BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat, menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Dalam menyusun RPJMD Kabupaten Karawang tahun ,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA ITB Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penanggulangan setiap masalah kebangsaan. Dengan demikian, integrasi nasional. politik desentralisasi dalam pemerintahan.

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

Penguatan Civic Governance melalui Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyelenggaraan Pemerintahan (Studi Eksploratif Di Kabupaten Bandung) 1

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

1 ( atau

VISI DAN MISI BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KAIMANA

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dalam pembahasan serta temuan-temuan dilapangan pada penelitian, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

PROGRAM KERJA APEKSI

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

Rencana Strategis (RENSTRA)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

S1 Manajemen. Visi. Misi

BAB III VISI MISI PEMBANGUNAN DAERAH

KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Transkripsi:

277 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umum Pelaksanaan penguatan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung belum dapat dilaksanakan secara optimal sehubungan masih terdapatnya berbagai masalah yang berkaitan dengan belum konsistennya pemerintah Kabupaten Bandung dalam memberikan akses secara terbuka kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, serta masih rendahnya tingkat partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat secara perorangan maupun kelompok/organisasi untuk memposisikan sebagai mitra kerja pemerintah dalam mengkritisi dan memberikan saran terhadap kinerja dan kebijakan pemerintah daerah. 2. Khusus Dari temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk membentuk dan menguatkan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan diawali dengan penyusunan platform otonomi daerah yang bersifat normatif serta dijadikan pedoman atau panduan penyelenggaraan sistem pemerintahan di lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung. Platform yang

278 menjiwai visi dan missi pembangunan Kabupaten Bandung ini selain disosialisasikan secara optimal kepada aparatur pemerintah juga turut disosialisasikan kepada masyarakat guna adanya kesinambungan dan sinergitas antara program pemerintah dengan aspirasi masyarakat yang menuntut keterbukaan serta terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan stabilitas wilayah. Dalam tahap implementasi, platform otonomi daerah menunjukkan bahwa secara bertahap dan berkesinambungan telah terbangun pemerintahan yang bercirikan civic governance. Namun pelaksanaan civic governance belum optimal sehubungan sebagian besar masyarakat Kabupaten Bandung sangat kurang berpartisipasi dalam mendukung berbagai program pemerintah yang bernuansa memperkokoh integrasi nasional maupun memperkuat stabilitas wilayah. b. Aktualisasi peran serta masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung lebih didominasi melalui kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang pola dan mekanismenya telah ditentukan berdasarkan aturan-aturan atau landasan hukum yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Bandung kurang optimal dalam memunculkan inisiatif dan kreativitas kegiatannya yang bernuansa penguatan civic governance. Dampak dari fenomena tersebut adalah masih tingginya tingkat mobilisasi massa oleh pemerintah dalam penguatan kegiatan civic governance. Kenyataan ini kurang sesuai dengan maksud dan tujuan dari penyelenggaraan konsep civic

279 governance itu sendiri yang sangat mengutamakan tingkat partisipasi masyarakat yang tidak dimobilisasi atau diintervensi oleh kekuasaan pemerintah. c. Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Kabupaten Bandung guna memperkokoh integrasi nasional memiliki peranan yang sangat strategis karena nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan banyak digunakan (diadopsi atau disisipkan) melalui berbagai program kegiatan pembangunan karakter bangsa yang dominan diselenggarakan oleh Kantor Kesbangpol Linmas. Sedangkan simbol-simbol yang digunakan oleh pemerintah daerah dalam mentransformasikan nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan tersebut dilakukan melalui simbol visual (gambar), verbal (ucapan) dan ritual (budaya/adat dan agama). Simbol-simbol yang digunakankan telah terbukti sangat mengoptimalkan proses transformasi nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan dalam pembangunan karakter bangsa ketimbang melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat doktrin (misalnya penataran dan simposium) yang sulit menggali potensi sikap kritis dari masyarakat. d. Model civic governance di Kabupaten Bandung pada dasarnya dilandasi oleh tiga unsur utama yang meliputi civic knowledge, civic skills dan civic dispositions yang selanjutnya ketiga unsur utama tersebut melakukan proses adaptasi terhadap aspek-aspek pendidikan kewarganegaraan, pembangunan karakter bangsa, partisipasi masyarakat, otonomi daerah dan integrasi nasional. Hasil akhir dari proses adaptasi terhadap aspek-aspek tersebut di atas berupaya mewujudkan kondisi sebagai berikut :

280 1) Terciptanya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dan partisipatif. 2) Optimalisasi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang teraktualisasikan dalam pendidikan kewarganegaraan dan partisipasi masyarakat. 3) Terciptanya warganegara yang cerdas, kritis, partisipastif, demokratis, taat hukum, beradab dan religius. B. Saran-saran 1. Umum Topik penelitian mengenai penguatan civic governance, merupakan studi eksplorasi terhadap aktualisasi peranserta masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung yang memiliki dimensi mikro. Penelitian ini telah berusaha mengkaji upaya transformasi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa dan penguatan civic governance serta aktualisasi peranserta masyarakat dalam proses pemerintahan, namun di karenakan unit kajiannya hanya terfokus di lingkungan pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bandung, maka penelitian ini berdimensi lokal. Hal ini tentu merupakan keterbatasan dari penelitian ini. Untuk itu peneliti mengajukan beberapa saran untuk beberapa alasan sebagai berikut : a. Penelitian ini terbatas kepada pandangan elit pemerintahan dan tokoh masyarakat yang secara langsung maupun tak langsung kurang menggali pendapat aparat pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bandung secara keseluruhan. Untuk itu perlu dilakukan kajian penelitian lebih lanjut yang sampelnya diperbesar agar kajian tentang penguatan civic governance dalam kerangka otonomi daerah

281 sebagai landasan memperkokoh integrasi nasional ini semakin lebih objektif dan ditemukan model civic governance yang lebih baik. b. Keberhasilan penguatan civic governance dalam kerangka otonomi daerah sebagai landasan memperkokoh integrasi nasional memerlukan prasyarat sistemik yang dapat menunjang dan mendukung kesuksesan transformasi nilainilai pembangunan karakter bangsa terhadap aktualisasi peranserta masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari suprastruktur hingga infrastruktur yang ada di lingkungan pemerintahan maupun masyarakat Kabupaten Bandung. Atas dasar pertimbangan tersebut, peneliti menyarankan agar gagasan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pemerintahan sehingga mewujudkan civic governance yang ideal untuk diseminasikan secara populis dan kontekstual kepada komponen aparatur pemerintahan di tingkat pemerintah daerah Kabupaten Bandung sampai ke tingkat pemerintah Nasional. c. Kesuksesan penguatan civic governance serta aktualisasi partisipasi masyarakat yang optimal melalui transformasi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, menunjukkan sangat tergantung kepada kebijakan politik pemerintah setempat. Jadi muaranya ada pada kehandalan pimpinan daerah dan para stafnya. Bisa dibayangkan apabila dimasa pragmatisme dalam kancah globalisasi yang penuh dengan sikap individualistis saat ini penuh dengan pimpinan dan aparat pemerintah yang tidak mau peduli terhadap nilai-nilai nasionalisme maupun kepentingan masyarakat. Dengan demikian di masa depan perlu dipikirkan langkah konkrit penguatan civic governance dalam kerangka otonomi daerah

282 melalui transformasi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang jauh lebih inovatif, sistematis dan berkelanjutan tanpa tergantung kepada kebijakan politik sang penguasa daerah. 2. Khusus a. Kebijakan otonomi daerah tentang penguatan civic governance seharusnya dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh pihak pemerintah maupun masyarakat. Hal ini perlu dilakukan mengingat kebijakan yang bersifat normatif dan sentralistis hanya akan menjadikan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan menjadi tidak optimal atau terhambat implementasinya. Sudah seharusnya pemerintah daerah secara berkelanjutan dan berkesinambungan melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada masyarakat tentang pentingnya konsep civic governance serta meminimalisir tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Kondisi ini akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh kebijakan yang membuka peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. b. Aktualisasi peran serta masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung sudah seharusnya tidak lagi terfokus kepada kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang pola dan mekanismenya telah ditentukan berdasarkan aturanaturan atau landasan hukum yang dibuat oleh pemerintah. Seharusnya pemerintah daerah turut memfasilitasi dan mendukung penuh kegiatan masyarakat yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat lainnya melalui

283 advokasi, pembinaan, pendampingan atau kegiatan lainnya sehingga partisipasi masyarakat tidak terjebak pada proses penyelenggaraan pemerintahan yang semu. Pada dasarnya, dalam penguatan civic governance melalui partisiapsi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan harus terpenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 1) adanya inovasi dan pemikiran kreatif di kalangan masyarakat maupun aparat pemerintahan yang bertujuan untuk kepentingan bersama; 2) terdapat tingkat toleransi yang tinggi terhadap kritik yang datang dari masyarakat dengan mengembangkan sifat positive thinking di kalangan aparat pemerintah terhadap kritik itu sendiri; 3) adanya budaya di kalangan pengelola pemerintahan untuk berani mengakui atas kesalahan yang mereka buat dalam merencanakan pembangunan dan pemerintahan; 4) adanya sistem evaluasi program pembangunan dan pemerintahan yang mengarah pada terciptanya kemampuan rakyat untuk secara mandiri mencari permasalahan pada proses penyelenggaraan pemerintahan dan pemecahan terhadap permasalahan itu sendiri; 5) minimnya budaya paternalisme yang selama ini mewarnai interaksi antara pimpinan instansi pemerintah dengan masyarakat; 6) adanya pengakuan hak partisipasi untuk rakyat/warganegara dari penyelenggara pemerintahan yang pada akhirnya masyarakat diizinkan untuk menciptakan pembangunan, bukan hanya mendukung pembangunan; dan

284 7) optimalnya pembudayaan budaya demokrasi di kalangan aparat pemerintah. c. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Kabupaten Bandung perlu terus ditingkatkan peranannya sehubungan masih minimnya program-program kegiatan pemerintah yang mengadopsi atau berlandaskan nilai-nilai dari pendidikan kewarganegaraan sehingga keberadaan pendidikan kewarganegaraan terkesan formalitas belaka. Selain itu kegiatan yang bernuansa pembangunan karakter bangsa masih bersifat doktrin, formalitas dan kurang membuka dialog antara pemerintah yang diwakili oleh Bappeda dan Badan Kesbanglinmas dengan masyarakat. Apabila peran pendidikan kewarganegaraan tidak dioptimalkan maka pembangunan karakter bangsa di Kabupaten Bandung sangat sulit untuk melakukan penguatan civic governance maupun menunjang terwujudnya integrasi nasional yang kokoh. d. Model civic governance di Kabupaten Bandung perlu terus dikembangkan melalui kajian atau bentuk penelitian lainnya mengingat model yang dibangun dan dikembangkan dalam bentuk 22 (duapuluh dua) model penguatan civic governance oleh penulis masih terfokus kepada aktualisasi civic knowledge, civic skills dan civic dispositions. Hal ini menandakan bahwa penemuan model ini oleh penulis masih memiliki kelemahan dalam aspek metode penelitian, teknik pengumpulan data serta sampel yang terlibat. Di masa yang akan datang model ini harus direvisi dan terus dikembangkan agar mampu menjadi pedoman bagi terselenggaranya penguatan civic governance dan pelaksanaan partisipasi

285 masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kabupaten Bandung. -o-