan kecepatan sudah berkembang, maka atlet dapat mengalami peningkatan teknik. Persoalan penting bagaimana memadukan kemampuan fisik untuk mendukung keterampilan. 4) Keterampilan Taktis Latihan taktik tertuju pada peningkatan keterampilan taktis. Untuk itu atlet harus dapat memanfaatkan kondisi fisik, keterampilan dan kondisi psikologis guna merespon kekuatan atau kelemahan lawannya secara efektif. Selain itu agar ia mampu beradaptasi dengan situasi kompetisi secara keseluruhan. 5) Kemampuan Mental Latihan mental tertuju ada kemampuan mental, karena ditaksir sekitar 90-95% variasi prestasi sebagai pengaruh kemampuan mental. Pembinaan mental dimaksudkan agar atlet mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat, atlet mampu mengurangi stress mental, atau mengatasi stress mental dari beban latihan yang berat dan atlet memiliki stabilitas emosi yang tangguh [HAP13]. Teknik dasar bola basket adalah penguasaan ketrampilan gerak di dalam olahraga bolabasket yang merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal.dalam penelitian ini teknik dasar bola basket yang akan dimaksud adalah teknik dasar passing, dribble, dan shooting. 2.2 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal 1970-an oleh Michael Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan

pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif. Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System). Tujuannya adalah untuk membantu pengambilan keputusan memilih berbagai alteratif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model menggunakan model-model pengambilan keputusan. Lima karakteristik utama SPK adalah sitem yang berbasis komputer, dipergunakan untuk mengambil keputusan, untuk memecahkan masalah-masalah yang rumit yang tidak dapat digunakan dengan kakulasi manual, melalui cara simulasi yang interaktif, komponen utamanya data dan model analisis. 2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur ke dalam kelompoknya, mengatur kelompokkelompok tersebut kedalam suatu susunan hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesis ditentukan elemen yang mempunyai prioritas tertinggi. Metode AHP menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki yang melakukan pengukuran untuk menemukan skala rasio perbandingan berpasangan, baik untuk data diskrit maupun berkelanjutan. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatn perasaan dan prefrensi relatif si pengambil keputusan. A. Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian

dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut [NAS09]. B. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut: 1. Decomposition (membuat hirarki) Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami. 2. Comparative judgement (penilaian kriteria dan alternatif) Kriteria dan alternatf dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan 3. Synthesis of priority (menentukan prioritas) Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi) maupun secara tidak langsung (kuisioner).

4. Logical consistency (konsistensi logis) Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu C. Prosedur Analytical Hierarchy Process Menurut Kusrini, 2007 (dikutip oleh Manurung, 2010) secara umum langkahlangkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan ntuk memperoleh normalisasi matriks. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya di sebut maks. 5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:... (1) Di mana n = banyaknya elemen. 6. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus:... (2) Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali. Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) Ukuran matriks Nilai IR 1 0.00 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57

15 1.59 D. Langkah-Langkah dalam Metode AHP Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi yaitu menetapkan tujuan, kriteria, dan alternatif. 2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan antar elemen dan membandingkannya. b. Cara membandingkannya yaitu dengan mengisi matriks perbandingan 3. Sintesis menggunakan bilangan untuk membedakan tingkat kepentingan dari suatu elemen terhadap elemen lain. Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhanprioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : a. Menjumlahkan semua nilai dari setiap kolom pada matriks b. Membagi nilai dari kolom dengan total nilai kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. c. Lalu dari hasil normalisasi matriks, dicari nilai rata-rata dari setiap baris. Hasilnya disebut eigen vector yang dinormalkan. 4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, perlu mengetahui seberapa baik konsistensi pertimbangan yang ada untuk menghindari hasil keputusan dengan tingkat konsistensi yang rendah. Oleh karena itu hal-hal yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kekonsistensian adalah : a. Kalikan total nilai pada kolom pertama dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris pertama, kalikan total nilai pada kolom kedua dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris kedua, kalikan total nilai pada kolom ketiga dengan eigen vector yang dinormalkan pada baris ketiga dan seterusnya hingga selesai. b. Jumlahkan hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan nilai eigen maksimum.

c. Hitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI), dengan rumus :... (3) Keterangan : CI = Rasio penyimpangan konsistensi. λmax = nilai eigen maksimum. n = banyaknya elemen. d. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR), dengan rumus :... (4) Keterangan : CR= Consistency Ratio RI = nilai Random Index Nilai Random Index dapat dilihat seperti pada Tabel 2 Tabel 3. Random Index n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 n 11 12 13 14 15 RI 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 5. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai CR lebih dari 0,100 maka penilaian data judgment harusdiperbaiki. Namun jika nilai CR kurang atau sama dengan 0,100 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan konsisten. 6. Mencari total rangking. Langkah terakhir adalah menghitung total rangking dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai eigen vector tiap kriteria dengan nilai eigen vector alternatif pada kriteria yang sama, sehingga diperoleh alternatif terbaik Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP dapat dijelaskan seperti pada Gambar 1.

Mulai Definisikan masalah Menentukan prioritas kriteria Sintesis Konsisten? Tidak ya Menentukan prioritas alternatif dari masing-masing kriteria Sintesis Konsisten? Tidak ya Total nilai Selesai Gambar 1. Langkah-langkah dalam Metode AHP Contoh 1. - Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. Tujuan: Menentukan murid terbaik. Kriteria : dribling, shooting, dan passing. Alternatif : David,Vito,dan Timmy. - Menentukan prioritas elemen semua kriteria, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria Kriteria Dribling Shooting Passing Dribling 1 2 4 Shooting 1:2 1 3 Passing 1:4 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang disederhanakan Kriteria Dribbling Shooting Passing Dribbling 1,000 2,000 4,000 Shooting 0,500 1,000 3,000 Passing 0,250 0,333 1,000 1,750 3,333 8,000 Tabel 6. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang dinormalkan Kriteria Dribbling Shooting Passing Eigen Vector Dribbling 0,571 0,600 0,500 0,557 Shooting 0,286 0,300 0,375 0,320 Passing 0,143 0,100 0,125 0,123 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = (1,750 x 0,557) + (3,333 x 0,320) + (8,000 x 0,123) = 3,023 Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh :

Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Menentukan prioritas elemen untuk kriteria kepribadian, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling Dribling David Vito Timmy David 1 4 3 Vito 1:4 1 1:2 Timmy 1:3 2 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang disederhanakan Dribling David Vito Timmy David 1,000 4,000 3,000 Vito 0,250 1,000 0,500 Timmy 0,333 2,000 1,000 1,583 7,000 4,500

Tabel 9. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Dribling yang dinormalkan Dribling David Vito Timmy Eigen Vector David 0,632 0,571 0,667 0,623 Vito 0,158 0,143 0,111 0,137 Timmy 0,210 0,286 0,222 0,239 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = (1,583 x 0,623) + (7,000 x 0,137) + (4,500 x 0,239) = 3,025 Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten.

- Menentukan prioritas elemen untuk kriteria nilai akademik, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting Shooting David Vito Timmy David 1 1:2 2 Vito 2 1 3 Timmy 1:2 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria yang Shooting disederhanakan Shooting David Vito Timmy David 1,000 0,500 2,000 Vito 2,000 1,000 3,000 Timmy 0,500 0,333 1,000 3,500 1,833 6,000 Tabel 12. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Shooting yang dinormalkan Shooting David Vito Timmy Eigen Vector David 0,286 0,273 0,333 0,297 Vito 0,571 0,546 0,500 0,539 Timmy 0,143 0,182 0,167 0,164 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = (3,500 x 0,297) + (1,833 x 0,539) + (6,000 x 0,164) = 3,011

Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Menentukan prioritas elemen untuk kriteria Passing, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing Passing David Vito Timmy David 1 1:3 2 Vito 3 1 3 Timmy 1:2 1:3 1 - Semua hasil perbandingan berpasangan disintesis, sehingga diperoleh matriks seperti pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang disederhanakan Passing David Vito Timmy David 1,000 0,333 2,000 Vito 3,000 1,000 3,000

Timmy 0,500 0,333 1,000 4,500 1,666 6,000 Tabel 15. Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Passing yang dinormalkan Passing David Vito Timmy Eigen Vector David 0,222 0,200 0,333 0,252 Vito 0,667 0,600 0,500 0,589 Timmy 0,111 0,200 0,167 0,159 - Mengukur konsistensi Nilai eigen maksimum = (4,500 x 0,252) + (1,666 x 0,589) + (6,000 x 0,159) = 3,070 Karena matriks berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kriteria), nilai Indeks Konsistensi yang diperoleh : Untuk n = 3, RI = 0,58 (Tabel 2. Random Index), maka : - Memeriksa konsistensi hirarki. Karena nilai CR kurang dari 0,100 maka hasil perhitungan dinyatakan konsisten. - Mencari total rangking David = (0,557 x 0,623) + (0,320 x 0,297) + (0,123 x 0,252) = 0,473 Vito= (0,557 x 0,137) + (0,320 x 0,539) + (0,123 x 0,589)

= 0,321 Timmy = (0,557 x 0,239) + (0,320 x 0,164) + (0,123 x 0,159) = 0,205 Penilaian terbesar adalah David, sehingga David adalah pemain terbaik. Hasil tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Total Hasil Rangking Overall Composite Weight David Vito Timmy Dribbling 0,557 0,623 0,137 0,239 Shooting 0,320 0,297 0,539 0,164 Passing 0,123 0,252 0,589 0,159 Composite Weight 0,473 0,321 0,205 2.4 Metode Profile Matching Penelitian ini menggunakan metode Profile Matching, Profile Matching merupakan suatu metode penelitianyang dapat digunakan pada sistem pendukungkeputusan, proses penilaian kompetensi dilakukandengan membandingkan antara satu profil nilai (nilaikebutuhan kompetensi) dengan beberapa profil nilaikompetensi lainnya, sehingga dapat diketahui hasil dariselisih kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan, selisihdari kompetensi disebut gap, dimana gap yang semakinkecil memiliki nilai yang semakin tinggi. Profile Matching adalah sebuah mekanismepengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwaterdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harusdimiliki oleh pelamar, bukannya tingkat minimal yangharus dipenuhi atau dilewati. Langkah-langkah pada metode Profile Matching yaitu : 1. Menentukan variabel variabel pemetaan Gap kompetensi menentukan aspekatspek yang akan digunakan dalam memproses nilai karyawan. 2. Menghiung hasil pemetaan Gap kompetensi yang dimaksud dengan Gap disini adalah beda antara profil karyawan dengan profil standar yang diharapkan. Dapat ditunjukkan dengan rumus dibawah ini: r... (5)

Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor. Core factor (faktor utama) merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol/paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor dibutuhkan rumus :... (6) NCF = nilai rata-rata core factor NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek IC = Jumlah item core factor Secondary factor (factor pendukung) adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus:... (7) NSF = nilai rata-rata secondary factor NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek IS = Jumlah item secondary factor Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek. Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya dihitung nilai total berdasarkan presentasi dari nilai core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Untuk dapat menghitung nilai total tersebut dapat digunakan rumus : NAK = 60% (NRC) + 40% (NRS)... (8) N = Nilai total tiap aspek NRC = Nilai Core factor NRS = Nilai Secondary factor