BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persalinan dan kelahiran. Periode ini juga merupakan waktu untuk mempelajari

dokumen-dokumen yang mirip
1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

Bab IV Memahami Tubuh Kita

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

MAKALAH MEMANDIKAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. smpai 28 hari. Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Cara Mencuci Tangan yang Benar

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing

Tali Pusat Pada Janin

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

NEONATUS BERESIKO TINGGI

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002).

KASUS III. Pertanyaan:

INFORMASI SEPUTAR KESEHATAN BAYI BARU LAHIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tindakan keperawatan (Implementasi)

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

AKTIVITAS / MOBILISASI PIMPINAN MENERAN DUKUNGAN MENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Bab VII. Menyusui. Mengapa memberi ASI (Air Susu Ibu) itu penting? Mengapa pemberian makanan lain membahayakan selama periode menyusui?

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

Bab V. Kepedulian Kesehatan Remaja Putri. Perubahan yang terjadi pada tubuh (pubertas) Perubahan yang membawa kehidupan lebih baik

Bab IX. Perempuan dengan Keterbatasan Fisik. Kepercayaan diri. Pemeliharaan kesehatan. Seksualitas dan kesehatan seksual.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

No responden : Diisi oleh peneliti. checklist (v) untuk jawaban motivasi yang dianggap benar. 1. Umur : tahun. 2. Pedidikan terakhir: ( ) SD ( ) SLTP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara Mudah Mengencangkan. dan Memperindah Payudara

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

Kritisi jawaban kehamilan Bioreproduksi kelompok 7 no.2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

Teknik pemberian obat melalui:

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiknjosastro (2002, hal 154), Antenatal Care ialah Pengawasan

Referat Fisiologi Nifas

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Perawatan Nifas 1.1 Konsep Perawatan Nifas Masa nifas adalah periode di mana terjadi proses perbaikan tubuh selama persalinan dan kelahiran. Periode ini juga merupakan waktu untuk mempelajari perawatan diri dan keterampilan perawatan bayi, penyatuan peran baru dan kelanjutan ikatan keluarga serta penilaian terhadap bayi baru lahir (Novax & Broom, 1999). Masa nifas adalah periode yang dimulai dari akhir persalinan sampai dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung 6 minggu setelah persalinan (Stright, 2005). Masa nifas berlangsung sejak melahirkan sampai ibu berhasil mengeluarkan darah lamanya sekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000). Sedangkan masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (Mochtar, 1998). Periode ini berlangsung pada minggu pertama pasca persalinan (Widjanarko, 2009). Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan karena dapat memulihkan kesehatan umum ibu nifas dengan cara: penyediaan makanan bergizi, pengembalian darah yang kurang untuk menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan otot agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah. Manfaat yang lain adalah untuk memulihkan kesehatan emosi, mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI serta ibu dapat memelihara

bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal (Ibrahim, 1996). 1.2 Perawatan Diri Ibu Nifas Selama Masa Nifas Pasca persalinan biasanya seorang wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Karena hal tersebut, pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi wanita. Wanita diharapkan mampu melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan. Menurut Potter & Perry (2006) perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memelihara kesehatan. Perawatan diri menjadi sulit, diakibatkan oleh kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Potter dan Perry, 2006). Tujuan perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah dan mempertahankan integritas pada jaringan (Hidayat dan Uliyah, 2006).

1.2.1 Perawatan Vulva atau Perineum. Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7 hingga 10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah (Danuatmaja, 2003). Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun dalam uterus serta penyembuhan luka perineum. Rasa nyeri dan tidak nyaman di area perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3 kali sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga bisa membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan Kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot (Murkoff, 2006). Infeksi di area perineum juga bisa terjadi jika perineum tidak dirawat dengan baik. Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam dan

meletakkannya dengan baik sehingga tidak bergeser. Pada saat memasang pembalut haruslah dari muka ke belakang agar tidak terjadi penyebaran bakteri dari anus ke vagina. Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptik, kemudian mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang. 1.2.2 Mobilisasi Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah efek obatobatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak tergantung. Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995). Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) (Zietraelmart, 2008). Menurut Imam (2007) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu

menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri. 1.2.3 Diet Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan (Mochtar, 1998). Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah empat porsi setiap hari dari empat kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi (Hamilton, 1995). Menurut Zietraelmart (2008) kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet

dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung. 1.2.4 Eliminasi Urin Kebanyakan wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya. Nyeri pada area perineum bisa menyebabkan refleks kejang pada uretra sehingga buang air kecil menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu buang air kecil. Sejumlah faktor psikologis juga dapat menghambat buang air kecil seperti takut nyeri, kurangnya privasi, malu atau tidak nyaman menggunakan pispot rumah sakit atau membutuhkan bantuan ke toilet. Hal ini dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih (Murkoff, 2006). Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan (Danuatmaja, 2003). Hal ini dapat diatasi dengan latihan Kegel yang dapat membantu mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih (Murkoff, 2006). Adapun cara melakukan tehnik Kegel yaitu dengan posisi berbaring, otot-otot sekitar kemaluan dikencangkan sambil menguncupkan anus seperti menahan buang air kecil. Ini ditahan selama 2-3 detik, kemudian dilepaskan. Latihan kegel sebaiknya dilakukan sebanyak 10 kali dan dilakukan 2-3 kali sehari (Darti, dkk; 2009).

1.2.5 Defekasi Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi pristaltik usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak pada waktu persalinan juga mempengaruhi terjadinya konstipasi (Mochtar, 1998). Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan fungsi usus besar yaitu dengan memakan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti buah dan sayur-sayuran. Meminum sari buah dapat membantu melunakkan feces. Gerakan usus juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan (Murkoff, 2006). Biasanya bila penderita tidak buang air besar sampai dua hari sesudah bersalin dapat ditolong dengan pemberian obat-obatan laxatif per oral atau per rektal (Mochtar, 1998). 1.2.6 Perawatan Payudara Payudara secara natural akan mengeluarkan ASI ketika ibu melahirkan. Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari kedua sampai kelima. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri), yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakannya (Simkin, 2008).

Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada puting. Menurut Hamilton (1995) bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada matitis. 1.2.7 Pemeriksaan Setelah Persalinan Di Indonesia ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaa panggul yang dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dan sebagainya). Keadaan umum (suhu badan, selera makan, dan sebagainya). Payudara (ASI, puting susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum, serta sekret yang keluar, seperti lokia, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan (Mochtar, 1998).

1.3 Perawatan Bayi Baru Lahir 1.3.1 Memandikan Bayi Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008). Hampir setiap ibu merasa takut memandikan bayinya. Namun yang terpenting saat memandikan bayi adalah berhati-hati dalam memposisikan bayi secara tepat. Jadwal mandi bayi tidak sebanyak orang dewasa jika telah dilakukan pembersihan yang baik di tempat-tempat tertentu saat menggantikan popok atau menyusui, sebenarnya bayi tidak perlu dimandikan setiap hari. Ibu hanya perlu membersihkan wajah, leher, dan bokong dengan handuk atau busa basah. Pada bayi yang belum merangkak atau turun dari tempat tidur, mandi 3 kali seminggu akan membuatnya bersih dan wangi. Jika memungkinkan ibu boleh memandikan bayi setiap hari terutama jika cuaca panas. Tidak ada waktu yang tepat kapan bayi seharusnya dimandikan. Namun memandikan bayi sebelum tidur dapat membuatnya rileks sehingga memudahkan tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut yang tertekan membuatnya muntah (Danuatmaja, 2003).

Adapun cara memandikan bayi yang benar menurut Darti, dkk (2009) yaitu: a. Menyiapkan terlebih dahulu keperluan mandi, yaitu dengan membentangkan handuk mandi dan semua perlengkapan baju bayi serta alat-alat mandi seperti sabun dan sampo yang aman bagi bayi. b. Menyiapkan air mandi dalam ember mandi kemudian mengukur suhu air mandi (29-36 0 C) atau dapat menggunakan punggung tangan yaitu air terasa hangat. Tinggi air dari dasar ember mandi sekitar 5 cm dan menyisihkan air mandi satu gayung untuk membilas. c. Membuka pakaian bayi seluruhnya dan menghindari bayi terpapar suhu dingin (bayi ditutup dengan kain bedung). d. Mengambil kapas dan membasahinya dengan air hangat kemudian membersihkan mata dengan kapas tersebut (dapat dilakukan sebelum pakaian bayi dibuka). Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata. Kemudian membersihkan hidung dan telinga bayi dengan kapas. e. Membersihkan muka bayi dengan waslap basah, kemudian membasahi kepala, leher, dada, tangan, perut, bokong dan genetalia, setelah itu menyabuninya kecuali wajah. f. Membersihkan genetalia wanita menggunakan bola kapas yang sudah direndam dengan air, buka labia mayora dengan jari kemudian bersihkan dengan bola kapas dari atas ke bawah. Sedangkan membersihkan genetalia pria yaitu membersihkan area genetalia bagian luar ketika mandi dengan usapan yang lembut, menggunakan sabun yang bertekstur lembut jika perlu.

g. Bayi dibawa ke ember dengan cara tangan kiri sampai pergelangan tangan ibu pada punggung dan belakang leher atau sampai pada ketiak bayi dengan cara empat jari di ketiak bayi sedangkan ibu jari memegang bahu bayi, tangan kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi atau kedua kaki bayi dipegang pada tungkai bawah. h. Memasukkan bayi ke dalam ember mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah duduk. i. Membasuh kepala, muka kemudian seluruh tubuh bayi dengan air dengan menggunakan tangan kanan. j. Untuk membersihkan daerah bagian belakang, telungkupkan bayi dengan dada bayi di atas tangan kanan, ibu jari di bahu bayi dan jari-jari lainnya di ketiak bayi. k. Membasuh punggung sampai bokong dengan air, siram dengan air bersih. Kembalikan bayi dalam posisi telentang dan siram kembali dengan air bersih. l. Mengangkat bayi dari ember mandi. m. Meletakkan bayi di atas handuk mandi, kemudian keringkan dan menghindari bayi dari suhu dingin. 1.3.2 Merawat Tali Pusat Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayat, 2008). Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitam.

Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberapa hal penting perawatan tali pusat : a. Sebelum tali pusat terlepas, jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat sekali pun dengan lap basah. b. Cuci tangan bersih-bersih. c. Ambil kapas bulat yang telah diolesi alkohol 70%, bersihkan sisa tali pusat terutama pangkalnya (yang menempel pada perut), dan lakukanlah dengan hati-hati terutama jika pusat masih berwarna merah. d. Rendam perban atau kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat. Seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban. e. Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan. f. Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkusan perban tetap pada tempatnya. g. Jika area ini bernanah dan berwarna merah, maka ibu bisa segera menghubungi dokter (Danuatmaja, 2003). 1.3.3 Membersihkan Alat Kelamin Membersihkan alat kelamin pada bayi laki-laki harus hati-hati. Gunakan sabun dan air lalu gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatanlipatannya. Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis dengan menyemprotkan anti septik, karena ini sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, ibu bisa menarik dan membersihkan bagian bawahnya. Dengan kapas baru, bersihkan anus dan bagian bokong dari

arah anus keluar lalu keringkan dengan tisu lembut. Jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak dan lipatan kulit serta bokong boleh diolesi krim. Sedangkan untuk membersihkan alat kelamin bayi perempuan gunakan sabun dan air. Lalu gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin. Lakukan dari arah depan ke belakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina. Dengan kapas baru bersihkan anus dan bagian bokong dari arah anus keluar. Terakhir keringkan dengan tisu lembut, dan jangan terburu-buru memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003). 1.3.4 Perawatan pada Mata, Hidung dan Telinga Bayi Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Merawat dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke lubang telinga termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak. Bagian hidung pun mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luar saja. Gunakan catton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari pastikan jari ibu benarbenar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.

Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003). 1.3.5 Merawat Kulit dan Kuku Kulit bayi baru lahir rentan terhadap iritasi dari bahan kimia yang ada dalam pakaian baru, dan sisa sabun atau deterjen yang menempel pada pakaian yang sudah dicuci. Jika kulitnya sangat kering, ibu dapat mengoleskan sedikit losion bayi pada tempat-tempat yang kering. Perawatan untuk kuku adalah dengan memotongnya. Ibu dapat menggunakan gunting kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil berujung tumpul. Waktu yang baik untuk memotong kuku adalah setelah mandi jika bayi berbaring dengan tenang, tetapi akan lebih mudah bila ibu melakukannya ketika bayi sedang tidur. Memotong kuku pada bayi bertujuan agar bayi tidak melukai dirinya sendiri dengan kuku yang panjang. Pada minggu-minggu awal kuku bayi tumbuh dengan cepat sehingga ibu harus memotongnya dua kali seminggu. Tetapi, kuku jari kaki tumbuh jauh lebih lambat sehingga ibu dapat memotongnya sekali atau dua kali sebulan (Shelov, 2005) 1.3.6 Mengganti Popok Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka. Sedikitnya gantilah popok bayi setiap kali bayi selesai buang air.

Jika menggunakan popok sekali pakai atau diapers, basahnya diapers jangan digunakan sebagai ukuran. Diapers bermutu biasanya menginformasikan cara jika tiba saat mengganti, misalnya perubahan warna diapers. Ibu tidak perlu membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti popoknya, kecuali jika terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi buang air besar (Danuatmaja, 2003). 1.3.7 Pemberian Makanan dan Minuman Bayi Ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin setelah dilahirkan. Harihari pertama, biasanya ASI belum keluar sehingga bayi cukup disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari 4-5 bayi boleh disusukan selama 10 menit (Soetjiningsih, 1997). Ada berbagai macam posisi menyusui, yaitu dengan tehnik seperti memegang bola, seperti mengayun, dengan berbaring miring atau di atas pangkuan. Yang biasa dilakukan adalah dengan duduk dan berbaring (Soetjiningsih, 1997). Hendaklah menyusui bayi dilakukan dalam lingkungan yang tenang dan sepi. Lingkungan semacam ini akan mambantu ibu merasa rileks. Untuk menyusui yang pertama kali, ibu biasanya melakukannya dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Hendaknya saat menyusui ibu dalam posisi yang nyaman yaitu dengan punggung tersangga dengan baik. Gunakan bantal untuk menopang ibu dan bayi (Simkin, 2008).

Menyusui bayi dilakukan dengan cara mendekatkan bayi ke arah ibu dan memalingkan seluruh tubuh bayi sehingga menghadap ke dada ibu. Pastikan bahwa kepala bayi berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling kesatu sisi. Posisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian puting ibu, kemudian ibu dapat merangsang bayi untuk membuka mulutnya dengan mengusapkan puting payudara ke bibir atasnya. Ketika mulutnya membuka lebar, segera, kemudian geser ke payudara ibu. Ibu perlu memperhatikan dan memastikan agar bayi memasukkan sebagian besar payudara ke dalam mulutnya bukan hanya puting saja, sehingga mulut bayi harus membuka dengan lebar (Nolan, 2004). 2. Perawatan Mandiri 2.1 Konsep Perawatan Mandiri Menurut Orem dalam Basford (2006) perawatan mandiri adalah suatu aktivitas yang dimulai secara individu dan dilakukan atas kemampuan dan kepentingan mereka sendiri dalam memelihara hidupnya, mencapai fungsi yang menyeluruh dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Dalam teori ini Orem mengemukakan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, perawat dapat memberikan bantuan berdasarkan tingkat kemandirian pasien. Orem membaginya dalam tiga bentuk yaitu, sistem bantuan secara penuh, sistem bantuan sebagian serta sistem suportif dan edukatif. Sistem bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri

yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja. Sistem bantuan sebagian merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Sedangkan sistem suportif dan edukatif merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu melakukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran (Hidayat, 2004). 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian Tingkat kemandirian terbagi atas mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya selama periode nifas dini yaitu : 2.2.1 Pengetahuan Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai fakta atau informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara langsung) atau berdasarkan proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau penyelesaian masalah. Pada dasarnya pengetahuan adalah kesadaran dan pemahaman kita terhadap sesuatu dan penerimaan kita sebagai kelompok bahwa pemahaman ini benar (Basford, 2006)

Sedangkan menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Kebanyakan masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang dalam hal perawatan bayi baru lahir. Hal tersebut dapat kita jumpai terutama di daerah desa pelosok yaitu banyak dijumpai ibu yang baru melahirkan dengan perawatan bayi yang tradisional serta pendidikan dan tingkat sosio ekonominya yang masih rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan wanita, suami dan keluarga tentang pentingnya pelayanan neonatal. Bukan hanya kurang pengetahuan dalam perawatan bayi tetapi pengetahuan dalam perawatan dirinya pada saat nifas terkadang juga kurang diperhatikan (Sam, 2008). Banyak wanita tidak memiliki kesempatan untuk belajar cara merawat bayi. Oleh karena itu, salah satu konsep utama yang harus ditekankan ialah bahwa menjadi orang tua merupakan peran yang harus dipelajari. Seperti peran lain yang dapat dipelajari, peran ini memerlukan waktu supaya dapat diketahui dan akan semakin baik dengan bertambahnya pengalaman serta pengetahuan, yang kemudian akan berubah secara bertahap seiring perubahan kebutuhan baik kebutuhan ibu maupun bayi (Bobak, 2004). 2.2.2 Motivasi Motivasi berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Menurut Terry G. (1986) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatanperbuatan. Sedangkan menurut Stooner (1992) mendefenisikan bahwa motivasi

adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang (Notoatmojo, 2007). Motivasi muncul untuk memainkan peranan dalam mengaplikasikan model keyakinan kesehatan. Motivasi menjadi tanda dari tindakan pencegahan kesehatan karena dengan motivasi seseorang akan mau belajar kebiasaan kesehatan yang baru (Potter & Perry, 2006). Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya. Persepsi lingkungan sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karir. Dengan mengasuh bayi dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai bayi atau anak-anak biasanya mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi ibu. Beberapa wanita mengartikan kelahiran anaknya sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan kreatifitasnya di luar lingkungan keluarga. Hal ini dikarenakan adanya motivasi penunjang yang memperbesar kreatifitas mereka yaitu keinginan kuat menjadi seorang ibu yang baik dengan melakukan tugas-tugas keibuan dengan baik (Stasiunbidan, 2009). 2.2.3 Budaya Menurut Basford (2006) budaya adalah hal-hal yang dipelajari dalam masyarakat tentang nilai-nilai, kepercayaan, sikap, konsep dan kebiasaan yang membentuk pikiran dan tingkah laku yang membuat suatu kelompok sosial itu unik dan berbeda dengan yang lainnya. Budaya menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Banyak keyakinan, pikiran dan tindakan masyarakat, baik yang disadari maupun yang

tidak disadari ditentukan oleh latar belakang budaya (Spector, 1991 dikutip dari Potter & Perry, 2006). Setiap budaya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga variasi budaya yang diturunkan pun berbeda-beda pula kepada generasi berikutnya. Kebanyakan perilaku ibu selama periode pascapartum sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut. Semua budaya mengembangkan metode pengamanan dan pencapaian kepuasan sendiri dalam perawatan ibu dan bayi (Bobak, 2004). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya biasanya didasari oleh keyakinan budaya. Hal ini akan membantu proses pemulihan selama tidak membahayakan ibu dan bayinya. Tetapi terkadang masih banyak ibu muda yang merupakan generasi pertama atau generasi kedua dari keluarganya yang mengikuti tradisi budaya mereka hanya jika ada anggota keluarga yang lebih tua (Bobak, 2004). 2.2.4 Kepercayaan Menurut Abramson (1980) kepercayaan atau religi adalah suatu kekuatan sifat ketuhanan atau di luar kekuatan manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Beberapa praktik keagamaan berkaitan dengan kesehatan. Misalnya, beberapa agama mengajarkan bahwa mematuhi aturan atau kewajiban adalah penghantar kepada keharmonian dan kesehatan dan sebaliknya melanggar aturan atau kewajiban tersebut dapat menyebabkan ketidakharmonian atau penyakit.

Nilai individu merefleksikan kebutuhan personal, budaya dan pengaruh sosial, serta hubungan dengan orang tertentu. Agama dan hubungan kekeluargaan memberikan pengaruh pada pembentukan perilaku sehat (Potter & Perry, 2006). Seorang wanita yang baru melahirkan cenderung melakukan perawatan diri dan bayinya berdasarkan kepada aturan-aturan agama yang mereka anut. Hal ini dikarenakan bahwa setiap aturan agama harus dipatuhi agar tercapainya hal yang diinginkan. 2.2.5 Pengalaman ibu Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pascasalin. Contohnya jika ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri ibu pascasalin. Ibu lebih mudah belajar atau melakukan perawatan tersebut. Dalam hal ini pengalaman memberikan pengaruh pada perilaku ibu untuk melakukan perawatan diri pascasalin. Pengalaman ibu dimana ibu yang multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya, dukungan dimana ibu yang mendapat dukungan dapat memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan mengasuh anak (Bobak, 2004). Umumnya hanya sedikit wanita yang pernah merawat bayi sebelum melahirkan bayinya sendiri seperti menggendong bayi atau mengasuh bayi seharihari. Hal ini menyebabkan kelahiran anak pertama akan menjadi hal yang menakutkan pada kebanyakan wanita karena pengalaman yang tidak dimilikinya

tersebut. Pengalaman yang baru dalam merawat diri maupun bayinya pascasalin diperoleh dengan cara membaca buku ataupun belajar dengan mendengarkan pengalaman orang lain yang pernah melahirkan sebelumnya (Nolan, 2004). 2.2.6 Usia Usia menunjukkan perkembangan kemampuan untuk belajar dan bentuk perilaku pengajaran yang dibutuhkan. Usia dapat mempengaruhi kematangan fisik, psikis dan kognitif seseorang. Kematangan seseorang dapat berkembang dengan belajar dari diri sendiri atau pengalaman orang lain (Potter & Perry, 2006). Menurut Yueniwati (2002) terdapat hubungan antara usia ibu dengan tingkat pengetahuan ibu. Faktor usia ini berkaitan dengan tingkat kematangan dan kesiapan mental ibu dalam pengasuhan anak. Misalnya, pada ibu yang berusia muda banyak yang tidak memperhatikan cara pembuatan susu botol, sehingga banyak yang terlalu kental atau terlalu encer. Hal ini menunjukkan bahwa semakin matang usia seseorang ketika memiliki bayi maka semakin baik pula pengetahuannya terhadap perawatan bayinya. Pada usia ibu muda perawatan pascasalin yang dilakukan akan berbeda dengan ibu yang memiliki usia lebih dewasa, dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik (Bobak, 2004).