BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. tentang Lalu Lintas Angkatan Jalan, terminal merupakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia terbuka ada 7,7 juta jiwa.

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. golongan pedagang adalah orang-orang yang dalam pekerjaan sehari-harinya

KAJIAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN KALIBENING KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. tidak melalui bentuk bentuk perizinan/peraturan tertentu. Sektor informal juga

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil dimasuki adalah sektor informal. Akibatnya jumlah migrasi yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

ANALISIS PROFIL DAN PERSEBARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survey. Suharto (2003: 99) mengemukakan

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian terhadap perlindungan sosial bagi para pekerja di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

PBAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah. Titik sentral pada faktor ekonomi didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya termasuk Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang sangat

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEDAGANG BAKSO DI TASIKMALAYA

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Sektor Informal.

DAMPAK RELOKASI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT KULINER PRATISTHA HARSA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan naiknya daya beli.

BAB I PENDAHULUAN. informal, yang pertumbuhannya sudah melebihi sektor formal (Manning, yang tidak terserapdi sektor formal (Effendi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

TUGAS AKHIR PENGARUH FORMALISASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) KE TOKO MODERN TERHADAP KOMPONEN KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI KOTA SURAKARTA

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

III. METODOLOGI PENELITIAN. penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

SEKSI 100 A. PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

STUDI IDENTIFIKASI BENTUK DAN TINGKAT PARTISIPASI PEDAGANG SERTA PENGARUHNYA DALAM PENATAAN RUANG AKTIVITAS PKL (Studi Kasus : PKL Malioboro)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

BAB VI KESIMPULAN. Konsep penggunaan aset dikembangkan oleh Moser (2006) berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin tinggi yang. formal akan mencari pekerjaan di sektor informal.

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km

Abstrak. Kata Kunci: etos kerja, pedagang kaki lima (PKL),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada

STRATEGI BISNIS PEDAGANG KAKI LIMA ( Studi pada Pedagang Kaki Lima di FoodCourt Urip Sumaharjo Surabaya) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kota tersebut. Namun sebagian besar kota-kota di Indonesia tidak dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi oprasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk menghindari

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH PENAMBANG PASIR SERAYU DI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Menurut Alwi, Hasan (2007) kondisi sosial masyarakat diartikan sebagai pengembangan masyarakat. Jadi kondisi sosial yaitu suatu keadaan yang berkaitan dengan keadaan atau situasi dalam masyarakat tertentu yang berhubungan dengan keadaan sosial. Menurut Dalyono, (2012) kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Lingkungan sosial juga mempengaruhi tercapainya pendidikan anak. Kondisi sosial yang mempengaruhi individu melalui dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti, keluarga, lingkungan sosial, lingkungan pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Menurut Linton (2003) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi sosial masyarakat dapat dilihat dari lima indikator yaitu Umur dan jenis kelamin, pekerjaan, keluarga, prestise dan keanggotaan dalam kelompok. Dari kelima indikator tersebut hanya indikator umur dan jenis kelamin yang tidak mempengaruhi oleh proses pendidikan sehingga tinggal empat indikator yang perlu di ukur tingkat perbaikannya, guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat. 22

B. Kondisi Ekonomi Menurut Robinson (2009) bahwa kondisi ekonomi adalah suatu keadaan yang secara rasional dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam masyarakat, hal ini menyangkut pendapatan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hal dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Kedudukan ekonomi seseorang juga ditentukan oleh pekerjaannya, dengan pekerjaannya seseorang akan mendapatkan penghasilan atau pendapatan yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, dan papan. C. Kondisi Sosial Ekonomi Menurut Sastropradja (2000) dalam Basrowi dan Juariyah (2010), kondisi sosial ekonomi adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Adapun ciri-ciri keadaan sosial ekonomi adalah: a. Lebih berpendidikan. b. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan keluarga, kesehatan, pekerjaan, pendapatan dan pengenalan terhadaplingkungan. c. Mempunyai tingkat mobilitas keatas lebih besar. d. Mempunyai ladang yang luas. e. Pekerjaan yang lebih spesifik. Menurut Zunaidi (2013) kondisi sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat untuk melihat kondisi sosial 23

ekonomi, menurut Melly G. Tan dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan hidup dalam rumah tangga. Salah satu kondisi sosial dalam kehidupan masyarakat adalah kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi dapat menggolongkan masyarakat kedalam kondisi ekonomis seperti ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Sehubungan dengan itu Richard Centers (dalam Susanto, 1983) menyebutkan penilaian subjektif seseorang mengenai kondisi/lapisan masyarakat tersebut, yaitu: a. Wilayah tempat tinggal atau lingkungan menentukan status. b. Pekerjaan atau profesi c. Sumber pendapatan menentukan status sosial ekonomi seseorang, sehubungan dengan ini perlu dijelaskan bahwa bukan jumlah uang yang diterima melainkan status yang dinikmati melalui sumber itu. D. Sektor Informal Mulyadi (2006) konsep sektor informal pertama kali dipergunakan oleh Keirt Hard dari University of Manchester pada tahun 1973 yang menggambarkan bahwa sektor informal adalah bagian angkatan kerja dikota yang berbeda diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir. Kemudian sektor informal diperkembangkan oleh Internasional Labour Organization (ILO) dalam berbagai penelitian Didunia Ketiga. Konsep ini digunakan sebagai salah satu alternatif dalam menangani masalah kemiskinan Didunia Ketiga dalam hubungannya pengangguran, migrasi dan urbanisasi. 24

Evers dan Korff (2002) mengemukakan sektor informal didefinisikan sebagai bidang dimana produksi barang atau jasa pada umumnya berada diluar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar. Pedagang kaki lima, usaha kecil yang tenaga kerjanya anggota keluarga sendiri, tukang becak, tukang semir sepatu, dan pemulung dianggap sebagai perwujudan sektor informal ini. Mulyadi (2003) menuliskan sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor formal. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha. 3. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. 4. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor. 5. Teknologi yang diperlukan bersifat primitif. 6. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil. 7. Sumber dan modal usaha pada umumnya berasal dari tabungannya sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi. 8. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat kota/desa yang berpenghasilan menengah. E. Pedagang Kaki Lima Menurut Alma (2000) pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat pemerintahan gubernur jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia 25

mengeluarkan pengaturan mengharuskan informal membuat jarak sejauh 5 kali atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota, Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk pedagang. Pedagang kaki lima ini dari golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat terlarang maupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet), tempat ini umumnya terletak di trotoar, depan toko dan tepi jalan. Pada saat ini istilah Pedagang Kaki Lima bukan lagi ditunjukan kepada pedagang informal yang berada 5 kaki dari suatu bangunan formal tetapi telah meluas pengertiannya menjadi istilah untuk menyatakan seluruh pedagang yang berjualan secara informal. Dinas Kota Kodya Bandung (2000) dalam Ginting (2004) mencatat beberapa ciri umum yang dapat mendefinisikan keberadaan Pedagang Kaki Lima yaitu: 1. Dengan modal kecil oleh ekonomi masyarakat lemah. 2. Biasanya dilakukan perseorangan atau keluarga tanpa suatu kongsi dagang. 3. Selalu berada dekat dengan jalur sirkulasi atau lokasi yang paling sibuk. 4. Menggunakan fasilitas publik sebagai lokasi berjualan, seperti trotoar, badan jalan, dan lain-lain. 5. Menggunakan gerobak atau tenda sederhana yang cukup fleksibel untuk dipindah-pindahkan. 26

F. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan Rangga Wardhana, 2009 tentang Analisis Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Jalan HR Bunyamin Purwokerto Kabupaten Banyumas, tujuan mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan PKL di jalan HR Bunyamin Purwokerto, menggunakan metode penelitian analisis data tabulasi silang dan chisqure sampel yang digunakan Purposinv sampling dan penggumpulan data, hasil tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pendapatan, yang berpengaruh adalah modal kerja, umur dan lainnya berdagang, Pedagang kebutuhan sehari-harinya terpenuhi karena mereka biasanya bergaya hidup hemat. Penelitian yang dilakukan Kurnia R Septiani, 2013 tentang Pendapatan Dan Konsumsi Serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima Di Alun Alun Kebumen Kabupaten Kebumen, tujuan mengetahui hubungan jam kerja, modal awal, umur, pendidikan, dan lama usaha terhadap pendapatan bersih yang diterima oleh Pedagang Kaki Lima di Alun-alun Kebumen, metode penelitian sampel random sampling, hasil jumlah Pedagang Kaki Lima sudah memenuhi standar kebutuhan hidup layak, dan sebagaian besar PKL di alun alun kebumen belum memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL) sehingga di katakan belum sejahtera. Penelitian yang dilakukan oleh Gatot Ervan Santoso, 2013 tentang Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan, tujuan untuk mengkaji mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan 27

Purwokerto Selatan, tujuan Untuk mengkaji mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan, metode penelitian sampel quota sampling, pengumpulan data menggunakan observasi dan angket, analisis data deskriptif kualitatif, hasil kondisi sosial ekonomi di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan termasuk dalam katagori sedang. 28

Tabel 1.1 Penelitian Yang Relevan No Penulis Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Rangga Wardhana yang berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Kaki Lima DI Jalan HR Bunyamin Purwokerto Kabupaten Banyumas, Departermen Pendidikan Nasional Fakultas Ekonomi, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto 2009 2 Kurnia R Septiani yang berjudul Pendapatan Dan Konsumsi Serta Tingkat Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima Di Alun Alun Kebumen Kabupaten Kebumen, Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Soedirman Purwokerto 2013 3 Gatot Ervan Santoso yang berjudul Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan 2013. 4 Hadwy Prasthiady, Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Jalan Kalibening Kabupaten Banjarnegara, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2016 Ingin Mengetahui Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan PKL di jalan HR Bunyamin Purwokerto. Untuk mengetahui hubungan jam kerja, modal awal, umur, pendidikan, dan lama usaha terhadap pendapatan bersih yang diterima oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Alun-alun Kebumen Untuk mengkaji mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan Kajian kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di Pasar Kalibening Kabupaten Banjarnegara Sampel: Purposive Sampling Pengumpulan data: Kuesioner Analisis Data: Tabulasi Silang dan Chisqure Sampel: Random Sampling Pengumpulan Data: Observasi, wawancara, kuesioner Analisis Data: Menggunakan deskriptif kuantitatif, Sampel : Quota Sampling Pengumpulan Data: Observasi dan Angket Analisis Data: Deskriptif Kualitatif Sampel : Total Sampling Pengumpulan data: Angket Analisis Data : Deskriptif kualitatif. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pendapatan, yang berpengaruh adalah modal kerja, umur dan lainnya berdagang. Pedagang kebutuhan sehariharinya terpenuhi karena mereka biasanya bergaya hidup hemat. Jumlah PKL sudah memenuhi standar kebutuhan hidup layak, dan sebagaian besar PKL di alun alun kebumen belum memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL) sehingga di katakan belum sejahtera Kondisis Sosial Ekonomi di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan termasuk dalam katafori Sedang. Kondisi Sosial Ekonomi pedagang kaki lima di jalan kalibening kabupaten banjarnegara sebagian besar dalam kriteria kondisi sosial ekonomi sedang yakni 63,9%. Sumber : Rangga Wardhana (2009), Kurnia R Septiani (2013), Gatot Ervan Santoso (2013), Hadwy Prasthiady(2016) 1

G. Kerangka Pikir Pada dasarnya setiap orang ingin memililki kondisi sosial ekonomi yang sejahtera dan dapat memenuhi kebutuhannya, tetapi dalam kenyataanya untuk memdapatkan kesempatan itu tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Peningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun begitu pesat menyebabkan berbagai persaingan didalam sektor usaha dan sempitnya lapangan pekerjaan. Bekerja di sektor formal harus memiliki pendidikan yang tinggi dan ketrampilan khusus dalam hal ini mengakibatkan banyak masyarakat untuk lebih memilih ke sektor informal, dimana didalam sektor informal ini tidak memerlukan modal yang besar, dan tidak menuntut keahlian yang khusus, dan pendidikan yang tinggi, dimana didalam sektor informal ini yaitu menyakup Pedagang Kaki Lima. Di Desa Kalibening masyarakat lebih memilih ke sektor informal dari pada sektor formal, dimana sektor informal khususnya ke usaha berdagang Kaki Lima, karena untuk menjadi pedagang kaki lima tidak lah susah, karena salah satunya tidak ada aturan-aturan dan ijin yang resmi dari Pemerintah Daerah, dan tidak harus memiliki keahlian yang khusus dan pendidikan yang tinggi. Kegiatan pedagang kaki lima ini dilakukan oleh masyarakat untuk menyambung hidup, dengan tujuan supaya terpenuhinnya aspek-aspek sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, keluarga, organisasi, pendapatan, kesehatan, kepemilikan aset, modal, mobilitas. 13

H. Kerangka Pikir Sektor Informal Pedagang Kaki Lima Kondisi Sosial 1. Keluarga 2. Organisasi Kondisi Ekonomi 1. Pendapatan 2. Kesehatan 3. Kepemilikan Aset 4. Kredit / Modal 5. Mobilitas Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir 14