Maka, demokrasi ekonomi indonesia akan ditopang oleh 3 pelaku utama yaitu BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), Koperasi dan Swasta.

dokumen-dokumen yang mirip
Mendorong BUMdes Menjadi Kekuatan Baru Ekonomi di Desa FGD, Grand Cemara, 14 April 2016 STAF AHLI BIDANG PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KEMENTERIAN DESA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 78

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 38 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik. melalui peningkatan pendapatan dan memberikan

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA OBOR SUDIMARA ) DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN ROGOJAMPI KEPALA DESA ROGOJAMPI JL.KH.ZAINUDIN NOMOR : 07 NOMOR TELEPON : ( 0333 ) R O G O J A M P I

BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI MASYARAKAT

BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2016

STRATEGI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA SECARA BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KAMPUNG OMON DISTRIK GRESI SELATAN KABUPATEN JAYAPURA

SALINAN KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA KALIGONDO NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

KEPALA DESA BANJARANYAR KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DESA BANJARANYAR NOMOR : 6 TAHUN 2015

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPALA DESA KETEP KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KETEP NOMOR 4 TAHUN 2016 T E N T A N G BADAN USAHA MILIK DESA DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEUCHIK GAMPONG PEUNAYONG KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH REUSAM GAMPONG PEUNAYONG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA KALIGONDO NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BADAN USAHA MILIK DESA LANDASAN HUKUM

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

KEPALA DESA JOJOGAN KECAMATAN WATUKUMPUL KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA JOJOGAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

BADAN USAHA MILIK DESA. Oleh: Dr. Oyong Lisa,SE.,M.M,CMA,Ak,CA,CIBA

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN SONGGON DESA SUMBERBULU Jln Koesno redjo 168 Kode Pos (68463)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2017

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

PERATURAN DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

KEPALA DESA KALENSARI KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA KALENSARI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA BERKAH MANDIRI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

Penguatan Kelembagaan BUM Desa

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPALA DESA BUMIREJO KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DESA BUMIREJO NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA BINANGUN BUMI RAHAYU BUMIREJO

PERATURAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CILELES KABUPATEN LEBAK NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) MITRA LESTARI DESA ABUMBUN JAYA KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

Transkripsi:

GAGASAN PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI DESA Disusun oleh Program Desa Lestari Yayasan Penabulu, berdasarkan pengalaman lapang pendampingan beberapa desa di DI Yogyakarta selama kurun waktu 2014 2015. Sebagai sebuah bentuk gagasan, dokumen ini akan disusun sesederhana mungkin dan memberikan ruang penyempurnaan gagasan sambil bertumbuhnya pengalaman pendampingan di kemudian hari. 1. MODEL PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi Indonesia pada dasarnya merupakan ekonomi yang berbasis mekanisme pasar dengan intervensi pemerintah yang memainkan peranan penting didalamnya. UUD 1945 Bab XIV, Pasal 33, memandatkan bahwa perekonomian Indonesia disusun atas usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, dengan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perekonomian Indonesia diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Maka, demokrasi ekonomi indonesia akan ditopang oleh 3 pelaku utama yaitu BUMN/D (Badan Milik Negara/Daerah), dan Swasta. 2. BADAN USAHA MILIK DESA UU 6/2014 menyebutkan bahwa pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. Lebih lanjut, Pasal 87 UU tersebut menyatakan bahwa dapat dibentuk oleh Pemerintah Desa yang dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum dan dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa. dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya. dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam. Kemakmuran rakyat Indonesia sesuai mandat UUD 1945, atau kesejahteraan masyarakat yang sejati, diyakini harus dibangun mulai dari tataran Desa. memberikan ruang pengambilan peran negara melalui Pemerintah Desa untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki Desa dan bidang produksi yang penting bagi Desa dan yang menguasai hajat hidup warga Desa.

3. KEPEMILIKAN MASYARAKAT ATAS BUM DESA a. Tinjauan Keterlibatan Seperti yang diuraikan sebelumnya, akan mewakili peran Pemerintah Desa dalam pengembangan potensi ekonomi lokal dan dalam penyediaan layanan umum bagi warga Desa. Sekilas posisi dan peran akan mirip dengan BUMN dan BUMD di tingkat nasional dan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota. Namun Buku Bahan Bacaan bagi para pendamping desa No. 7 tentang yang diterbitkan oleh Kementerian Desa dan PDDT mengingatkan bahwa frasa kesatuan masyarakat hukum pada definisi Desa telah menempatkan Desa sebagai organisasi campuran antara masyarakat berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal (local self government): Pemerintahan Desa berbeda dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah tidak mengandung unsur masyarakat, melainkan perangkat birokrasi. Pada sisi yang lain, Desa tidak identik dengan Pemerintah Desa dan kepala Desa. Desa meliputi pemerintahan lokal dan sekaligus mengandung masyarakat, yang keseluruhannya membentuk kesatuan hukum. Pada BUMN misalnya, badan usaha benar-benar merupakan alat intervensi pemerintah pada tataran perekonomian nasional. Kepemilikan pemerintah akan direpresentasikan oleh Menteri yang ditunjuk dan diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara, dan RUPS merupakan organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan. Sangat berbeda konstalasi antara BUMN/BUMD dengan, dimana masyarakat Desa berperan langsung dalam pengelolaan, sesuai dengan Permendes 4/2015 yang dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tahapan/ Aspek Pasal Keterangan Inisiatif 4 Berdasarkan inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa yang disampaikan secara terbuka melalui Musyawarah Desa Pendirian 5 Disepakati melalui Musyawarah Desa, meliputi aspek kesesuaian pendirian dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, organisasi pengelola, modal usaha dan AD/ART Penetapan 5 Hasil Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian Organisasi Pengelola 9, 10 dan 16 Terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa, terdiri dari: Penasihat, Pelaksana Operasional dan Pengawas a. Penasihat 11 Dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang bersangkutan b. Pelaksana Operasional 12, 13 dan 14 Harus warga Desa setempat (berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 tahun), dapat menunjuk Anggota Pengurus dan merekrut Karyawan c. Pengawas 15 Mewakili kepentingan masyarakat, terdiri dari: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota, berwenang untuk memilih dan mengangkat Pengurus

Tahapan/ Aspek Pasal Keterangan Pelaporan 12 Pelaksana Operasional membuat laporan keuangan dan laporan perkembangan kegiatan seluruh unit-unit usaha setiap bulan 12 Pelaksana Operasional memberikan laporan perkembangan unitunit usaha kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 kali dalam 1 tahun 31 Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan kepada Penasihat Pengendalian 11 Penasihat mengendalikan dan memberikan nasihat dalam pelaksanaan pengelolaan, saran dan pendapat mengenai masalah yang dihadapi Pelaksana Operasional Pengawasan 15 Pengawas melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Operasional dan berkewajiban menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk membahas kinerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali Alokasi Hasil 26 Pembagian hasil usaha ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam AD/ART Kepailitan 27 Dalam hal kerugian tidak dapat ditutup dengan aset dan kekayaan yang dimiliki, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa Pembinaan 31 Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa Berdasarkan pemetaan tahapan di atas, tampak bahwa masyarakat Desa melalui organ Musyawarah Desa terlibat aktif dalam proses: inisiasi, pendirian (mencakup penetapan organisasi pengelola, modal usaha dan AD/ART), menerima laporan perkembangan sekurangnya 2 kali setahun dan memberikan pernyataan pailit. Selain keterlibatan langsung melalui Musyawarah Desa, masyarakat Desa juga dapat terlibat melalui mekanisme perwakilan warga di Badan Permusyawaratan Desa dalam hal penetapan Perdes Pendirian dan pengawasan tanggung jawab Pemerintah Desa dalam melakukan pembinaan terhadap, terutama pengawasan atas tanggung jawab Kepala Desa sebagai Penasihat. b. Tinjauan Permodalan Seperti yang disajikan dalam bentuk bagan pada halaman berikut, modal awal pendirian akan berasal dari APB Desa. Sedangkan modal penyertaan usaha (selain bagi unit usaha yang berbentuk Lembaga Keuangan Mikro) akan berasal dari hibah, sumbangan, kerjasama usaha dan penyerahan aset desa yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa. Hibah dan/atau kerjasama usaha dapat diperoleh dari pihak Swasta, Lembaga Sosial Ekonomi Kemasyarakatan/Lembaga Donor. Sedangkan sumbangan dapat diperoleh dari Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota; dan aset desa yang diserahkan. Hibah, sumbangan dan penyerahan aset desa akan memberikan modal usaha bagi BUM Desa tanpa penyertaan kepemilikan. Penyertaan kepemilikan mungkin terjadi pada skema kerjasama usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas pada tingkat unit usaha di bawah (bukan penyertaan kepemilikan pada tingkatan ).

Gambaran umum tentang jenis kegiatan, jenis usaha, bentuk organisasi dan modal usaha sesuai dengan Permendes 4/2015 adalah sebagai berikut: Swasta Lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan HIBAH/ KERJASAMA USAHA Lembaga donor Pusat Provinsi Kabupaten/Kota BANTUAN PEMERINTAH ASET DESA yang disalurkan/ diserahkan melalui mekanisme APB Desa Modal awal bersumber dari APB Desa Penyertaan modal Desa Penyertaan modal Masyarakat Desa berasal dari tabungan/ simpanan masyarakat MODAL PASAL 17 dan 18 BADAN USAHA MILIK DESA KEGIATAN BENTUK ORGANISASI PASAL 7 dan 8 Tidak memimiliki unit usaha berbadan hukum Memiliki unit usaha berbadan hukum bentuk organisasi didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian Perseroan Terbatas Lembaga Keuangan Mikro modal sebagian besar (>50%) dimiliki oleh andil sebesar 60% PASAL 2 Pelayanan umum Ekonomi/Bisnis JENIS USAHA PASAL 19 24 PASAL 19 PASAL 20 PASAL 21 PASAL 22 PASAL 23 PASAL 24 Bisnis Sosial Sederhana Bisnis Penyewaan Barang Perantara/ Jasa Pelayanan Produksi/ Perdagangan Barang Bisnis Keuangan Mikro Bersama/ Induk Unit bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial air minum Desa usaha listrik Desa lumbung pangan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya Bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoleh PAD alat transportasi perkakas pesta gedung pertemuan rumah toko tanah milik barang sewaan lainnya perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan kepada warga jasa pembayaran listrik pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat jasa pelayanan lainnya Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas pabrik es pabrik asap cair hasil pertanian sarana produksi pertanian sumur bekas tambang kegiatan bisnis produktif lainnya. mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya Bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa pemberian kredit/ pinjaman yang mudah diakses masyarakat Desa bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya

Ilustrasi indikatif mengenai beberapa skema penyertaan modal (pada prakteknya dapat saja terjadi kombinasi antara beberapa skema) pada yang memiliki unit usaha adalah sebagai berikut:: BADAN USAHA MILIK DESA Unit Unit Unit Tidak terdapat penyertaan kepemilikan pihak ketiga, dapat hanya berbentuk unit usaha tanpa badan hukum Berbentuk Perseroan Terbatas Terdapat penyertaan kepemilikan pihak ketiga (terutama pihak Swasta) pada tingkat Unit Temporer Permanen Hibah Pihak Ketiga, Sumbangan Pemerintah, Penyerahan Aset Desa Kerjasama PENYERTAAN MODAL DESA Definisi penyertaan modal Desa yang berasal dari kerjasama usaha masih menyisakan keraguan terkait dengan frasa kerjasama usaha yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa pada Pasal 18 ayat 1 huruf c Permendes 4/2015, yang berbeda makna dari Pasal 14 15 Permendagri 39/2010. Modal usaha yang berasal dari penyertaan modal masyarakat Desa yang berupa tabungan/simpanan masyarakat akan menopang unit usaha yang memiliki jenis usaha bisnis keuangan mikro dan berbadan hukum Lembaga Keuangan Mikro dengan andil sebesar 60%. Kecuali untuk bentuk hukum Lembaga Keuangan Mikro, tidak terdapat skema penyertaan modal masyarakat Desa secara langsung pada dan unit usaha Perseroan Terbatas yang dimilikinya, walaupun masyarakat Desa secara perorangan maupun secara berkelompok dapat saja masuk ke kategori Pihak Swasta. Kepemilikan masyarakat Desa atas bukan didasarkan pada penyertaan modal, melainkan melalui pelibatan penuh masyarakat Desa dalam tahap pendirian dan pemantauan pengelolaan melalui organ Musyawarah Desa dan keterwakilan masyarakat Desa di organ Badan Permusyawaratan Desa.

c. Tinjauan Manfaat Pasal 3 Permendes 4/2015 menegaskan bahwa didirikan dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan perekonomian Desa, mengoptimalkan manfaat aset, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa, menciptakan peluang dan jaringan pasar, membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa; yang kesemuanya diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa. Sedangkan sesuai Pasal 89 UU 6/2014, hasil usaha selain akan digunakan bagi pengembangan usaha itu sendiri, dimanfaatkan untuk pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam APB Desa. Alokasi dan pembagian hasil usaha sesuai Pasal 26 Permendes 4/2015 akan dtetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam AD/ART yang bersangkutan. Sejalan dengan tidak adanya penyertaan modal masyarakat Desa secara langsung pada, maka juga tidak terdapat pembagian keuntungan, hasil usaha ataupun manfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat Desa. Masyarakat Desa akan mendapatkan manfaat ekonomi secara tidak langsung dari operasionalisasi BUM Desa. Tabel di bawah akan menggambarkan alur manfaat ekonomi yang akan diterima masyarakat Desa dengan berdirinya sebagai berikut: Dampak Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa Tujuan Bagi Pemerintah Desa Bagi Masyarakat Desa Meningkatnya Pendapatan Asli Desa, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan dana bergulir Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa (secara tidak langsung) Hasil yang Diharapkan Jenis Contoh Kegiatan Manfaat Ekonomi Bisnis Sosial Sederhana (Pasal 19 Permendes 4/2015) Bisnis Penyewaan Barang (Pasal 20) Air minum Desa listrik Desa Lumbung pangan Penyewaan alat transportasi, perkakas pesta Penyewaan gedung pertemuan, rumah toko, tanah milik Terjaminnya akses atas air bersih dan mengurangi tingkat pengeluaran sehari-hari serta peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Terjaminnya pasokan listrik untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha skala kecil dan mengurangi tingkat pengeluaran sehari-hari serta mengurangi ketergantungan pada bahan energi tidak terbarukan Terjaminnya pasokan dan kestabilan harga bahan pangan dan mengurangi tingkat pengeluaran sehari-hari, terutama di masa tanam Mendapatkan harga yang lebih murah dan putaran ekonomi berlangsung di dalam lingkup Desa Mendapatkan harga yang lebih murah dan putaran ekonomi berlangsung di dalam lingkup Desa serta termanfaatkannya aset Desa

Jenis Contoh Kegiatan Manfaat Ekonomi Perantara/Jasa Pelayanan (Pasal 21) Produksi/ Perdagangan Barang (Pasal 22) Bisnis Keuangan Mikro (Pasal 23) Bersama/ Induk Unit (Pasal 24) Jasa pembayaran listrik Pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat Pabrik es, pabrik asap cair, pengolahan hasil pertanian, penyediaan sarana produksi pertanian, pengelolaan sumur bekas tambang, dll Penyediaan kredit/ pinjaman bagi masyarakat Pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan kecil Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat Pengurangan biaya transportasi pembayaran listrik Tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam skala desa, dan juga tempat untuk pemasaran hasil produksi masyarakat ke luar Desa, diharapkan terjadinya peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat Desa Pemanfaatan sumber daya alam lokal secara berkelanjutan, mendukung produksi masyarakat Desa dan pembukaan lapangan kerja Diperolehnya akses atas pinjaman lunak bagi keperluan sehari-hari maupun bagi modal usaha skala kecil, mengurangi biaya bunga dan ketergantungan pada tengkulak/rentenir Peningkatan produksi, peningkatan pendapatan, dan pengurangan ketergantungan pada pelaku/pemodal besar (pembeli/pengolah lanjutan) Peningkatan jenis usaha, peningkatan pendapatan, integrasi pemasaran dan promosi, peningkatan wisatawan, peningkatan industri kreatif, penyepakatan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan Dari uraian rantai manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari pendirian di atas, jelas terlihat betapa strategis peran sebagai salah satu intervensi utama Pemerintah Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa. Menyertai dukungan APBN bagi pembangunan Desa melalui Dana Desa, merupakan format intervensi pelengkap yang memberikan kemungkinan bagi Pemerintah Desa untuk aktif mengembangkan perekonomian lokal secara kolektif berbasis potensi dan kekuatan yang dimiliki masing-masing Desa. 4. KOPERASI PRODUKSI DESA Konsep perekonomian Indonesia tidak dapat hanya ditopang oleh peran aktif pemerintah, begitu juga pada tingkatan pengembangan ekonomi Desa. Untuk menjamin terselenggaranya demokrasi ekonomi, kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang dan perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Pengembangan ekonomi Desa tidak dapat hanya dilandaskan pada penempatan modal/kapital semata. Produksi yang berbasis sumber daya alam lokal wajib dikerjakan oleh semua dan untuk semua di bawah kepemilikan anggota-anggota masyarakat. hadir mewakili kepentingan Pemerintah Desa sebagai upaya peningkatan layanan umum bagi masyarakat, pemanfaatan aset desa, pemberian dukungan bagi usaha produksi masyarakat. Kelembagaan tidak didirikan untuk melakukan aktivitas ekonomi produktif utama dalam pemanfaatan sumber daya alam lokal. Batasan peran tersebut tampak dari arahan klasifikasi jenis usaha sebagai berikut:

Peran Jenis Contoh Kegiatan Penyediaan/peningkatan layanan umum bagi masyarakat Desa Pemanfaatan aset Desa Pemberian dukungan bagi usaha produksi masyarakat Bisnis Sosial Sederhana (Pasal 19 Permendes 4/2015) Perantara/Jasa Pelayanan (Pasal 21) Bisnis Penyewaan Barang (Pasal 20) Bersama/ Induk Unit (Pasal 24) Produksi/ Perdagangan Barang (Pasal 22) Bisnis Keuangan Mikro (Pasal 23) Air minum Desa listrik Desa Lumbung pangan Jasa pembayaran listrik Pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat Penyewaan alat transportasi, perkakas pesta Penyewaan gedung pertemuan, rumah toko, tanah milik Pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan kecil Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat Pabrik es, pabrik asap cair, pengolahan hasil pertanian, penyediaan sarana produksi pertanian, pengelolaan sumur bekas tambang, dll Penyediaan kredit/pinjaman bagi masyarakat Tabel di atas kembali menunjukkan bahwa, selain ditujukan bagi peningkatan layanan umum dan optimalisasi aset Desa, akan berperan untuk mendukung, memfasilitasi dan mengkoordinasikan upaya-upaya ekonomi produktif masyarakat Desa. dapat menjadi induk kegiatan ekowisata desa, atau mendirikan pabrik es yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan tangkap, atau penyediaan sarana produksi dan pabrik pengolahan hasil pertanian setempat. juga berperan penting dalam penyediaan pinjaman modal usaha skala kecil bagi usaha produktif masyarakat Desa. Produksi berbasis pemanfaatan sumber daya alam akan dilakukan oleh masyarakat Desa. Selama ini pemanfaatan sumber daya alam selalu menjadi ruang kompetisi produksi berbasis modal yang sebagian besar akan dikuasai oleh kekuatan kapital dan jaringan pasar yang dimiliki pihak swasta. Keberpihakan pada usaha produktif masyarakat hanya dapat memberikan penguatan pada kapasitas ekonomi produktif masyarakat Desa, namun tidak dapat memberikan kunci pemenangan atas kompetisi pasar pemanfaatan sumber daya alam lokal yang selama ini terjadi. Masyarakat Desa tetap tidak akan mampu bersaing dengan pihak swasta jika tidak memperkuat kelembagaan ekonominya. produksi, sebagai salah satu jenis koperasi di Indonesia, perlu dibangun bagi penguatan kelembagaan produksi masyarakat Desa. bukan merupakan kumpulan modal belaka, koperasi merupakan kumpulan orang yang memiliki tujuan dan jenis usaha yang sama. merupakan badan hukum yang berorientasi pada pemupukan laba dengan pembagian sisa hasil usaha bagi para anggotanya. Pada BUM Desa, masyarakat Desa tidak secara langsung melakukan penyertaan modal dan juga tidak secara langsung memperoleh keuntungan/hasil usaha.

Pada, masyarakat wajib untuk menyisihkan sebagian hartanya bagi simpanan pokok dan simpanan wajib, terlibat langsung dalam segenap proses produksi, dan dapat menikmati sisa hasil usaha pada setiap periode pembagiannya. produksi masyarakat Desa akan dapat menjadi lembaga produksi bersama masyarakat Desa, bersaing (ataupun berkolaborasi) dengan pihak swasta dalam pemanfaatan sumber daya alam lokal yang dimiliki masing-masing Desa. Tanpa pengembangan koperasi produksi masyarakat Desa maka penguatan BUM Desa semata tidak akan mampu menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat secara hakiki. produksi masyarakat desa akan melengkapi keutuhan konsep BUM Desa yang saat ini sedang dikembangkan. Gambar sederhana berikut akan menterjemahkan sudut pandang ini: Anggota Produksi, sebagai warga Desa, terlibat dalam Musyawarah Desa dan dapat turut serta berprakarsa dalam mengidentifikasi jenis usaha, terlibat aktif dalam pendirian dan pengaturan, sesuai kebutuhan dukungan bagi setiap jenis produksi kelompok masyarakat Desa Layanan Umum MUSYAWARAH DESA Pengelola Aset EKOWISATA PERIKANAN PERTANIAN Lembaga Keuangan Mikro Home Stay Induk Unit Desa Wisata Pemandu Wisata Pengrajin Unit Penyediaan Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil Produksi Peternak Unit Pabrik Es Nelayan Tangkap Perempuan Penjual dan Pengolah Ikan Petani Organik Kelompok Perempuan Pengolah Periau Sarang (Peternak Madu Madu Hutan) Anggota Produksi adalah warga Desa dan terlibat aktif dalam Musyawarah Desa

Konstalasi yang tergambar pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa jika ruangruang pengambilan posisi dan peran dapat dipahami dengan baik oleh setiap warga Desa, maka masyarakatlah yang akan menjadi aktor utama perekonomian Desa. Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki, masyarakat Desa harus memperkuat kelembagaan produksi kolektif melalui pengembangan bentuk koperasi produksi, sembari memaknai keterlibatannya pada siklus tata pemerintahan Desa dan dalam upaya pengembangan sebagai penyedia layanan umum dan pendukung usaha produksi kelompok-kelompok masyarakat. 5. PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI DESA Segenap paparan sebelumnya, meneguhkan bahwa pendirian tidak akan cukup untuk mengungkit kebangkitan perekonomian Desa sesuai cita-cita besar bangsa ini. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa harus dibangun berdasarkan beberapa pilar utama sekaligus, yaitu: (1) kekuatan kelembagaan dan modal usaha produksi kolektif masyarakat, (2) keterlibatan bermakna masyarakat dalam tata pemerintahan Desa, (3) penguasaan atas literasi keuangan usaha dan (4) pengembangan serta pengelolaan BUM Desa yang tepat dan handal. Kekuatan kelembagaan dan modal usaha produksi kolektif masyarakat Desa merupakan pilar pertama dan dapat dicapai melalui upaya pengorganisasian kelompok usaha/produksi masyarakat, pendampingan pembentukan dan pengelolaan koperasi produksi, penggalangan modal anggota, perolehan input teknologi tepat guna dan perbaikan akses serta sistem pasar. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan harus menjadi prinsip dasar yang diadopsi oleh koperasi produksi. Keterlibatan bermakna masyarakat dalam tata pemerintahan Desa harus terjadi dalam keseluruhan siklus tata pemerintahan Desa, mulai dari penyusunan RPJM Desa, APB Desa dan RKP Desa. Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam proses-proses pendukung tata pemerintahan Desa, antara lain pada proses pemetaan batas desa, pemetaan tata guna lahan, dan penyusunan Peraturan Desa. Harus juga dipahami bahwa pengembangan BUM Desa merupakan sebuah keputusan yang tidak terpisahkan dari proses penyusunan rencana dan anggaran pembangungan Desa itu sendiri. Penguasaan atas literasi keuangan usaha bagi masyarakat Desa dapat dicapai melalui pengembangan panduan, instrumen dan perangkat pemahaman yang sederhana, yang dapat memandu masyarakat memahami prinsip, konsep, tahapan dan proses pengembangan dan pengelolaan unit usaha Desa. Penguasaan literasi keuangan usaha tidak hanya menjadi kebutuhan pengurus/pelaksana, namun harus menjadi asupan literasi bagi seluruh komponen masyarakat. Musyawarah Desa dan ajang pertemuan desa lainnya dapat digunakan untuk membangun pemahaman bersama mengenai seluk beluk pengelolaan keuangan usaha Desa. Pengembangan serta pengelolaan yang tepat dan handal akan merupakan pilar akhir pendukung terbangunnya perekonomian desa yang demokratis. Ketepatan pemilihan jenis, jenis kegiatan usaha, struktur organisasi sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat Desa akan menjadi kunci awal bagi pencapaian manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan Pemerintah Desa. Kehandalan pengelolaan BUM Desa harus dibangun mulai dari kelengkapan AD/ART, akuntabilitas pengelolaan dan transparansi pelaporan dan pertanggungjawaban. Tiga pilar yang disebutkan sebelumnya, akan turut serta mendorong keberhasilan pencapaian tujuan dari pendirian.