IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ASTER (Landuse Identification and Classification Using ASTER Multispectral Data)

dokumen-dokumen yang mirip
q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

PENGGUNAAN CITRA ASTER DALAM IDENTIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN PADA SUB DAS LESTI (KABUPATEN MALANG)

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS

BAB III METODE PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

SATELIT ASTER. Oleh : Like Indrawati

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

III. BAHAN DAN METODE

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III METODE PENELITIAN

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

ABSTRAK. Kata Kunci: kebakaran hutan, penginderaan jauh, satelit Landsat, brightness temperature

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

NLYSIS QICKBIRD IMGERY SING SPERISED ND NSPERISED CLSSIFICTION Latifa lfah ( ) Information System Major, Faculty of Computer and Technology Inf

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Gregorius Anung Hanindito 1 Eko Sediyono 2 Adi Setiawan 3. Abstrak

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ASTER DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN BARAT MADURA

BAB III DATA DAN METODOLOGI

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

PEMANFAATAN CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

DAFTAR ISI Halaman INTISARI... Ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR PERSAMAAN...

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

KATA PENGANTAR. RS sangat cepat berkembang dan well proven baik di kalangan akademik, pemerintah, swasta

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

Oleh: Yuli Rohmawati, DR.Ing.Ir.Teguh Hariyanto,M.Sc Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI PESISIR TENGGARA BALI (STUDI KASUS KABUPATEN GIANYAR DAN KLUNGKUNG)

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia adalah salah satu Negara Mega Biodiversity yang terletak

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Gambar 1. Satelit Landsat

Transkripsi:

Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ASTER (Landuse Identification and Classification Using ASTER Multispectral Data) Indarto 1), Arif Faisol 2) 1) PUSLIT PSDA LEMLIT UNEJ, Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegalboto, Jember, 68121 E-mail: ppsa@lemlit.unej.ac.id 2) Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari 98314 E-mail: merak_41@yahoo.com Abstrak: ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) merupakan sensor generasi terbaru pada satelite TERRA yang dikembangkan untuk melakukan observasi permukaan bumi dalam rangka monitoring lingkungan hidup dan sumber daya alam. Citra ini sudah mulai banyak digunakan oleh berbagai pihak di berbagai belahan dunia untuk observasi fenomena terkait dengan perubahan lingkungan hidup. Data ASTER menawarkan lebih banyak pilihan ketelitian spasial ( 60m, 30m, 15m) dan lebih banyak ketelitian spectral, hal ini dapat meningkatkan kualitas hasil klasifikasi dibanding citra yang biasa dipakai untuk aplikasi yang sama (misalnya: LandSat TM). Artikal ini memaparkan proses pengolahan dan interpretasi ASTER untuk pemetaan peruntukan lahan. Penggunaan citra ASTER diharapkan cukup memadai untuk klasifikasi jenis peruntukan lahan utama di dalam DAS. Metode penelitian mencakup: pra-pengolahan citra, survei lapangan untuk identifikasi fitur, klasifikasi terbimbing (supervised) dan tidak terbimbing (un-supervised). Hasil klasifikasi tidak terbimbing dan klasifikasi terbimbing selanjutnya dibandingkan dengan prosentase peruntukan lahan yang dihitung dari peta RBI-Digital. Penggunaan metode klasifikasi terbimbing dapat membedakan peruntukan lahan ke dalam 7 kelas utama, sementara klasifikasi tidak terbimbing hanya dapat membedakan 3 kelas peruntukan lahan. Penggunaan klasifikasi terbimbing dapat meningkatkan jumlah fitur peruntukan lahan yang terklasifikasi. Kata Kunci: ASTER, peruntukan lahan. Abstract ASTER (Advanced Space borne Thermal Emission and Reflection Radiometer) is classified as new sensor based on the TERRA satellite developed in the recent years. ASTER has been developed to provide image for monitoring environmental phenomenon. ASTER data offer more option for spatial resolution (60m, 30m and 15m) and more spectral resolution that suppose sufficient to capture main nomenclature of land use than usual imagery (e.g.: Landsat TM). This article shows the process of image treatment, classification, and interpretation of ASTER data to classify land use at Sampean Watershed. Two method of classification (supervised and unsupervised) are then compared to obtain the best classification. Methodology comprise of: pre-processing, survey, classification and interpretation. Classification is conducted using un-supervised and supervised methods. The classification results of these two methods are then compared to digital map (peta RBI). Supervised classification identified 7 main features of land use, while un-supervised classification only identified 3 main class of land use. The works show that supervised classification enhances the number of land use features identified and classified. Keyword: ASTER, land use. 1. PENDAHULUAN Remote Sensing (penginderaaan jauh) telah digunakan secara luas untuk berbagai keperluan, antara lain pertanian, biologi, pertambangan, kelautan, dan sebagainya. Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, areal atau fenomena geografis melalui analisa data yang diperoleh dari sensor. Salah satu sensor yang sekarang banyak digunakan adalah citra ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer). ASTER merupakan sensor generasi terbaru yang dipasang pada satelit TERRA dan dikembangkan oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang bekerjasama dengan Amerika Serikat. 1.1. Sub-Sistem dan Spesifikasi Band ASTER Tujuan ASTER adalah untuk melakukan observasi permukaan bumi dalam rangka monitoring lingkungan hidup dan sumber daya alam pada level global (http://www.aster-indonesia.com). ASTER terdiri atas tiga sub-sistem yang berbeda, yaitu Visible and Near-Infrared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer (SWIR), dan Thermal Infrared Radiometer (TIR). Karakteristik sub-sistem ASTER ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. 1.2. Aplikasi Citra ASTER Citra ASTER telah digunakan secara luas untuk berbagai keperluan, antara lain identifikasi mineral dan batuan dengan memanfaatkan sub-sistem TIR, klasifi- 1

kasi jenis tanah dengan memanfaatkan sub-sistem SWIR, monitoring aktivitas gunung berapi dengan kombinasi sub-sistem VNIR dan SWIR, monitoring suhu permukaan laut dengan memanfaatkan subsistem TIR, dan identifikasi peruntukan lahan menggunakan kombinasi sub-sistem VNIR dan SWIR. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan pikselpiksel citra ke dalam salah satu kelas peruntukan lahan. Tabel 1. Karakteristik sensor dan band pada citra ASTER [2] Sub sistem VNIR SWIR TIR Band Spectral Range (µm) 1 0,520-0,600 2 0,630-0,690 3N 0,780-0,860 3B 0,780-0,860 4 1,600-1,700 5 2,145-2,185 6 2,185-2,225 7 2,235-2,285 8 2,295-2,365 9 2,360-2,430 10 8,125-8,475 11 8,475-8,825 12 8,925-9,275 13 10,250-10,950 14 10,950-11,650 2. METODE Resolusi Spasial(m) 2.1. Bahan, waktu dan tempat penelitian 15 30 90 Potensi Aplikasi Diskripsi tipe tanah Identifikasi vegetasi Identifikasi sumberdaya air Deliniasi garis pantai Deskripsi jenisjenis batuan, mineral Semua aplikasi yang berbasis suhu permukaan Citra ASTER yang digunakan adalah citra hasil pemotretan tahun 2006 (bulan oktober). Pengolahan dan interpretasi citra dilaksanakan pada bulan Mei s/d November 2008 di Puslit PSDA LEMLIT UNEJ. Gambar 1 memperlihatkan lokasi penelitian di Wilayah DAS Sampean, Jawa Timur. 2.2. Tahap Penelitian Proses pengolahan citra ASTER pada prinsipnya dibedakan menjadi tiga tahap utama (Gambar 2). mencakup: pre-processing, processing dan post-processing. a. Crosstalk correction Crosstalk merupakan suatu efek spektral pada data ASTER yang disebabkan oleh kebocoran photons dari elemen detector band 4 ke elemen detector yang lain. Crosstalk biasanya terjadi pada band 5 dan 9, akan tetapi mempengaruhi semua band SWIR. b. Radiance Calibration Radiance calibrations merupakan proses untuk mengatur kembali skala nilai digital (digital value) serta memaksimalkan range data. c. Orbital correction Proses ini bertujuan untuk mengatur arah citra satelit agar tepat menghadap ke utara, hal ini disebabkan karena satelit tidak bergerak ke arah Utara Selatan secara tepat. d. Koreksi Offset sub-sistem SWIR Offset pada subsistem SWIR Pada umumnya tidak menyatu dengan pas, oleh sebab itu perlu dilakukan koreksi agar offset dapat menyatu dengan pas. e. Dark pixel correction Dark pixel correction merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menghilangkan efek gelap yang ditimbulkan oleh atmosfer pada citra. f. Registrasi citra satelit Proses ini bertujuan untuk melakukan georeferensi citra dengan cara mensuperposisi (overlay) dengan layer GIS yang sudah tergeoreferensi atau sudah diketahui koordinat dan sistem proyeksinya, misalnya jalan, garis pantai, dan sebagainya. g. Cloud masking Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek awan yang ada pada citra. h. Penggabungan citra ( mozaik) Data citra pada umumnya terdiri atas beberapa scene. Proses penggabungan dilakukan menggunakan Software Pengolah Citra (ENVI/ER mapper). Citra yang terdiri dari gabungan atas beberapa scene disebu sebagai mozaik [1]. Gambar 1. Lokasi Penelitian 2

1 Pre - Prosesing Processing Data AST ER Crosstalk correction VN IR SWIR TIR Radiance Callibration R adiance C allibration Radiance Callibration Orbital C orrection Orbital Correction Orbital C orrection Offset Correction Integrasi Dark Pixel C orrection Registrasi Citra C ould Masking Mozaiking 2 Processing Prosesing Pre - Klasifikasi Unsupervised C lassification Survey Lapangan IsoD ata Training Area Supervised Classification 3 Post-Prosesing - Processing Majority/ Minority Analysis Combine Class Classification to Vector Interpretasi Gambar 2. Tahap Processing citra ASTER 2.2.1. Tahap Processing a. Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Classification) Klasifikasi tidak terbimbing merupakan proses pengelompokan piksel-piksel pada citra menjadi beberapa kelas menggunakan analisa cluster. b. Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) Klasifikasi terbimbing merupakan proses pengelompokan piksel-piksel. Tahap ini merupakan identifikasi dan klasifikasi piksel-piksel yang terdapat pada melalui training area. 3

2.2.2. Tahap Post - Processing Pengolahan paska klasifikasi bertujuan untuk meningkatkan keakuratan hasil klasifikasi. Disamping itu, pada post-processing dilakukan interpretasi hasil klasifikasi. yaitu: sawah, ladang (tegalan), hutan, pemukiman, kebun (perkebunan), tanah kosong, hutan jati. Proses pengolahan citra dilakukan dengan menggunakan software pengolah citra, yaitu: ER Mapper dan ENVI. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pre-Processing Permasalahan cross-talk diselesaikan menggunakan perangkat lunak CrossTalk3 yang dikembangkan oleh ERSDAC (Earth Remote Sensing Data Analysis). Koreksi terhadap fenomena cross-talk dilakukan terhadap band SWIR. Radiance Calibration (Gambar 4) dilakukan menggunakan ER Mapper dengan algoritma sebagai berikut : (input1 1)* nilai koefisien konversi (1) dengan: input1 = nilai tiap-tiap band. Gambar 3. Identifikasi Training Area nilai koefisien konversi untuk masing-masing band ditabelkan seperti Tabel 2. Tabel 2. Nilai koefisien konversi untuk masingmasing band Keterangan Nilai Keterangan Nilai VNIR1 0,676 SWIR8 0,0417 VNIR2 0,708 SWIR9 0,0318 VNIR3N 0,862 TIR10 0,0069 VNIR3B 0,862 TIR11 0,0068 SWIR4 0,2174 TIR12 0,0066 SWIR5 0,0696 TIR13 0,0057 SWIR6 0,0625 TIR14 0,0052 SWIR7 0,0597 Orbital correction (gambar 5) dilakukan dengan cara merotasi data citra menggunakan sudut tertentu agar data citra memiliki arah geografis yang tepat. Orbital correction dilakukan menggunakan fasilitas Geocoding and Orthocorrection Wizzard yang terdapat pada ER Mapper. Adapun besar sudut rotasi dapat dilihat pada Dataset Information yang terdapat pada ER Mapper. 4

Gambar 4a. Citra sebelum kalibrasi radisi (radiance calibration) Gambar 5b. Citra sebelum dikoreksi orbitnya Gambar 4b. Citra setelah kalibrasi radisi (radiance calibration) Koreksi offset sub sistem SWIR dilakukan apabila data citra yang akan diolah terdiri atas beberapa scene. Koreksi offset sub-sistem SWIR dilakukan menggunakan ER Mapper dengan membuat statemen kondisional if then... pada formula editor. Dark pixel correction merupakan metode untuk menghilangkan efek gelap yang ditimbulkan oleh atmosfer pada citra dengan cara mengurangi nilai tiaptiap band dengan nilai band terendah. Dark pixel correction dilakukan menggunakan ER Mapper dengan algoritma seperti Tabel 2. Input1 RMIN (R1,Input1) (2) dengan: Input1= nilai tiap-tiap band, RMIN = nilai band terendah. Registrasi citra ASTER dilakukan dengan cara mengoverlay data citra dengan data SIG yang telah tergeoreferensi (Gambar 6). Gambar 5b. Citra setelah dikoreksi orbitnya Langkah selanjutnya adalah penggabungan citra (mozaiking). Proses ini merupakan penggabungan beberapa scene data citra menjadi scene tunggal. Semua scene harus berada pada zone yang sama (Gambar 7). 3.1.1. Klasifikasi Klasifikasi tematik citra ASTER dilakukan menggunakan 2 metode, yaitu klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised) dan klasifikasi terbimbing (superviserd). Klasifikasi tidak terbimbing dilakukan dengan pengelompokan piksel (cluster analysis) menggunakan metode Iso Data, sedangkan klasifikasi terbimbing dilakukan dengan cara identifikasi piksel berdasarkan hasil survey (training area). Hasil klasifikasi kedua metode ditampilkan dalam Gambar 8. 5

Gambar 6a. Citra sebelum proses georefensi menggunakan layer GIS Gambar 6. Citra setelah proses georefensi menggunakan layer GIS Gambar 7a. Citra ASTER sebelum digabung 3.1. Post-Processing Keakuratan hasil klasifikasi dapat ditingkatkan dengan pengolahan pasca klasifikasi (post-processing). Ada dua metode analisa yang dapat digunakan, yaitu metode majority dan metode minority. Metode majority, adalah metode dengan piksel-piksel yang tidak terklasifikasi diubah ke dalam kelas tunggal terdekat yang mayoritas. Metode minority, adalah metode dengan piksel-piksel yang tidak terklasifikasi diubah ke dalam kelas tunggal terdekat yang minoritas. Gambar 7b. Citra ASTER setelah digabung Post-proccesing merupakan proses konversi hasil klasifikasi ke bentuk vektor untuk mempermudah analisa lebih lanjut. 3.1.1. Klasifikasi peruntukan lahan DAS Sampean Hasil akhir proses klasifikasi adalah prosentase perbandingan luas untuk masing-masing fitur peruntukan lahan di DAS Sampean (Gambar 9). 6

Gambar 9a. Klasifikasi dengan metode tidak terbimbing (unsupervised) Gambar 8a. Klasifikasi menggunakan metode tidak terbimbing (unsupervised) Gambar 8b. Klasifikasi menggunakan metode terbimbing (supervised) ter- Gambar 9b. Klasifikasi dengan metode bimbing (supervised) Hasil klasifikasi selanjutnya dibandingkan dengan luas peruntukan lahan yang diperoleh dari digitasi peta RBI 1:25 000 (Tabel 3). Tabel 3 menunjukkan adanya beberapa perbedaan antara klasifikasi supervised dan peta RBI. Prosentase sawah yang teridentifikasi lebih besar pada peta RBI, hal ini dikarenakan identifikasi training area dilakukan pada musim kemarau sehingga sulit untuk membedakan antara sawah dan ladang. Identifikasi ulang training area dengan survey pada musim yang berbeda dapat memperbaiki klasifikasi tersebut. 4. SIMPULAN Penggunaan data ASTER dapat mengidentifikasi tujuh kelas peruntukan lahan utama. Klasifikasi menggunakan metode terbimbing memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode tidak terbimbing, hal ini disebabkan pada metode terbimbing digunakan training area untuk tiap ketegori peruntukan lahan yang mewakili. Untuk 7

meningkatkan keakuratan hasil klasifikasi pada metode terbimbing, pemilihan training area harus lebih banyak. Tabel 3. Perbandingan hasil klasifikasi peruntukan lahan Jenis peruntukan lahan Prosentase luas (%) terhadap luas DAS Unsupervised Supervised RBI Danau/Bendungan - - 0,00 Empang - - 0,02 Hutan - 22,18 12,71 Kebun 11,23 2,15 6,89 Ladang 64,31 47,34 22,31 Pemukiman - 4,16 8,06 Rawa/Hutan Rawa - - 0,00 Sawah - 14,14 35,83 Semak Belukar - 7,06 13,52 Sungai - - 0,17 Tanah Kosong - - 0,47 Hutan Jati - 1,52 - Vegetasi 24,45 - - Tidak terklasifikasi - 1,45 - Total 100 100 100 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini didanai oleh KMNRT melalui program Insetif Riset DASAR, tahun anggaran 2007-2008. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] ER Mapper, 2006. ER Mapper Professional Tutorial Version 7.1. Earth Resource Mapping Ltd. [2] Gozzard, J.R., 2006. Image Processing of ASTER Multispectral Data. Geological Survey of Western Australia. 8