PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Studi Komparatif antara Ragam Hias Batik Tradisional Bakaran dengan Ragam Hias Batik Keraton Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengembangan Motif Batik Temanggung Melalui Penguatan Ciri Visual Bertema Kopi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Ragam Hias Kain Batik

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN BATIK LARANGAN POLA PARANG BARONG DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT

Menumbuhkan Minat pada Kain Nusantara Melalui Pelatihan Pembuatan Kain Ikat Celup (Jumputan) pada Warga Masyarakat

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

BAB II. A. Kajian Pustaka

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan.

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Desainer

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Edisi Oktober Batik Edition

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I. tersebut tidak sesubur perkembangan batik pinggir kali Keberadaan batik

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB V KESIMPULAN. Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari. Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

NILAI ESTETIS BATIK SITUBONDO HASIL TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Cantik, Inovatif, Modern dan Kerajinan Tangan. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

Transkripsi:

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan Universitas Trilogi Email: ulfa.hadi@universitas-trilogi.ac.id Abstract Nowadays, variety of new creations batik ornaments has developed from the creations of royal palace members into the common people arts. Parang ornaments is one of the ornaments that effected with this condition and deliver new inspiration ornament. This paper will examine the visual changes to parang ornament, especially parang rusak ornament, using elements of comparison between the standard parang rusak ornament and the new creation of parang ornaments. This method is used to identify the changes that occurred by comparing the form, color and composition of the batik ornaments that has been found. Based on data and analysis, parang rusak ornaments can be turned into new creation of parang ornaments by 3 ways: 1) by changing the motifs of parang rusak ornament, 2) by combining main motive of parang rusak ornament with motifs of different parang ornaments or other ornaments, and 3) by adding another motive at the top or edges of the parang rusak ornament. Keywords: changes, aesthetic, ornament, parang rusak, new creation. Abstrak Saat ini berkembang berbagai ragam hias batik kreasi baru yang telah keluar dari pakem pembuatan batik yang awalnya berasal dari lingkungan keraton. Ragam hias parang merupakan salah satu ragam hias yang tidak luput menjadi ragam hias pakem yang dijadikan sebagai inspirasi ragam hias kreasi baru. Tulisan ini akan mengkaji perubahan visual pada ragam hias parang, khususnya ragam hias parang rusak, menggunakan metode perbandingan unsur-unsur estetik antara ragam hias parang rusak yang baku, parang rusak yang telah dikreasikan. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi dengan membandingkan wujud visual, yaitu bentuk, warna dan komposisi ragam hias batik yang telah ditemukan. Berdasarkan data dan analisa, ragam hias parang rusak dapat diubah menjadi ragam hias kreasi baru dengan 3 cara, yaitu 1) dengan mengubah raut baku ragam hias parang rusak, 2) dengan mengkombinasikan motif parang rusak dengan motif dari ragam hias parang yang berbeda maupun ragam hias lainnya, dan 3) dengan menambahkan motif lain di bagian atas ragam hias parang rusak maupun bagian pinggirnya. Kata kunci: Estetika Budaya Timur, Panji Songsong, Pola Tiga, Wayang Cepak Indramayu. 63

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) Pendahuluan Batik merupakan kebudayaan yang membenda atau bersifat material, tetapi di dalam ragam hiasnya menunjukkan adanya kebudayaan yang tidak membenda makna, yaitu ideologi atau nilai-nilai hidup masyarakat, khususnya keraton. Pada hakikatnya batik memiliki dua pengertian, yaitu yang pertama adalah teknik pembuatan wastra tradisional dengan cara merintangi kain dengan lilin atau malam pada bagian yang tidak ingin diwarna pada saat pencelupan warna, sedangkan yang kedua adalah ragam hias tradisional, seperti ragam hias parang, kawung, dan sebagainya. Saat ini telah berkembang berbagai ragam hias batik kreasi baru yang terlepas dari pakem-pakem pembuatan batik yang berasal dari keraton sebagai kreasi baru dari para desainer batik, seperti Iwan Tirta, Komarudin kudiya, Andrianto, Afif Syakur dan sebagainya. Batik kreasi baru terjadi sebagai akibat dari lunturnya pengaruh penguasa keraton yang menyebabkan produksi batik menjadi lebih egaliter dan bersentuhan dengan budaya masyarakat modern yang selalu berpikir praktis dan ekonomis (Kudiya, 2010). Perubahan pada batik tradisi yang terjadi ketika batik keluar dari keraton merupakan proses repetisi informasi budaya secara dinamis, yaitu selalu memperbaharui apa yang diulangnya, dalam hal ini adalah makna maupun motif-motif yang ada di dalam ragam hias batik. Menurut Sumardjo (2006), hal tersebut disebabkan oleh masyarakat pengguna batik saat ini, yaitu masyarakat kontemporer, telah jauh berubah cara berpikirnya dengan batik tradisi yang mereka warisi dari nenek moyangnya. Batik sampai saat ini, memang masih ada yang difungsikan secara tradisional walaupun hanya di wilayah keraton, tetapi sistem pengetahuan tradisional pemakainya telah lama hilang bersama waktu. Sistem pengetahuan mereka adalah sistem pengetahuan yang diwarisi secara turun temurun, sehingga banyak pengetahuan sezaman yang masuk sepanjang sejarahnya. Puncak dari perkembangan batik kreasi baru terjadi pada tanggal 2 Oktober 2009, pada saat UNESCO mengukuhkan batik Indonesia sebagai warisan budaya bangsa milik dunia (Jusri dan Idris, 2009). Sejak saat itu banyak daerah di luar Pulau Jawa yang awalnya tidak mewarisi tradisi batik, mulai mengembangkan berbagai macam ragam hias batik yang merepresentasikan ciri khas daerahnya. Ragam hias batik kreasi baru tersebut biasanya mengangkat tema modifikasi berbagai ragam hias batik tradisional yang berasal dari Pulau Jawa dan eksplorasi ragam hias baru dari daerah asal pembuat ragam hiasnya. 64

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 Salah satu ragam hias tradisional yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta adalah ragam hias parang. Parang merupakan ragam hias batik yang menyerupai karang yang tajam atau sebuah golok yaitu senjata tajam yang lebih besar dari pisau atau lebih kecil dari pedang. Dalam penampilannya, kelompok ragam hias parang sering diilhami oleh golok, keris, dan teratai yang diatur secara rapi dan teratur berulang-ulang. Ragam hias yang sangat terkenal dari kelompok ragam hias parang adalah motif parang rusak, karena merupakan ragam hias baku dari kelompok ragam hias parang. Ragam hias parang rusak adalah ragam hias yang sangat digemari oleh raja dan para bangsawan, sehingga didalam lingkungan keraton ragam hias menjadi ragam hias larangan yang hanya boleh dipakai oleh raja dan kerabat dekatnya saja. Menurut kepercayaan kejawen, parang rusak dianggap mempunyai kekuatan kepada yang memakainya untuk maju kemedan perang dengan maksud agar bisa merusak atau menghancurkan musuh. Ragam hias parang pun tidak luput menjadi ragam hias pakem yang dijadikan sebagai inspirasi ragam hias kreasi baru. Yang mulanya dijadikan ragam hias larangan di lingkungan keraton Mataram yang meliputi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, pada akhirnya menjadi ragam hias yang dikreasikan serta dapat berpadu dengan motif dari ragam hias lain untuk menambah keberagamannya. Berdasarkan paparan di atas, tulisan ini akan mengkaji perubahan visual pada ragam hias parang, khususnya ragam hias parang rusak, menggunakan metode perbandingan unsur-unsur estetik antara ragam hias parang rusak yang baku dengan parang rusak yang telah dikreasikan. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi dengan membandingkan wujud visual, yaitu bentuk, warna dan komposisi ragam hias batik yang telah ditemukan. Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dasar dalam mengembangkan ragam hias batik, khususnya ragam hias parang, karena ragam hias parang dapat dibawa dan diupayakan oleh beberapa agen perubahan ke lingkungan yang lebih luas lagi yaitu lingkungan global sebagai raga hias yang menjadi identitas Indonesia. Parang Parang adalah karang yang tajam atau sebuah golok yaitu senjata tajam yang lebih besar dari pisau atau lebih kecil dari pedang. Sehingga wujud visual ragam hias parang sering diilhami oleh golok, keris, dan teratai yang diatur secara rapi dan teratur berulang-ulang (Kurniawan, 2010). Stilasi atau penggayaan parang ditampilkan secara bergantian dari sisi atas dan bawah saling berhadapan dan saling mengisi ruang. 65

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) Gambar 1. Perubahan dari bentuk pisau atau parang menjadi motif parang (Sumber: Sunaryo dalam Kurniawan, 2010) Ragam hias parang terdiri dari beberapa motif yang membentuknya. Motif utama yang membentuk ragam hias parang antara lain motif parang dan motif mlinjon. Motif parang sendiri terdiri dari isen uceng yang meberikan kesan gerak, sirap kendela dan bagongan yang menjadi ruang di dalam motif parang, mata gareng yang terdapat di sela-sela motif parang yang mengapit bagongan, serta alis-alisan yang membentuk garis diagonal pada motif parang. Kelompok ragam hias parang sendiri termasuk ke dalam kelompok ragam hias yang tersusun dengan pola geometris atau terukur. Ragam hias ini merupakan satu dari dua kelompok ragam hias yang disusun searah garis diagonal (Susanto, 1980). Yang membedakan kelompok ragam hias parang dari kelompok ragam hias lerengan (kelompok ragam hias lain yang tersusun secara diagonal), adalah adanya motif mlinjon berbentuk belah ketupat, yang berulang mengikuti arah alis-alisan yaitu ke arah diagonal. Motif mlinjon berbentuk belah ketupat yang kaku, kontras dengan bentuk lainnya, sengaja ditampilkan guna memberikan sebuah kombinasi dan sebagai aksen. Motif ini tampak indah karena adanya pengulangan yang tidak membosankan, dan pembagian ruangan dengan elemen-elemen motif mempunyai bobot penglihatan yang sama (Pujiyanto, 1997). Perbandingan elemen-elemen atau motif parang ini akan digunakan untuk menganalisis perubahan yang terjadi pada ragam hias parangkreasi baru yang telah ditemukan. 66

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 Gambar 2. Ragam hias parang rusak (Sumber: Kurniawan, 2010) Kelompok ragam hias parang merupakan kelompok ragam hias yang motifnya disusun secara diagonal atau miring. Ragam hias yang termasuk kelompok ragam hias parang antara lain parang rusak, parang rusak barong/ageng, parang rusak klithik/alit, parang gondosuli, parang ganti, parang sari, parang teja, parang canthel, parang sujen, parang cengkeh, parang tanjung, dan parang rusak barong (Susanto, 1980). Penamaan ragam hias parang biasanya didasarkan oleh ukuran motif utama, seperti ragam hias parang yang motifnya berukuran besar dinamakan parang barong, sedangkan ragam hias parang yang motifnya berukuran kecil dinamakan parang klithik. Selain itu penamaan parang juga dapat diambil dari bentuk-bentuk yang mengispirasi terbentuknya ragam hias tersebut, contohnya adalah ragam hias parang gondosuli yang terinspirasi dari tanaman gandasuli. Analisis Perubahan Visual Ragam Hias Parang Dari data-data yang telah dikemukakan, terdapat 14 ragam hias parang kreasi baru yang terbagi atas tiga kelompok berdasarkan perubahannya. Ketiga kelompok ragam hias tersebut adalah: 1) Kelompok ragam hias batik parang rusak kreasi baru yang perubahannya terlihat dari raut, terdiri dari ragam hias parang rusak templek, ragam hias parang modang, ragam hias parang rusak gagak seta, dan ragam hias parang ukel cecek. 2) Kelompok ragam hias batik parang rusak kreasi baru yang perubahannya terlihat dari adanya kombinasi parang yang berbeda, terdiri dari ragam hias parang rusak gapit seling kusumo, ragam hias parang rusak seling curigo, ragam hias parang rusak klithik seling plenik, ragam hias parang sisik seling gendreh, ragam hias parang rusak gapit seling templek, ragam hias parang rusak klithik seling tritik, dan ragam hias parang rusak barong lintang leider. 3) Kelompok ragam hias batik parang rusak kreasi baru yang perubahannya terlihat dari adanya penambahan motif berbeda di atas maupun pinggirnya. Kelompok 67

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) ini terdiri dari ragam hias parang rusak gendreh seling kusuma gurdha, ragam hias parang sudharawerti, dan ragam hias parang rusak barong seling gendreh pinggiran buketan. Analisis terhadap perubahan visual ragam hias parang rusak kreasi baru dapat dicermati dari tabel berikut: Tabel 1. Analisis visual perubahan ragam hias parang rusak 68

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 69

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) 70

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 71

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) 72

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 73

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) 74

Dimensi, Vol.1- No.1, September 2016 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis perbandingan terhadap wujud visual, yaitu bentuk, warna dan komposisi ragam hias parang rusak dengan ragam hias parang kreasi baru didapatkan kesimpulan bahwa ragam hias parang rusak dapat diubah menjadi ragam hias kreasi baru dengan 3 cara, yaitu 1) dengan mengubah rautnya, 2) dengan mengkombinasikannya dengan motif dari ragam hias parang yang berbeda maupun ragam hias lainnya, dan 3) dengan menambahkan motif lain di bagian atas maupun bagian pinggirnya. Selain itu, parang rusak kreasi baru dapat dibuat juga dengan merubah, menambah, maupun menghilangkan raut atau motif-motif pokok seperti uceng, mata gareng, alis-alisan, sirap kendela dan bagongan, kecuali motif mlinjon. Motif mlinjon merupakan satu-satunya motif yang tidak boleh dihilangkan dari ragam hias parang kreasi baru, karena motif mlinjon merupakan motif baku yang harus ada dalam ragam hias parang dan membedakan 75

PERUBAHAN VISUAL RAGAM HIAS PARANG RUSAK (Ulfa Septiana, Rizki Kurniawan) kelompok ragam hias parang dari kelompok ragam hias lerengan. Adapun ragam hias parang rusak gagak seta yang tidak berubah rautnya, tetapi perubahan ditunjukkan dari warnanya yang sudah keluar dari pakem batik tradisi. *** Referensi Kudiya, Komarudin. 2010. Materi Kuliah Teori Desain II 'Upaya Meningkatkan Kreatifitas Melalui Batik Kontemporer'. Kurniawan, Rizki. 2010. Kajian Perkembangan Batik dalam Perspektif Kebudayaan. Jakarta: Tesis Universitas Trisakti. Pujiyanto. 1997. Kajian Batik Kraton Surakarta (Kajian Deskriptif Kualitatif Komparatif dengan Pendekatan Sejarah Sosial Budaya pada Batik Keraton Kasunanan, Kadipaten Mangkunegaran dan Masyarakat Surakarta). Bandung: Tesis Institut Teknologi Bandung. Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press. Susanto, Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 76