PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY METHODS DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIGLI. Fithri Angelia Permana

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 2, April 2013, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

2015 PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

ABSTRAK. Kata Kunci: Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ELI HANDAYANI

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Prima Indrayani Budiman,2014

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Shara,2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMK melalui Model Problem-Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

Transkripsi:

24 PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY METHODS DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIGLI Fithri Angelia Permana Abstrak Masalah yang terjadi di SMA N 2 Sigli adalah banyak siswa hanya mampu menghafal materi ajar tetapi tidak memahaminya, tidak mampu menghubungkan antara pengetahuan yang mereka pelajari dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mendapatkan kesulitan saat memahami konsep yang diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan discovery methods diduga dapat menyebabkan peningkatan pemahaman dan penalaran logis matematis siswa secara signifikan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pengolahan data secara kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran logis matematis siswa dengan menggunakan pendekatan discovery methods ditinjau berdasarkan keseluruhan dan pengelompokan siswa. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok pretes-postes ( pretest-postest control group design). Penelitian dilaksanakan di SMA N 2 Sigli. Populasi penelitian adalah siswa SMA N 2 Sigli dan siswa kelas X-5 dan X-6 sebagai sampel. Instrumen penelitian berbentuk soal uraian dan pengumpulan data menggunakan tes. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan penalaran logis matematis siswa yang diajarkan di kelas eksperimen lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran logis matematis siswa yang diajarkan di kelas kontrol baik ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun berdasarkan pengelompokan. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis. Metode pembelajaran memberikan efek terhadap peningkatan pemahaman matematis siswa. Dan penglompokan (tinggi, sedang, rendah) tidak memberikan efek pada peningkatan pemahaman matematis siswa. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan penalaran logis matematis siswa. Selanjutnya, metode pembelajaran dan penglompokan siswa, masing-masing memberikan efek terhadap peningkatan penalaran logis matematis siswa. Kata kunci: kemampuan pemahaman matematis, penalaran logis matematis, discovery methods. Pendahuluan Visi 2030 Indonesia akan muncul menjadi 5 besar dari peringkat 10 besar ekonomi dunia. Hal ini hanya dapat dicapai dengan perkembangan pendidikan, Mangunwidjaya (2008:6-7). Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengupayakan pembaharuan sistem pendidikan nasional dan telah

menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas, 2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) mendukung visi di atas dengan menguatkan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari tujuan yang tertera dalam KTSP diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk memiliki kemampuan pemahaman dan penalaran matematis. Depdiknas (2007), melalui perubahan kurikulum yang dilakukannya menggambarkan kondisi empiris yang sering kali membuat kita kecewa pada proses belajar mengajar di sekolah, apalagi jika dikaitkan dengan penalaran dan pemahaman matematis siswa terhadap materi ajar. Kondisi yang digambarkan oleh Depdiknas (2006) di atas tidak dapat dipungkiri karena juga terjadi pada siswa SMAN 2 Sigli khususnya kelas X. Siswa mengalami kendala dalam memahami konsep matematika, tidak bisa menalar soal-soal yang diberikan oleh guru jika menyimpang dari contoh yang diberikan, tidak memiliki semangat mengikuti pembelajaran matematika, dan tidak bisa menjawab soal-soal ujian dengan baik. Kelemahan yang dialami siswa tidak cukup dengan gagalnya pada saat ujian tetapi tanggapan mereka terhadap pelajaran matematika akan sangat kurang. 25

Fithri Angelia Permana Siswa akan mencari alasan untuk tidak masuk pada pelajaran matematika. Setiap kali jam mata pelajaran matematika siswa yang hadir hanya beberapa siswa Kondisi ini sering tejadi pada siswa SMAN 2 Sigli. Untuk itu perlu juga diketahui tanggapan siswa tehadap pembelajaran matematika terutama dengan menggunakan discovery methods. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan rumusan masalah, 1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan discovery methods lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional dalam materi trigonometri ditinjau berdasarkan: (a) keseluruhan siswa, dan (b) kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah)? 2) Apakah peningkatan penalaran logis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan discovery methods lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional dalam materi trigonometri ditinjau berdasarkan: (a) keseluruhan siswa, dan (b) kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah)? 3) Apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran discovery methods dan kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan pemahaman matematis siswa? 4) Apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran discovery methods dan kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan penalaran logis matematis siswa? Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Sigli. Sampel yang diambil terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment, dimana sampel tidak dipilih secara acak dengan model pre-test post-test control group Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hal ini dikarenakan sampel yang diambil memiliki pertimbangan baik dari segi kehomogenannya maupun berdasarkan pertimbangan sekolah terhadap kelas yang telah ada. Banyak sampel 48 siswa yang terdiri dari 24 siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan pendekatan discovery methods dan 24 siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap (dua) tahun pelajaran 2012/2013. Prosedur penelitian terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang dianalisis berasal dari nilai pretes, postes, dan N-Gain kemampuan pemahaman matematis dan penalaran logis matematis sebelum dan sesudah pembelajaran. Analisis data menggunakan SPSS 17.0 dengan taraf signifikasi 0,05. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis terhadap pretes kemampuan pemahaman matematis siswa dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa sebelum perlakuan antara kelas esperimen yang 26

diajarkan dengan discovery methods dan kelas kontrol yang diajarkan tanpa discovery methods baik ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun ditinjau berdasarkan pengelompokan siswa. Demikian juga dengan kemampuan penalaran logis matematis siswa pada kedua kelas, tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran logis matematis pada kedua kelas baik ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun ditinjau berdasarkan pengelompokan siswa. Kemampuan pemahaman matematis dan penalaran logis matematis sebelum perlakuan pada kedua kelas sama sedang. Hasil analisis setelah perlakuan diberikan menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan pemahaman matematis pada kedua kelas dengan melihat N-Gain kemampuan pemahaman matematis yang bernilai positif, yaitu 0,22 untuk kelas kontrol dan 0,49 untuk kelas eksperimen. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas yang diajarkan dengan discovery methods (kelas eksperimen) lebih tinggi dari kelas yang diajarkan tanpa discovery methods ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa dan berdasarkan pengelompokan siswa. Peningkatan paling tinggi terdapat pada siswa kelompok tinggi pada kelas eksperimen dan yang terendah pada kelompok rendah kelas kontrol. Peningkatan N-Gain dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Deskripsi Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Berdasarkan Keseluruhan dan Kelompok Siswa Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Tinggi 0,61 0,21 Sedang 0,49 0,26 Rendah 0,37 0,19 Keseluruhan 0,49 0,22 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara kelas yang diajarkan dengan discovery methods (kelas eksperimen) dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional (kelas kontrol). Berdasarkan uji perbedaan terhadap kedua data N- Gain disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas yang diajarkan dengan discovery methods lebih tinggi dari peningkatan kemampuan pemahaman matematis kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini juga didukung dengan pengujian interaksi pada faktor pendekatan pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis. Berdasarkan hasil analisis diperoleh sig.= 0,009 < 0,05 sehingga tolak H 0 dan terima H a, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara faktor metode pembelajaran dan pengelompokan (tinggi, sedang, rendah) siswa terhadap peningkatan pemahaman matematis pada taraf signifikasi 0,05. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak efek dari metode pembelajaran akan dilihat nilai sig. 27

Fithri Angelia Permana pendekatan = 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada efek dari metode pembelajaran yang dilakukan terhadap peningkatan pemahaman matematis siswa. Nilai sig. pengelompokan = 0,147 > α = 0,05, dapat disimpulkan bahwa pengelompokan (tinggi, sedang, rendah) siswa tidak memberikan efek terhadap peningkatan pemahaman matematis siswa. Pada kelas discovery methods diketahui bahwa terjadi perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis pada setiap kelompok kemampuan (tinggi, sedang, rendah) yang di uji. Penggunaan discovery methods memberi efek yang lebih tinggi terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa. Hasil ini memberi kesimpulan bahwa siswa pada kelompok tinggi mengalami peningkatan kemampuan pemahaman matematis yang lebih tinggi dari kelompok sedang dan rendah. Sebaliknya, pada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional kurang menunjukkan efek dari metode pembelajaran yang digunakan. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa kelompok rendah lebih tinggi dari peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa kelmpok sedang dan rendah. Pada pengujian terhadap penalaran logis matematis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan enalaran logis matematis sebelum perlakuan dan setelah perlakuan baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa maupun ditinjau berdasarkan pengelompokan siswa. Dengan nilai N-Gain yang bernilai positif disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa. Berikut disajikan rata-rata penurunan kecemasan matematika pada kedua kelas. Tabel 2. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Penalaran Logis Matematis Berdasarkan Keseluruhan dan Kelompok Siswa 28 Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Tinggi 0,85 0,39 Sedang 0,64 0,35 Rendah 0,41 0,30 Keseluruhan 0,64 0,34 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sangat berbeda. Hal ini diperkuat dengan uji perbedaan terhadap kedua data N- Gain yang menyimpulkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran logis matematis pada kedua kelas baik ditinjau secara keseluruhan siswa maupun ditinjau berdasarkan pengelompokan siswa. Terlihat bahwa N-Gain peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa kelompok tinggi di kelas eksperimen jauh lebih tinggi dari N-Gain kelas control kelompok manapun. Namun, ketika

dilakukan analisis uji interaksi pendekatan pembelajaran terhadap kecemasan matematika. Uji interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis matematis diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis matematis. Berdasarkan hasil analisis didapat sig.= 0,067 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara faktor metode pembelajaran dan pengelompokan siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan penalaran logis matematis siswa pada taraf signifikasi 0,05. Nilai 0,067 > α = 0,05, menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan pengelompokan kemampuan siswa. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak efek dari pendekatan pembelajaran akan dilihat nilai sig. pendekatan = 0,012 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada efek dari metode pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa. Nilai sig. pengelompokan = 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada efek dari pengelompokan (tinggi, sedang, rendah) yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa.peningkatan penalaran logis matematis siswa dikelas eksperimen menunjukkan bahwa discovery methods memberikan efek yang tinggi terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa dibandingkan dengan kemampuan penalaran logis matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Penutup Bedasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasn yang telah diuraikan pada sebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Ditinjau berdasarkan keseluruhan dan pengelompokan siswa, peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang diajarkan dengan discovery methods lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi trigonometri. 2) Ditinjau berdasarkan keseluruhan siswa dan pengelompokan siswa, peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa yang diajarkan dengan discovery methods lebih baik dari peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi trigonometri. 3) Terdapat interaksi antar faktor pembelajaran ( discovery methods dan konvensional) dan pengelompokan siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dalam materi trigonometri. 4) Tidak terdapat interaksi antar faktor pembelajaran ( discovery methods dan konvensional) dan pengelompokan siswa (tinggi, se dang, rendah) terhadap 29

Fithri Angelia Permana peningkatan kemampuan penalaran logis matematis siswa dalam materi trigonometri. Berdasarkan temuan-temuan dari hasil penelitian peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada guru matematika yang diharapkan dapat berguna dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1) Guru matematika sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan discovery methods dalam pembelajaran metematika karena hal itu akan meningkatkan kemampuan berpikir anak sehingga menimbulkan kemampuan pemahaman dan penalaran logis matematis anak sesuai yang diinginkan dalam kurikulum. 2) Guru sebaiknya memahami discovery methods dan langkah-langkah pembelajarannya dengan baik sehingga dapat menerapkannya sesuai dengan materi dan kemampuan berpikir anak dengan tetap menghasilkan ketercapaian kurikulum. 3) Sebaiknya guru matematika memfokuskan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran logis matematis anak, khususnya penalaran logis agar pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dalam menyiapkan anak hidup diluar lingungan sekolah. 4) Peneliti juga berharap siswa dapat belajar matematika dengan mengedepankan rasa optimis sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menimbulkan rasa senang belajar matematika. Daftar Pustaka Afgni D, Jarnawi. 2010. Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, Ahmad, Abu dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ennis, R, H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Freeman, Ellen, (2006). Do You Have Math Anxiety? A Self Test, (Online).Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/ mathematical Anxiety. Herdian, S.Pd., M. Pd. (2012). Pengaruh Metode Discovery terhadap Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. A.Castronova, Joyee. Discovery Learning for the 21st Century: What is it and How Does it Compare to Traditional Learning in Effectiveness in the 21st Century?. Eurasian Jaournal of Education Research, Issue 35, Spring 2009, 1-20. NCTM. (2000). Principles and Standard for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Noormandiri. (2007). Matematika untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. Subandar, Josua, (2006), Thinking Classroom Dalam pembelajaran matematika disekolah. Tersedia online: jurnal.upi.edu, (15 Mai 2013). 30