BAB I PENDAHULUAN. serta sumber belajar. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeluknya. Namun, manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dilatih dan diarahkan agar menjadi manusia yang mempunyai

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB V. Distribusi Frekuensi Pendekatan Scientific

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan unsur psikologi, sebab pendidikan adalah menyangkut perilaku manusia itu sendiri, yakni mendidik yang berarti merubah tingkah laku anak menuju kedewasaan. Oleh sebab itu proses belajar mengajar selalu dikaitkan dengan perubahan perilaku anak 1. Pendidikan dapat juga disebut sebagai proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan ada istilah tentu mengetahui istilah pembelajaran. pembelajaran merupakan suatu proses sistematik yang meliputi banyak komponen, antara lain guru, siswa, interaksi, kurikulum, materi pelajaran, silabus, serta sumber belajar. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan dari guru yang memiliki dasardasar mendidik dan mengajar yang baik. Proses pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan 2. Meskipun ada yang mengembangkan lagi menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, 1 Binti Maunah, Pendidikan Kurikulum SD/MI, ( Surabaya: el.kaf, 2005), 14 2 E. Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum, (Bandung:Yrama Widya, 2013), 70 1

menginovasi dan mencipta. Namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan / konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat 3. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsipprinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya merupakan pemilihan dan penetapan srategi pembelajaran yang optimal guna mencapai 3 A.Chaedar Alwasilah, Contextuan Teaching and Learning, (Bandung: Kaifa, 2014), 65 2

perolehan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini, strategi penyampaian pembelajaran yang tetap merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai nilai asma ul husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pendidikan Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupanya dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada. Oleh karena itu guru dalam hal ini guru kelas dituntut untuk mngembangkan metodemetode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agama, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Masalah akhlaq merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi setiap pribadi muslim dalam kehidupan seharihari yang mampu mewarnai segala sikap dan perilakunya baik ketika berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih lagi dalam berhubungan dengan Allah 3

SWT Menuju keselamatan dunia dan akhirat 4. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sifat dan tingkah laku yang kadang kala dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, maka sangat dibutuhkan adanya kepribadian, sehingga ia akan selalu berada dalam rel kebenaran walaupun dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga, baik yang datang dari dirinya maupun dari luar. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya satu bangsa dan masyarakat adalah bergantung kepada bagaimana akhlaknya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak) rusaklah lahir dan batinnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, para pendidik harus selektif dalam memilih dan memikirkan moral yang harus dikembangkan dan dibina pada anak didik. Karena hal itu tidak cukup hanya dengan mengisi ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya pada anak didik atau hanya menekankan segi intelektual saja.oleh karena itu pembentukan kepribadian muslim hendaknya harus dalam setiap lembaga pendidikan, sehingga nantinya mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengembangan diri di tengah-tengah masyarakat, dengan harapan semoga anak didik menentukan bagaimana selayaknya dalam mengadakan hubungan dengan Allah SWT. Sehingga kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat dapat tercapai. Dalam kaitannya dengan hal ini, para filosof Islam mengatakan bahwa betapa pentingnya periode anak dalam menentukan pribadi/budi pekerti dan pembiasaan 4 Rosihon Anwar, Kamus Aklak Tasawuf, ( Bandung : Pustika Setia, 2010), 11 4

anak kepada tingkah laku yang baik pada masa kecilnya. Para filosof Islam juga berpendapat bahwa pendidikan anak sejak kecilnya harus mendapatkan perhatian yang penuh. Pembentukan kerohanian atau kepribadian yang utama di waktu kecilnya harus mendapat perhatian yang penuh, sangatlah penting artinya bagi perkembangan anak. Karena apabila anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya akan sukar untuk meluruskannya. Hal tersebut akan menjadi konotasi bahwa pendidikan yang baik wajib dimulai dari rumah dalam keluarga, sejak anak masih kecil, agar jangan sampai anak-anak tanpa pendidikan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk, dan bahkan sejak waktu kecilnya ia harus dididik, sehingga anak tidak terbiasa dengan adat yang kurang baik. Anak-anak bila dibiarkan saja, tidak diperhatikan, tidak dibimbing, maka ia akan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT diharapkan dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai manifestasi ibadah kepada Allah. Pendidikan Islam khususnya pendidikan yang menyangkut keyakinan dan budi pekerti (akhlaq) sangat penting dalam kehidupan anak, seperti yang dikemukakan oleh Arifin, sebagai berikut: Untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah SWT disamping memiliki pengetahuan dan ketrampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan normanorma menurut ajaran agama Islam. 5 5 Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), 15. 5

Berdasarkan kutipan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan Islam itu mempunyai peranan yang sangat penting didalam pengembangan kepribadian anak, baik secara individu maupun secara sosial. Didalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, pendidikan agama Islam khususnya pendidikan tentang keesaan Allah (aqidah) dan perilaku (akhlaq) merupakan hal yang paling penting di dalam membina kepribadian siswa agar tumbuh dan berkembang menjadi insan kamil, cerdas dan trampil sekaligus bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan demikian, maka akan tercipta masyarakat adil dan makmur. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undangundang RI, Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran yang penyelenggaraannya betul-betul memikirkan akan pertumbuhan dan perkembangan siswa sehingga apa yang diupayakan dan tujuan yang diinginkan oleh guru dalam menanamkan ilmu pengetahuan agama Islam terhadap anak didik akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan tentang keesaan Allah (aqidah) dan perilaku (akhlaq) sangat penting peranannya 6 Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (TK : Fokus Media, 2003), 6. 6

dalam pembinaan kepribadian muslim, sehingga dengan diberikannya pendidikan tersebut di sekolah anak didik akan memahami betapa pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian anak serta dapat memperbaiki akhlak dan mengangkat derajat yang lebih tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mahmud Yunus bahwa: "Pendidikan Agama itu mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak dan mengangkat derajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup dan kehidupan" 7. Sesuai dengan pendapat di atas bahwa orang yang berbudi pekerti adalah orang yang mampu merasakan kebahagiaan hidupnya. Untuk itulah harus menggali, memahami dan mengamalkannya dengan penuh keyakinan tentang ajaran agama Islam yang diperoleh baik di sekolah maupun yang di dapat dari lingkungan keluarga, agar kelak dapat mempunyai akhlaq yang baik. Berdasarkan pada kenyataan diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan riset tentang pengaruh pembelajaran akidah akhlak dan peran guru terhadap pembentukan akhlak siswakelas IV MI se Kecamatan Tugu Kab Trenggalek. Adapun untuk obyek penelitian penulis mengambil tempat di MI se Kecamatan Tugu Kabupten Trenggalek. Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul Pengaruh penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching 7 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidya Karya Agung, 2004), 7. 7

and learning Terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak Siswa kelas IV MI Se Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek B. Identifikasi dan Batasan masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah a) Rendahnya prestasi belajar Aqidah Akhlak b) Metode pembelajaran monoton c) Siswa kurang semangat dalam pembelajaran Aqidah Akhlak d) Guru kurang kreatif dalam mengintegrasikan sumber belajar dan metode mengajar. e) Situasi kelas yang kurang kondusif. f) Pada kegiatan pembelajaran guru lebih aktif sedang siswa pasif. g) Guru jarang menggunakan media yang sesuai dengan materi. h) Siswa kesulitan memahami konsep Aqidah Akhlak dasar yang diajarkan. 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang ada dan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, supaya pembahasannya lebih fokus dan terarah serta memperoleh hasil penelitian yang memiliki bobot validitas dan reliabilitas yang tinggi, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 8

a. Masih menggunakan metode pembelajaran yang monoton dalam proses belajar mengajar perlu adanya inovasi pembelajaran. b. Masih rendahnya komitmen guru untuk meningkatkan kompetensi frofesionalnya. c. Masih kurangnya prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan scientific terhadap terhadap prestasi belajar akidah akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek? 2. Adakah pengaruh penggunaan Contextual Teaching and Learning terhadap prestasi belajar aqidah aklak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek? 3. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek? D. Tujuan Penelitian 9

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan scientific terhadap terhadap prestasi belajar akidah akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek 2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Contextual Teaching and Learning terhadap prestasi belajar aqidah aklak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. 3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar akidah akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek? E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan Rumusan Masalah dalam penelitian ini, perlu dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah,akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. 8 Adapan jenis hipotesis dalam penelitian ada dua macam yaitu hipotesis nol (Ho), yakni hipotesis yang menyatakan tidak adanya, pengaruh antara variabel dan hipotesis Alternatif (Ha), yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan dan pengaruh antar variabel, Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 8 Surisno Hadi, Statistik, ( Yogyakarta Fakultas Psikologi UGM, 2004), 63 10

1. Hipotesis Alternatif (Ha) a. Penggunaan pendekatan scientific berpengaruh terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. b. Berpengaruh penggunaan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar aqidah aklak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. c. Penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. 2. Hipotesis Nol (Ho) a. Tidak ada pengaruh anatara penggunaan pendekatan scientific terhadap terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. b. Tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar aqidah aklak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. c. Tidak ada pengaruh anara penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. 11

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis Penelitin ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang akan menambah wawasan, dapat dijadikan pedoman, menambah ilmu pengetahuan yang ada, khususnya dalam mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah dasar. 2. Kegunaan Praktis a) Bagi Lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan khususnya Madrasah Ibtidaiyah dalam mengatasi akhlak siswa yang kurang baik, sehingga diharapkan adanya masyarakat yang memiliki keluhuran akhlak. b) Bagi Pembaca, dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak dalam pembentukan akhlakul karimah pada siswa. c) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan pikiran dan pemahaman yang berupa gagasan atau pendapat yang nantinya dapat disampaikan melalui penelitian. d) Bagi Peneliti, Penelitian ini dapat digunakan sebagai media untuk menggali teori,menata ide dan gagasan dari pengalaman peneliti selama ini dalam rangka memperdalam keilmuan dan wawasan mengenai pembelajaran Akidah Akhlak, dan pengembangan serta pelaksanaan 12

pembelajaran guna membina akhlak siswa sehingga dapat membentuk akhlakul karimah. G. Penegasan Istilah Untuk menghindari persepsi yang bermacam-macam dan tidak terlalu luas dalam memahami judul proposal pengaruh penggunaan pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Tugu Kab Trenggalek, maka istilah sangat berguna untuk memberikan pemahaman bagi pembaca. Adapun beberapa yang perlu dijelaskan sebagai berikut : 1. Secara Konseptual a) Pendekatan Scientific Pendekatan scientific adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu 9. b) Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian 10. 9 E. Kosasih, Strategi Belajar...70 10 A.Chaedar Alwasilah, contextuan teaching...67 13

c) Prestasi belajar Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptkan, baik secara individual maupun 11.Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup sedikitnya tiga aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian prestasi ini harus mencerminkan sekurangkurangnya tiga aspek tersebut 12. 2. Secara operasional Penelitian ini menggambarkan secara umum pengaruh antara pendekatan scientific dan pendekatan contextual teaching and learning terhadap prestasi belajar Aqidah Aklak siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah sekecamatan Tugu Kab Trenggalek. Yang akan diukur melalui angket untuk memperoleh skor tentang prestasi belajar. siswa adalah total skor yang di peroleh dari jawaban respoden yang merupakan skor penilaian atas prestasi belajar siswa. 11 Syaiful Bahri Djamaroh, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional 2004), 19 12 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), 61 14