Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

FISIKA ATOM & RADIASI

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Copyright all right reserved

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

BAB IV Alat Ukur Radiasi

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2)

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LATIHAN UJIAN NASIONAL

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

DETERMINATION OF LIMIT DETECTION OF THE ELEMENTS N, P, K, Si, Al, Fe, Cu, Cd, WITH FAST NEUTRON ACTIVATION USING NEUTRON GENERATOR

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

EKSPLORASI KANDUNGAN UNSUR PADA LIMBAH CAIR PABRIK GALVANIS DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON THERMAL REAKTOR KARTINI

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

Fisika EBTANAS Tahun 1996

PENGARUH JUMLAH KANAL MCA PADA DETERMINASI SUMBER ALPHA ( 242 PU DAN

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai...

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

Fisika EBTANAS Tahun 1991

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TEORI DASAR RADIOTERAPI

Fisika EBTANAS Tahun 1994

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PELURUHAN RADIOAKTIF

Transkripsi:

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium Tjipta BATAN Serpong, Jakarta E-mail: tjipta60@gmail.com Abstract The purpose of this study was to determine the magnitude of the thermal neutron flux in the neutron calibration facility. Determination of the neutron flux in the neutron calibration facility has been carried out by the method of activation puck. In the measurement of thermal neutron flux distribution using Indium-116m puck as much as 17 pieces with the same distance that attaches to the front placed 80 80 cm graphite. Results of the thermal neutron flux measurement has an average of 922.1139179 n/cm 2 s. Thus it can be said that the thermal neutron flux distribution in the neutron calibration facility fairly evenly with a difference of less than 5%. Keywords: Neutron flux, thermal neutron, activation, neutron calibration. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, kita selalu terkena radiasi. Radiasi yang dimaksud di sini adalah radiasi pengion yang berasal dari alam, yaitu dari sinar kosmik dan kerak bumi. Radiasi pengion merupakan suatu radiasi yang menyebabkan terjadinya proses ionisasi apabila menumbuk suatu bahan, misalnya sinar gamma, sinar x, partikel alfa, beta, elektron dan proton. Di samping radiasi alam, ada juga radiasi buatan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Radiasi tersebut pun menambah kontribusi radiasi latar, namun bersifat insidental, misalnya radiasi medik, radiasi dari kecelakaan nuklir dan jatuhan radioaktif (fall out). Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia oleh karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi nuklir. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan teknologi nuklir dalam berbagai bidang, peranan proteksi radiasi menjadi sangat penting dan harus ditangani secara sungguhsungguh agar paparan radiasi dari kegiatan yang dilakukan serendah mungkin. Berbicara mengenai teknologi nuklir, di PTKMR-BATAN terdapat ruang kalibrasi (Gambar 1). Kalibrasi merupakan proses untuk membandingkan model dengan hasil pengamatan dan pengukuran lapangan. Pada fasilitas kalibrasi neutron PTKMR, terdapat 80 80 105 cm balok grafit dan 35 80 91 cm balok policilin yang terbagi dalam 10 80 91 cm balok pembatas dan 25 80 91 cm balok wadah sumber (Gambar 2). Di dalam balok policilin berisi satu lubang kalibrasi silindris (penempatan sumber) yakni 241 Am-Be (3 Ci) dan 252 Cf (5 Ci) yang memiliki aktivitas 40 µg. Penempatan sumber 241 Am-Be dan 252 Cf dalam wadah tersebut dimungkinkan akan memberikan perubahan nilai laju dosis radiasi di ruang kalibrasi. Untuk mengetahui tingkat laju dosis radiasi di ruang kalibrasi diperlukan pemetaan dosis. Pemetaan dosis radiasi di ruang kalibrasi dilakukan untuk mengetahui nilai laju dosis radiasi di daerah kalibrasi alat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan fluks neutron termal di dalam fasilitas kalibrasi neutron. Fluks neutron merupakan banyaknya neutron yang bergerak per satuan luas per detik. Berdasarkan energi dan kecepatannya, fluks neutron dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: fluks neutron cepat, fluks neutron epithermal dan fluks neutron thermal. Dalam hal ini dibahas fluks neutron termal yang ditentukan dari hasil pengukuran aktivitas jenuh per inti dari keping yang telah diiradiasi. 23

Batasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penentuan fluks neutron termal di fasilitas kalibrasi neutron dengan menggunakan bahan keping Indium sebanyak 17 keping yang memiliki massa berbeda-beda sebagai akibat dari pengaruh iradiasi sumber neutron 241 Am-Be dan 252 Cf. Gambar 1 Denah fasilitas kalibrasi neutron PTKMR-BATAN. Gambar 2 Struktur balok pada fasilitas kalibrasi neutron PTKMR-BATAN. Pengukuran fluks neutron dilakukan dengan berbagai metode baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu cara pengukuran fluks neutron secara langsung adalah metode detektor swadaya. Dan pada penelitian ini akan dilakukan penentuan fluks neutron secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode aktivasi neutron keping (foil detector). Bahan yang digunakan adalah keping Indium (In). Prinsip dari metode tersebut cukup sederhana yaitu dengan mengaktifkan suatu material (foil) yang telah diketahui kadar dan karakteristiknya bila bereaksi dengan neutron, kemudian material (foil) tersebut diukur aktivitasnya dengan sistem peralatan Spektrometri Gamma. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pada kesempatan ini penulis akan meneliti dalam sebuah penelitian kolokium yang berjudul: Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium. Rumusan Masalah Untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian ini, masalah yang dirumuskan dan akan dicarikan penyelesaiannya melalui penelitian ini adalah Berapakah besarnya fluks neutron termal di fasilitas kalibrasi neutron yang ditentukan dari hasil pengukuran aktivitas keping yang telah diiradiasi selama waktu tertentu?. Kajian Teori Neutron Atom tersusun dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron sebagai penyusun inti atom, sedangkan elektron bergerak mengelilingi inti atom. Neutron dalam inti seperti sinar gamma dapat menembus suatu bahan dengan mudah. Interaksi neutron dengan inti atom berbeda dengan interaksi partikel radioaktif. Neutron merupakan zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai muatan listrik. Energi diam sebuah neutron hampir sama dengan massa sebuah proton, yaitu sebesar 1, 67492 10 24 gram atau 939, 6 MeV/c 2. Neutron dilambangkan dengan 1 0n, sedangkan cacah neutron dalam inti atom biasa dilambangkan dalam huruf N. Metode Pengukuran Fluks Fluks neutron adalah banyaknya neutron yang lewat pada tiap satuan luas per sekon. Secara matematis dapat ditulis φ = nv (1) Dengan φ menyatakan fluks neutron (n/cm 2 s), n adalah banyaknya neutron (n/cm 3 ), v kecepatan neutron (cm/s). Pada penelitian ini pengukuran fluks neutron termal di fasilitas kalibrasi neutron dilakukan untuk mengetahui seberapa besar fluks neutron termal dan bagaimana karakteristik distribusi fluks neutron termal di fasilitas kalibrasi neutron dengan metode aktivasi. a. Aktivasi Foil Metode aktivasi keping merupakan suatu produksi isotop radioaktif melalui penyerapan neutron. Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan cuplikan di dalam medan neutron. Inti-inti atom yang berada dalam cuplikan akan menyerap neutron dan berubah menjadi isotop radioaktif yang mampu memancarkan sinar gamma. Energi sinar gamma yang dipancarkan bersifat sangat spesifik untuk setiap unsur cuplikan. Energi sinar gamma ini dapat diidentifikasi dengan spektrometer gamma. Adapun analisis spektrum energi sinar gamma bertujuan untuk menentukan jenis radioisotop dalam cuplikan. Sedang hasil pencacahan (counting) untuk perhitungan fluks neutron serta analisis 24

pencocokan kurva (curve fitting) untuk menentukan fungsi distribusi fluks neutron pada fasilitas kalibrasi neutron tersebut. b. Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) AAN adalah suatu metode analisis unsur berdasarkan radioaktivitas imbas jika suatu cuplikan diiradiasi dengan menggunakan neutron. Teknik AAN mampu mengidentifikasi unsur kelumit (trace element yaitu unsur dalam kadar yang sangat rendah) dalam orde bagian per juta (ppm), bahkan untuk beberapa kasus mampu hingga orde bagian per milyar (ppb). Di samping itu, teknik AAN tidak terpengaruh oleh perlakuan kimia dan tidak merusak terhadap bahan yang dianalisis. Dengan teknik AAN dimungkinkan analisis terhadap sekitar 50 jenis unsur yang berbeda dalam satu cuplikan secara simultan. c. Sistem Pencacah Suatu gejala radiokaktivitas tidak dapat langsung diamati dengan panca indra manusia. Oleh karena itu untuk dapat melakukan pengukuran radioaktivitas maka diperlukan suatu detektor yang dapat berinteraksi secara efisien dengan sinar radioaktif yang diselidiki. Ada bermacam-macam detektor radiasi yang dapat dibagi menurut 3 golongan yaitu detektor isian gas, detektor sintilasi dan detektor semikonduktor. Pada bab ini ditekankan pada detektor yang digunakan untuk pengukuran fluks neutron, yaitu detektor semikonduktor. Apabila sinar gamma mengenai detektor semikonduktor maka terjadi interaksi yang membentuk pasangan elektron-hole, pada daerah intrinsik dalam detektor. Oleh karena pengaruh medan listrik yang dikenakan, elektron akan bergerak menuju lapisan-n dan hole akan bergerak menuju lapisan-p. Pada ujung-ujung elektroda, elektron dan hole akan mengakibatkan perubahan beda potensial yang menimbulkan pulsa. Tinggi pulsa akan sebanding dengan tenaga gamma yang berinteraksi dengan detektor. Sinyal pulsa yang dihasilkan langsung diterima oleh penguat awal yang peka terhadap muatan. Karena kesenjangan energi dalam Kristal Germanium sangat kecil ( E = 0, 7 ev) maka untuk mengatasi arus bocor balik, detektor HPGe (High Pure Germanium) harus dioperasikan pada suhu yang sangat rendah. Apabila hal ini tidak dilakukan, arus akan bocor maka akan menimbulkan derau yang akan merusak daya pisah (resolusi) detektor. Nitrogen cair yang mempunyai suhu 77 K ( 196 C) adalah medium pendingin yang biasa dipakai untuk mendinginkan detektor HPGe. Oleh sebab itu detektor HPGe biasanya ditempatkan dalam suatu wadah hampa yang dimasukkan dalam dawar nitrogen cair. Sistem ini disebut sebagi cryostat. Sedangkan perangkat sistem pencacah dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3 Perangkat sistem pencacah. Keterangan: (1) HV, (2) Detektor HPGe, (3) Pre-amp, (4) Amplifier, (5) ADC, (6) Komputer, (7) Printer, dan (8) Cryostat. Spektrometer Gamma Sinar-γ merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik yang memiliki kisaran energi antara 50 kev hingga 4 MeV. Sinar-γ dapat dihasilkan dari proses aktivasi suatu unsur dan bersifat diskrit untuk setiap unsur tertentu. Dalam metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN), sinar-γ yang dihasilkan dari proses aktivasi kemudian dianalisis menggunakan spektrometer-γ. Menurut Parry (1991), komponen spektrometerγ dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu detektor, catu daya tegangan tinggi, rangkaian pembentuk pulsa, Multi Channel Analyszer (MCA), dan penampil spektrum. Gambar 4 Spektrometer sinar-γ di laboratorium cacah PTKMR. Detektor merupakan komponen yang berfungsi mengubah energi radiasi yang mengenai detektor menjadi pulsa listrik. Catu daya tegangan tinggi merupakan komponen yang berfungsi menyediakan tegangan listrik untuk detektor. Rangkaian pembetuk pulsa berfungsi untuk mengubah pulsa listrik keluaran detektor menjadi bentuk spektrum melalui 25

komponen preamplifier dan amplifier. MCA merupakan komponen yang berfungsi menampilkan distribusi intensitas iradiasi terhadap energi. Penampil spektrum berfungsi untuk menampilkan spektrum hasil analisis spektrometer-γ. Hasil keluaran suatu pencacahan oleh detektor dalam sistem spektrometer-γ adalah distribusi tinggi pulsa yang memberikan gambaran dari spektrum energi yang terserap oleh detektor. Dengan melakukan analisis terhadap spektrum tersebut maka dapat diketahui masing-masing energi yang terserap dan besar aktivitas sumbernya. Adapun hasil keluaran tadi, sebenarnya merupakan akibat dari interaksi sinar-γ dengan detektor yang diolah pada perangkat elektronik sehingga terjadi pulsapulsa cacahan. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan Meterologi Radiasi) BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) Jl. Cinere Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Adapun metode dalam penelitian ini terdiri atas 2 metode, yaitu: a. Metode Eksperimen Peneliti menggunakan metode eksperimen dalam penelitian ini karena untuk memperoleh banyaknya konsentrasi radon pada kelembaban udara dan gas LPG harus melakukan pengamatan langsung di BATAN. b. Metode Literatur Selain menggunakan metode eksperimen, peneliti juga menggunakan metode literatur dalam penyusunan laporan akhir kolokium ini, karena dalam penyusunan laporan membutuhkan literatur buku-buku yang relevan untuk menunjang hasil pengamatan di BATAN. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PTKMR BATAN, didapatkan hasil seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. Pembahasan Hasil Penelitian Dalam penentuan fluks neutron ini dilakukan secara tidak langsung yakni dengan menggunakan metode analisis pengaktifan neutron dengan menggunakan bahan cuplikan yakni indium (In-116m). Alasan penggunaan indium pada penelitian ini dikarenakan indium merupakan bahan yang cocok dengan memiliki cross section yang tinggi untuk pengukuran neutron termal (162 barn) dan waktu paruhnya yang cocok yaitu 54,1 menit. Untuk mengukur fluks neutron termal pada fasilitas kalibrasi neutron yakni berdasarkan radioaktivitas yang terinduksi pada indium. Dan adanya pelepasan partikel gamma tersebut maka dapat dimanfaat untuk menentukan nilai aktivitas indium menggunakan spektrometer gamma. Tabel 1 Data Geometri dan Massa Keping. Jenis Keping In-116m, Tebal 0,5 mm, dan Diameter 1,4 cm. Massa (mg) Kemurnian (%) 1483,7 99,993 1450,7 99,993 1484,8 99,993 1463,7 99,993 1484,4 99,993 1467,0 99,993 1500,5 99,993 1495,0 99,993 1455,7 99,993 1453,7 99,993 1473,2 99,993 1486,1 99,993 1443,1 99,993 1480,4 99,993 1473,3 99,993 1491,5 99,993 1513,9 99,993 Spektrometer gamma yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrometer gamma dengan detektor High Purity Germanium (HPGe) tipe GEM60 buatan ORTEC. Adapun penggunaan spektrometer gamma ini yaitu untuk menentukan nilai counting dari proses selama iradiasi tersebut. Setelah didapat nilai counting tersebut, maka bisa ditentukan nilai fluks neutron termal tersebut. Akan tetapi dalam penentuan fluks neutron termal tersebut perlu diperhatikan faktor absorpsi diri foil indium. Hal ini dikarenakan dalam penentuan fluks neutron termal tersebut menggunakan foil indium yang cukup tebal. Selain itu indium memiliki daya serap yang kuat terhadap neutron termal. Sehingga hasil dari perhitungan fluks neutron ini nantinya akan dikalikan dengan faktor absorpsi diri foil indium ( 1 G th ) yaitu sebesar 1,38. Hasil yang didapat untuk keping indium bermassa 1483,7 mg memiliki fluks neutron termal sebesar 1274,493403, sedangkan untuk keping indium bermassa 1513,9 mg memiliki fluks neutron termal sebesar 628,8454117. Dan dari ke 17 keping indium dengan massa foil yang bervariasi tersebut 26

memiliki nilai fluks neutron termal yang berbedabeda dengan rata-rata 922,1139179. Adapun perbedaan tersebut terlihat bahwa massa foil tidak mempengaruhi nilai fluks neutron termal tetapi jarak antar masing-masing keping terhadap sumber neutron ( 241 AmBe dan 252 Cf) itulah yang mempengaruhi besar kecilnya nilai fluks tersebut. Dimana semakin dekat jarak keping terhadap sumber neutron maka semakin besar nilai fluks neutron termalnya, seperti yang terlihat pada Gambar 5. posisi iradiasi pada jarak aksial teratas yakni pada massa indium 1453,7 mg mempunyai fluks neutron lebih kecil yaitu 593,7710240 n/cm 2 s, dibandingkan pada jarak aksial terbawah yakni pada massa indium 1450,7 mg mempunyai fluks neutron lebih besar yaitu 1317,129828 n/cm 2 s. Hal ini dikarenakan, posisi keping terbawah mendapat interaksi neutron lebih besar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam proses reaksi aktivasi neutron termal dengan penyerapan di posisi terdekat sumber neutron. Dengan demikian, semakin dekat jarak keping terhadap sumber neutron, maka semakin besar nilai fluks neutron termalnya. Gambar 5 Grafik hubungan fluks neutron termal dengan massa foil In-116m. Kesimpulan Dari hasil pengukuran fluks neutron termal di fasilitas kalibrasi neutron dengan menggunakan keping indium di atas dapat disimpulkan bahwa Referensi [a] L.Y. Suparman, Widarto, Y. Wiyatmo, dalam Prosiding Seminar Nasional ke-17 dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir (2011). [b] Syarip, GANENDRA V (1). [c] I. Jaka, A. Sufmawan, K. Mustofa, dalam Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir, (Yogyakarta, 2010). [d] L. Risalatul, Bunawas, Teknik Aktivasi Foil Indium untuk Menentukan Distribusi Neutron Termal Dalam Fantom Padat di Bawah Iradiasi LINAC 15MV, (2013). [e] Affandy, Pengukuran Radionuklida Alam Pada Bahan Bangunan Plasterboard Fosfogipsum dengan menggunakan Spektrometer GAMMA, (Fisika UI, Tidak Diterbitkan). 27