KAJIAN KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT WILAYAH KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah

SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Topik A1 - Lahan gambut di Indonesia di Indonesia (istilah/definisi, klasifikasi, luasan, penyebaran dan pemutakhiran data spasial lahan gambut

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PP 57/2016

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

Overlay. Scoring. Classification

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

III. BAHAN DAN METODE

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN PESISIR TIMUR PROVINSI LAMPUNG

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

3. Kualitas Lahan & Kriteria Pengembangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PENGERTIAN HIDROLOGI

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Pendugaan Emisi CO 2 sebagai Gas Rumah Kaca akibat Kebakaran Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Kalimantan Tengah, Tahun

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

III. BAHAN DAN METODE

MG XV METODE DAN TOOLS DALAM PENGELOLAAN LANSKAP

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP ENDAPAN PADA ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DI PALANGKA RAYA

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Kajian Kesatuan Hidrologis Gambut Wilayah Kalimantan Tengah... (Suwarno, et al.) KAJIAN KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT WILAYAH KALIMANTAN TENGAH (Study of Peat Hydrological Unity at Central Kalimantan Area) Yatin Suwarno, Nugroho Purwono, A.B Suriadi, M.A dan Irmadi Nahib Badan Informasi Geospasial Jln. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong - Jawa Barat, Indonesia E-mail: yatinsuwarno@yahoo.com ABSTRAK Gambut sebagai ekosistem berperan untuk penyimpan karbon, penyimpan dan pelepas air, serta dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya untuk pertanian, kehutanan, dan energi (Alamprabu, 2013). Lahan gambut mempunyai banyak fungsi, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi fungsi pengaturan dan fungsi produksi. Salah satu fungsi pengaturan lahan gambut adalah sebagai penyangga penting bagi sistem hidrologi. Tujuan penelitian untuk mendapatkan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut 1:250.000, dan hasil overlay antara peta KHG dengan peta-peta tematik. Metode pemetaan KHG adalah overlay antara Peta Ekosistem Gambut dengan Peta Jaringan Sungai. Metode kajian KHG adalah overlay antara Peta KHG dengan Peta penggunaan Lahan, Peta Kawasan Hutan, dan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru. Hasil pemetaan diperoleh sebanyak 18 KHG, KHG 13 paling luas (3.028,62Ha), berada di Kota Palangkaraya dan Kabupaten Katingan, merupakan Taman Nasional Sebangau. Kajian KHG terhadap penggunaan lahan menunjukkan bahwa, 30,12% wilayah KHG merupakan lahan budidaya, sedangkan 69,88% merupakan lahan non budidaya.kajian KHG terhadap Kawasan Hutan yaitu, 49,03% merupakan Kawasan Lindung, sedangkan 50,97% merupakan kawasan bukan lindung.kajian KHG terhadap PIPPIB, hanya 30,54% kawasan KHG masuk dalam moratorium gambut, seluas 69,46% masuk dalam moratorium kawasan. Katakunci: Kesatuan Hidrologis Gambut, Wilayah Kalimantan Tengah ABSTRACT Peat as an ecosystem role for carbon storage, storage and release of water, and can be used as a resource for agriculture, forestry, and energy. Peatlands have many functions can be broadly grouped into the regulatory function and the production function. One of the regulatory function as a buffer peatlands is critical for the hydrological system. The aim of research to get the Map of Peat Hydrological Unity (PHU), and the result of overly between PHU maps with thematic maps. PHU mapping method is the overlay between Peat Ecosystem Map with River Network Map. PHU assessment method is overlayphu Map with land use map, map of Forest Areas and the Map of Indicative New Permit Delays (INPD). Mapping results obtained as much as 18 PHU, the most comprehensive PHU 13 (3.028,62Ha), located in the city of Palangkaraya and Katingan, in the Sebangau National Park area. PHU study on land use showed that, 30.12% of the PHU are cultivated lands, while 69.88% are non-cultivation. PHU against Forest Area Assessment ie, 49.03% is Protected Area, while 50.97% is not a protected area. PHU against INPD study, only 30.54% of the area included in the PHU peat moratorium, covering 69.46% included in the moratorium area. Keywords: Peat Hydrological Unity, Central Kalimantan Area PENDAHULUAN Gambut sebagai ekosistem berperan untuk penyimpan karbon, penyimpan dan pelepas air, serta dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya untuk pertanian, kehutanan, dan energi. Lahan gambut mempunyai banyak fungsi, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi fungsi pengaturan dan fungsi produksi/ekonomi (Agus F. dan Made Subiksa, 2008). Salah satu fungsi pengaturan lahan gambut adalah sebagai penyangga penting bagi sistem hidrologi (Klove, 2008). Gambut dapat mengandung lebih dari 90 % air dari satuan volume sehingga berperan sebagai penyimpan air, terutama pada gambut yang tebal dan mempunyai kubah. Kubah gambut berperan ganda sebagai penyimpan air dan penyalur air kesekitar kaki kubah sampai ke sungai bilamana terjadi penurunan muka air di musim kemarau. Peran fungsi hidrologi ini terutama terdapat pada lahan dengan tipe luapan C dan D. Sedangkan pada lahan 233

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 233-242 tipe luapan A dan B peran ayunan pasang surut air laut lebih dominan. Hanya saja tipologi luapan juga ditentukan oleh musim, lahan pada tipologi luapan B di musim hujan dapat menjadi lahan tipologi luapan C di musim kemarau. Dengan demikian, untuk kepentingan pengelolaan ekosistem gambut tipologi luapan seharusnya ditentukan pada musim kemarau (Setiadi, 2012). Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas dan menjadi negara ke-empat dengan lahan gambut terbesar dii dunia setelah Kanada, Rusia, dan USA. Diperkirakan sekitar 26 juta ha atau sekitar 50% lahan gambut dunia tersebar di Indonesia, yang sebagian besar tersebar di Pulau Sumatera sekitar 8,9 juta Ha, Pulau Kalimantan sekitar 6,3 juta Ha dan Pulau Papua sekitar 10,9 juta Ha (Dewan Nasional Perubahan Iklim, 2013). Kawasan bergambut di Indonesia yang juga merupakan bagian integral dari potensi sumber daya alam (SDA) merupakan salah satu fokus utama perhatian dari berbagai kalangan, baik pemerintah sebagai penentu kebijakan, para praktisi dan dunia usaha, masyarakat maupun kalangan akademisi, dengan sudut pandang dan orientasi yang berbeda-beda. Secara nasional, gambut terluas terdapat di Pulau Sumatera (43%), disusul Kalimantan (32%), dan kemudian Papua (25%). Kalimantan Tengah memiliki luas gambut 2, 66 juta Ha, terluas untuk seluruh wilayah Pulau Kalimantan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut, dan hasil overlay antara peta KHG dengan peta-peta tematik. METODE Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: Data utama, yaitu Peta Administrasi, Peta Ekosistem Gambut skala 1:250.000, dan Peta Jaringan Sungai skala 1:50.000 Data penunjang untuk koreksi/verifikasi Peta Ekosistem Gambut, yaitu Peta Indikasi Sebaran Rawa, Peta Geologi Kuarter, Peta Digital Elevation Model resolusi 30 m. Data untuk analisis KHG, yaitu Peta Penggunaan Lahan, Peta Kawasan Hutan, Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (PIPPIB) revisi 6, dan Peta Indikasi Ketebalan Gambut, semuanya pada skala 1:250.000. Adapun peralatan yang digunakan adalah hardware dan software standar untuk GIS, antara lain ArcView, Arc GIS, dll. Metode Verifikasi Ekosistem Gambut Peta Ekosistem Gambut wilayah Kalimantan Tengah telah dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Peta tersebut sebelum digunakan dilakukan verifikasi, terutama pengecekan batas-batas ekosistem, dengan menggunakan bantuan Peta Sebaran Rawa, Peta Geologi Kuarter, dan Peta Digital Elevation Model (DEM). Metode Pemetaan KHG Metode pemetaan KHG adalah overlay antara Peta Ekosistem Gambut dengan Peta Jaringan Sungai, deleniasi batas dilakukan melalui digitasi onscreen. Apabila penarikan batas mengalami kesulitan dibantu dengan menggunakan Peta DEM. Metode Kajian KHG Metode kajian KHG adalah overlay antara Peta KHG dengan peta-peta tematik lainnya, yaitu Peta penggunaan Lahan, Peta Kawasan Hutan, dan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (PIPPIB) revisi 6. Bagan alir pemetaan dan analisis KHG ditunjukkan pada Gambar 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Ekosistem Gambut Peta ekosistem gambut wilayah Kalimantan Tengah sudah dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk memperoleh Peta Kesatuan Hidrologis Gambut yang lebih akurasi, dilakukan koreksi, terutama pada batas-batas ekosistemnya. Koreksi dilakukan 234

Kajian Kesatuan Hidrologis Gambut Wilayah Kalimantan Tengah... (Suwarno, et al.) terhadap peta sebaran rawa yang disajikan pada Gambar 2, peta geologi kwarter disajikan pada Gambar 3, dan peta Digital Elevation Model disajikan pada Gambar 4. Selain itu juga dilakukan cek lapangan. Gambar 1. Bagan Alir Pemetaan dan Analisis KHG. Peta Kesatuan Hidrologis Gambut hasil koreksi ditunjukkan pada Gambar 5. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa, total luas ekosistem gambut di Kalimantan Tengah adalah 27.827,35 Ha disajikan pada Tabel 1. Sebaran ekosistem gambut paling luas di Kabupaten Katingan yaitu 8.255,82 Ha (29,67%). Adapun sebaran cukup signifikan berikutnya di Kabupaten Kapuas (3.907,55 Ha), Pulangpisau (3.265,64 Ha), dan Kotawaringin Timur (3.028,62 Ha). Gambar 2. Peta Sebaran Rawa. Gambar 3. Peta Geologi Kwarter. Gambar 4. Peta Digital Elevation Model. Gambar 5. Peta Ekosistem Gambut. 235

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 233-242 Peta Jaringan Sungai Tabel 1. Sebaran Ekosistem Gambut di Kalimantan Tengah. No Kabupaten Luas (Ha) Luas (%) 1 Barito Selatan 1.795,52 6,45 2 Barito Timur 328,30 1,18 3 Gunungmas 5,07 0,02 4 Kapuas 3.907,55 14,04 5 Katingan 8.255,82 29,67 6 Kota Palangkaraya 1.114,70 4,01 7 Kotawaringin Barat 2.566,18 9,22 8 KotawaringinTimur 3.028,62 10,88 9 Lamandau 3,97 0,01 10 Pulangpisau 3.265,64 11,74 11 Seruyan 2.661,11 9,56 12 Sukamara 891,83 3,20 13 Wilayah Perairan 3,05 0,01 Jumlah 27.827,35 100,00 Peta jaringan sungai wilayah Kalimantan Tengah diekstrak dari Peta Rupabumi Indonesia skala 1:50.000. Skala peta ini semi detil, namun cukup informatif karena menyajikan jaringan sungai minimal sampai pada orde ke-3. Namun demikian, untuk alur-alur sungai yang lebih kecil masih diperlukan bantuan peta DEM. Peta jaringan sungai Kalimantan Tengah ditunjukkan pada Gambar 6. Peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Gambar 6. Peta Jaringan Sungai. Penarikan batas-batas KHG mengacu atau sesuai dengan definisi Kementerian Lngkungan Hidup, yaitu wilayah antara 2 (dua) sungai dan atau sungai dengan laut. Dalam hal batas-batas di bagian kiri dan kanan serta hilir lebih mudah ditarik, namun untuk batas di bagian hulu umumnya lebih sulit ditentukan. Untuk mengatasi hal ini digunakan bantuan peta DEM atau citra satelit resolusi tinggi, dimana adanya alur-alur sungai yang lebih kecil dan daerah tinggian (semacam igir) dapat dikenali. Peta KHG Kalimantan Tengah disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan pemetaan KHG Kalimantan Tengah diperoleh sebanyak 18 Kesatuan Hidrologis Gambut disajikan pada Tabel 2. KHG terluas adalah KHG 13 (3.028,62Ha), yang secara administratif berada di Kota Palangkaraya dan Kabupaten Katingan. 236

Kajian Kesatuan Hidrologis Gambut Wilayah Kalimantan Tengah... (Suwarno, et al.) Gambar 7. Peta KHG. Tabel 2. Distribusi KHG di Kalimantan Tengah. KHG KABUPATEN LUAS (Ha) SUB TOTAL *) KHG 01 Sukamara 633,77 633,77 KHG 02 Kotawaringin Barat 714,17 972,23 KHG 02 Sukamara 258,06 KHG 03 Kotawaringin Barat 392,21 396,18 KHG 03 Lamandau 3,97 KHG 04 Kotawaringin Barat 541,61 541,61 KHG 05 Wilayah Perairan 0,78 2.318,79 KHG 05 Seruyan 1.399,82 KHG 05 Kotawaringin Barat 918,19 KHG 06 Wilayah Perairan 1,27 183,54 KHG 06 Seruyan 182,27 KHG 07 Seruyan 241,35 241,35 KHG 08 Seruyan 342,89 342,89 KHG 09 Seruyan 465,56 467,19 KHG 09 KotawaringinTimur 1,63 KHG 10 KotawaringinTimur 1.605,81 1.635,02 KHG 10 Seruyan 29,21 KHG 11 KotawaringinTimur 366,86 366,86 KHG 12 KotawaringinTimur 1.054,31 2.675,13 KHG 12 Katingan 1.620,82 KHG 13 Kota Palangkaraya 668,57 6.192,09 KHG 13 Katingan 5.523,52 KHG 14 Kota Palangkaraya 227,51 559,31 KHG 14 Gunungmas 5,07 KHG 14 Pulangpisau 326,73 KHG 15 Pulangpisau 1.783,74 3.025,38 KHG 15 Katingan 1.111,48 KHG 15 Kota Palangkaraya 130,16 KHG 16 Kapuas 2.062,93 3.312,63 KHG 16 Pulangpisau 1.160,24 KHG 16 Kota Palangkaraya 89,46 KHG 17 Barito Selatan 1.602,32 3.446,93 KHG 17 Kapuas 1.844,61 KHG 18 Barito Timur 328,30 521,50 KHG 18 Barito Selatan 193,20 Keterangan: *) untuk KHG yang sama TOTAL 27.832,42 27.832,42 237

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 233-242 Kajian KHG terhadap Penggunaan Lahan Pengunaan Lahan Kalimantan Tengah diperoleh dari hasil interpretasi citra satelit Landsat 8 tahun 2012 disajikan pada Gambar 8. Dalam kajian ini, penggunaan lahan Kalimantan Tengah dioverlay dengan Peta KHG, hasil overlay disajikan pada Gambar 9. Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan. Gambar 9. Peta KHG vs Peta Penggunaan Lahan. Rekap penggunaan lahan pada wilayah Kesatuan Hidrologis Gambut di Kalimantan Tengah disajikan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut terlihat bahwa, ada 8 jenis penggunaan lahan non budidaya dengan total luas 1.942.987,81 Ha (69,88%). Adapun penggunaan lahan budidaya sebanyak 10 jenis (termasuk lahan terbuka, pertambangan, dan permukiman), yaitu seluas 837.542,47 Ha (30,12%). Hal ini menunjukkan bahwa, ada sekitar 30% lahan telah dikonversi untuk budidaya, sedangkan 70% sisanya masih dipertahankan sebagai lahan non budidaya. Tabel 3. Rekap Kajian KHG terhadap Penggunaan Lahan. NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) LUAS (%) 1 Hutan Lahan Basah Primer 139.639,49 5,02 2 Hutan Lahan Basah Sekunder 1.312.870,75 47,22 3 Hutan Lahan Kering Sekunder 10.308,73 0,37 4 Semak dan Belukar 340.101,65 12,23 5 Rawa 133.445,72 4,80 6 Rumput Rawa 3.373,34 0,12 7 Sungai 3.018,42 0,11 8 Danau atau Waduk 229,71 0,01 Sub Total 1.942.987,81 69,88 1 Lahan Terbuka 36.122,43 1,30 2 Perkebunan 322.027,17 11,58 3 Perkebunan Campuran 428.631,90 15,42 4 Tanaman Campuran 964,68 0,03 5 Ladang 15.699,94 0,56 6 Sawah 10.499,77 0,38 7 Sawah Pasang Surut 1.720,32 0,06 8 Tambak 935,29 0,03 9 Pertambangan 1.000,61 0,04 10 Permukiman 19.940,36 0,72 Sub Total 837.542,47 30,12 TOTAL 2.780.530,28 100,00 238

Kajian Kesatuan Hidrologis Gambut Wilayah Kalimantan Tengah... (Suwarno, et al.) Kajian KHG terhadap Kawasan Hutan Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Tengah yang terbaru berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 529/Menhut/II/2012 disajikanpada Gambar 10. Peta Kawasan Hutan tersebut dioverlay dengan Peta KHG, hasilnya seperti disajikan pada Gambar 11. Adapun hasil overlay untuk setiap KHG disajikan pada Tabel 4. Gambar 10. Peta Kawasan Hutan. Gambar 11. Peta KHG vs Peta Kawasan Hutan. Tabel 4. Kajian KHG terhadap Kawasan Hutan. NO KAWASAN HUTAN LUAS (Ha) LUAS (%) 1 Hutan Lindung 504.281,83 18,12 2 Kawasan Suaka Alam / Pelestarian 158.253,13 5,69 Alam 3 Taman Nasional 654.658,69 23,53 4 Suaka Margasatwa 42.201,56 1,52 5 Tubuh Air 4.203,80 0,15 6 Taman Wisata Alam 799,77 0,03 Sub Total 1.364.398,78 49,03 1 Hutan Produksi 712.186,68 25,59 2 Hutan Produksi Konversi 379.142,90 13,62 3 Hutan Produksi Terbatas 23.860,48 0,86 4 Area Penggunaan Lain 303.145,78 10,89 Sub Total 1.418.335,84 50,97 TOTAL 2.782.734,62 100,00 239

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 233-242 Pada Tabel 4 terlihat bahwa, ada 6 jenis kawasan lindung dengan total luas 1.364.398,78 Ha atau 49,03%. Adapun kawasan non lindung sebanyak 4 jenis, yaitu seluas 1.418.335,84 Ha atau 50,97%. Hal ini menunjukkan bahwa, ada sekitar 50% lahan telah dikonversi, sedangkan 50% sisanya masih dipertahankan sebagai kawasan lindung. Kajian KHG terhadap PIPPIB Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (PIPPIB) - revisi 6 seperti disajikan pada Gambar 12. Adapun Gambar 13 adalah hasil overlay antara PIPPIB dengan Peta KHG Kalimantan Tengah. Perhitungan luas hasil overlay masing-masing KHG disajikan pada Tabel 5, sedangkan rekap hasil overlay untuk seluruh KHG disajikan pada Tabel 6. Gambar 12. Peta PIPPIB. Gambar 13. Peta KHG vs Peta PIPPIB. Pada Tabel 5 diketahui bahwa, dari 18 KHG yang terdapat di kalimantan Tengah ada 11 KHG yang seluruh wilayahnya (100%) merupakan moratorium gambut. Adapun 7 KHG, terdiri dari moratorium gambut dan moratorium kawasan dengan prosentase luas masing-masing bervariasi. Pada Tabel 6 terlihat bahwa hanya 30,54% termasuk dalam moratorium gambut, sedangkan seluas 69,46% termasuk dalam moratorium kawasan. 240

Kajian Kesatuan Hidrologis Gambut Wilayah Kalimantan Tengah... (Suwarno, et al.) KESIMPULAN Tabel 5. Kawasan Moratorium PIPPIB rev-6 pada setiap KHG. KHG PIPPIB Rev-6 LUAS (Ha) Luas (%) KHG 01 moratorium gambut 10.226,55 100,00 KHG 02 moratorium gambut 48.516,24 53,48 KHG 02 moratorium kawasan 42.201,56 46,52 KHG 03 moratorium gambut 35.772,98 100,00 KHG 04 moratorium gambut 34.420,42 97,73 KHG 04 moratorium kawasan 799,77 2,27 KHG 05 moratorium gambut 23.112,18 12,68 KHG 05 moratorium kawasan 159.156,20 87,32 KHG 06 moratorium gambut 9.491,37 100,00 KHG 07 moratorium gambut 13.325,02 100,00 KHG 08 moratorium gambut 32.071,10 100,00 KHG 09 moratorium gambut 36.210,81 100,00 KHG 10 moratorium gambut 62.850,91 100,00 KHG 11 moratorium gambut 9.811,12 100,00 KHG 12 moratorium gambut 6.813,83 100,00 KHG 13 moratorium gambut 93.340,09 16,84 KHG 13 moratorium kawasan 461.035,54 83,16 KHG 14 moratorium gambut 35.508,75 100,00 KHG 15 moratorium gambut 53.165,52 24,32 KHG 15 moratorium kawasan 165.424,34 75,68 KHG 16 moratorium gambut 46.805,32 15,66 KHG 16 moratorium kawasan 252.163,00 84,34 KHG 17 moratorium gambut 19.858,27 6,64 KHG 17 moratorium kawasan 279.347,40 93,36 KHG 18 moratorium gambut 26.629,57 100,00 Jumlah 1.958.057,86 Tabel 6. Rekap Kajian KHG terhadap PIPPIB rev-6. PIPPIB_Rev.6 LUAS (Ha) LUAS (%) Moratorium Gambut 597.930,06 30,54 Moratorium Kawasan 1.360.127,81 69,46 Total 1.958.057,86 100,00 Batas-batas peta ekosistem gambut dapat diverifikasi dengan menggunakan peta sebaran rawa, peta geologi kuarter, peta DEM, dan survei lapangan. Batas-batas Kesatuan Hidrologis Gambut dapat dideleniasi secara manual (on screen) dari overlay antara peta ekosistem gambut dengan peta jaringan sungai. Apabila ada kesulitan dalam deleniasi batas-batas Kesatuan Hidrologis Gambut terutama di bagian hulu, maka dapat dibantu dengan menggunakan Peta DEM atau citra satelit resolusi tinggi. Hasil pemetaan Kesatuan Hidrologis Gambut Kalimantan Tengah diperoleh sebanyak 18 KHG, dimana KHG 13 yang paling luas (3.028,62Ha), yang secara administratif berada di wilayah Kota Palangkaraya dan Kabupaten Katingan, sedangkan secara kawasan merupakan Taman Nasional Sebangau. Kajian KHG terhadap penggunaan lahan menunjukkan bahwa, 30,12% wilayah KHG merupakan lahan budidaya, sedangkan 69,88% masih merupakan lahan non budidaya. Kajian KHG terhadap Kawasan Hutan menunjukkan bahwa, 49,03% wilayah KHG merupakan Kawasan Lindung, sedangkan 50,97% merupakan kawasan bukan lindung. Kajian KHG terhadap PIPPIB rev-6 menunjukkan bahwa, hanya 30,54% kawasan KHG di kalimantan Tengah masuk dalam moratorium gambut, sedangkan seluas 69,46% masuk dalam moratorium kawasan. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimaksih disampaikan kepada segenap pimpinan Badan Informasi Geospasial, yang telah memberi ruang dan waktu sehingga terlaksananya penelitian ini. Kepada Pemerintah Daerah 241

Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 233-242 Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberi dukungan data juga diucapkan terimaksih. Tidak lupa terimakasih kepada tim atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Agus F. dan Made Subiksa I.G. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Alamprabu D. 2013. Definisi Lahan Gambut, dari Ketidakjelasan menjadi Jelas. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Barus, B. 2013. Karakteristik Kesatuan Hidrologis Gambut Pulau Yard, Kabupaten Mappi, Papua (Characteristics of Hydrological Peat Unit of Yard Island, Mappi Region, Papua).Thesis- Institut Pertanian Bogor Barus, B. dan Syamsul Iman L. 2013. Perbandingan Hasil Pemetaan Kesatuan Hidrologis dan Kubah Gambut dengan Citra Optik Landsat TM dan SAR. Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. IPB. Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2013. Kajian Definisi Lahan Gambut dan Metodologi Pemetaan Lahan Gambut. Indonesia Climate Change Center, Jakarta Klove B. 2008. Hydrology of Headwater Peatlands: how are these ecosystems connected to and dependent on Groundwater?. European Forestry Commision. Oulu: 19-22 August 2008. Limin S.H. 2006. Pemanfaatan Lahan Gambut dan Permasalahannya. Workshop Gambut BPPT Menko Kesra. 22 November 2006. Menteri Kehutanan. 2012. Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Tengah. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 529/Menhut/II/2012. Permatasari A.P. Kristianto E.D. Dewi S.N. dan Alamri F. 2014. Analisis Hak Tenurial Masyarakat Adat dan Lokal dalam RPP tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Perkumpulan HUMA. Setiadi, I.C. 2012. Profil Ekologi Gambut di Indonesia. Palangkaraya. 242