BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek penelitian yang digunakan terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Pendapatan pedagang sembako sebagai variabel terikat (Y) dan modal, perilaku kewirausahaan serta persaingan sebagai variabel bebas (X). Subjek penelitiannya adalah para pedagang sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran. 1.2 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik menurut M. Nazir (2005 : 54) adalah Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif analitik merupakan penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau muncul pada saat penelitian berlangsung. 60
61 1.3 Populasi dan Sampel 1.3.1 Populasi Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 174) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes, gejala, pendapat, peristiwa- peristiwa, benda dan lain- lain. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang sembako di pasar Pananjung kecamatan Pangandaran yang berjumlah 44 orang dan sudah memiliki toko atau tempat usaha yang tetap tidak berpindah- pindah. 1.3.2 Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang ingin diteliti. Apa yang akan dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi tersebut. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif/mewakili (Sugiyono, 1994 :58). Dikarenakan jumlah pedagang atau populsai dari objek penelitian di pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran kurang dari 100 yaitu hanya 44 orang, maka dalam penelititan ini semua pedagang atau populasi dijadikan subjek penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suharsimi Arikunto (2010: 134) bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Oleh karena itu sampel yang diambil sejumlah populasi yaitu 44 orang. Dengan demikian teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling
62 jenuh (sensus). Menurut Sugiyono (1994: 62) istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. 1.4 Operasional Variabel Dalam suatu penelitian agar dapat membedakan konsep teoritis, konsep analitis maka perlu adanya penjabaran konsep. Operasional masing-masing variabel dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Operasional Variabel Konsep Variabel Definisi Operasional / Indiator Pendapatan (Y) Pendapatan adalah total penerimaan (TR) yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualannya (Case and Fair, 2007:205). Modal (X1) Modal adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang digunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan serta tidak hanya terbatas pada Jumlah rata-rata pendapatan atau total penerimaan perbulan yang diperoleh pedagang selama tiga bulan Jumlah rata-rata modal perbulan yang dimiliki oleh pedagang selama tiga bulan Jumlah seluruh pendapatan responden (pedagang) menggunakan skala interval dengan indikator: a. Pendapatan yang diperoleh pedagang selama tiga bulan terahir Jumlah modal yang dimiliki responden (pedagang) menggunakan skala interval dengan indikator: a. Bangunan non perumahan b. Peralatan tahan Sumber Data Data diperoleh dari responden (pedagang) dengan mengisi angket mengenai pendapatan yaitu: Pendapatan yang diperoleh pedagang selama tiga bulan terahir. Data diperoleh dari responden (pedagang) dengan mengisi angket mengenai modal yang dimiliki pedagang yaitu: a1. Nilai bangunan toko yang dimiliki a2. Nilai bangunan gudang yang dimiliki b1. Nilai alat/mesin
63 uang atau asset keuangan tetapi juga barang-barang fisik ( Case and Fair, 2007). lama kiloan yang dimiliki b2. Nilai mobil yang dimiliki b3. Nilai etalase yang dimiliki b4. Nilai lemari pendingin yang dimiliki c. Persediaan barang dagangan c1. Nilai persediaan barang yang dimiliki. d. Uang kas d.uang Kas Perilaku Kewirausahaan (X2) penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (Thomas W. Zimmerer, 2006). Tingkat perilaku kewirausahaan yang dimiliki Jumlah skor responden (pedagang), menggunakan skala ordinal dengan indikator likert: a. Kreativitas Data diperoleh dari responden (pedagang) dengan mengisi angket mengenai perilaku kewirausahaan yang dimiliki pedagang yaitu: a1. Pedagang memiliki ide untuk mengembang usaha dengan membuka cabang baru. a2. Pedagang mengubah tata letak barang dagangan tiap bulannya dan memajang barang dalam etalase agar tetlihat lebih menarik. b. Inovasi b1. Pedagang melayani pembelian atau pemesanan barang melalui sms dan telpon sekaligus menyediakan layanan antar barang ke rumah atau tempat tujuan yang
64 diinginkan konsumen (delivery order). b2. Pedagang menerapkan sisitem belanja berkupon. b3. Pedagang menjual berbagai macam minuman yang disajikan dalam lemari pendingin. c. Hasrat akan tanggung jawab d. Lebih menyukai risiko menengah c1. Pedagang datang setiap hari ke toko dan melayani pembeli secara langsung serta tidak memberi wewenang kepada karyawan untuk mengelola usahanya. d1. Jika pedagang tidak memiliki dan untuk menambah barang dagangannya, maka dia akan membeli barang secara kredit. d2. Pedagang selalu memperhitungkan resiko dan mengambil pelunag berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. e. Meyakini kemampuannya untuk sukses e1. Pedagang merasa yakin bahwa dia dapat mengembangkan usahanya dan meraih keuntungan dari usahanya tersebut.
65 f. Tingkat energi yang tinggi f1. Membuka toko pagi-pagi sekali (di bawah jam 06.30). f2. Menutup tokonya di atas jam 18.00. f3. Tidak bermalasmalasan dalam menjalankan usahanya. f4. Selalu melayani pembeli dengan gesit dan cekatan. Persaingan (X3) Persaingan dapat diartikan sebagai berikut: jika sesama produsen atau penjual bersaing agar konsumen membeli produknya (Sigit Sardjono, 2009). Tingkat persaingan antar pedagang g. Orientasi masa depan Jumlah skor responden (pedagang), menggunakan skala ordinal dengan likert: a. Jumlah Pedagang g1. Pedagang selalu memanfaatkan harihari tertentu seperti liburan sekolah atau hari raya untuk meningkatkan pendapatannya. g2. Pedagang suka memikirkan dan menyusun perencanaan usaha yang akan dikerjakan untuk hari esok dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin. Data diperoleh dari responden (pedagang) dengan mengisi angket mengenai tingkat persaingan yaitu: a.pedagang sembako di blok tempat dia berdagang berjumlah lebih dari 5.
66 b. Produk c. Harga d. Hambatan Masuk e. Promosi b.pedagang memiliki barang dagangan yang lebih beragam dibandingkan dengan pedagang lain. c.pedagang memberlakukan harga barang dagangannya sama dengan pedagang lain. d.pedagang dapat dengan mudah berdagang di lokasi pasar tersebut. e.pedagang memberikan potongan harga/discount bagi pembeli yang membeli barang dagangannya dalam jumlah banyak. 1.5 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Suharsimi Arikunto (2010 :172) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini
67 yaitu berasal dari data yang langsung diperoleh dari pedagang sembako di Pasar Pananjung sebagai responden melalui kuisioner atau angket. 1.6 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penggunaan daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden agar diperoleh data yang dibutuhkan. 2. Studi dokumentasi, yaitu dengan memanfaatkan informasi-informasi yang berupa laporan, catatan, serta dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 3. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari dan memperoleh data dari buku, berbagai laporan penelitian para ahli, majalah, serta media cetak dan media elektronik lainnya. 1.7 Pengujian Instrumen penelitian 1.7.1 Tes Validitas Tes validitas ini hanya diterapkan pada variabel yang menggunakan skala ordinal dengan indikator likert yaitu variabel perilaku kewirausahaan dan persaingan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya tes
68 tersebut. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan program Microsoft Office Ecxel 2007 dengan rumus : 2. (Suharsimi Arikunto, 2010 : 211) Dengan menggunakan taraf signifikan = 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden. Jika r hitung > r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya. (Riduwan, 2008 : 217). Antara 0,800 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 0,799 : tinggi Antara 0,400 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 0,399 : rendah Antara 0,000 0,199 : sangat rendah
69 1.7.2 Tes Reliabilitas Sama halnya seperti pada tes validitas, pada tes realibilitas ini juga hanya diterapkan pada variabel yang menggunakan sekala ordinal dengan indikator likert yaitu variabel perilaku kewirausahaan dan persaingan. Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha yang dibantu dengan menggunakan program Microsoft Office Ecxel 2007. Rumus alpha sebagai berikut : 2 k n 11 1 2 k 1 t r (Suharsimi Arikunto, 2010 : 239) Dimana: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal 2 n = Jumlah varians butir 2 t = varians total Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada = 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.
70 1.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan perlu diperhatikan dengan pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah terdapat data ordinal. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah menjadi data interval melalui Methods of Succesive Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari Methods of Succesive Interval (MSI) dalam pengukuran adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval. Data yang dirubah atau dinaikan dari ordinal menjadi interval dalam penelitian ini yaitu data mengenai perilaku kewirausahaan (X2) dan persaingan (X3). Dalam penelitian ini, menganalisis data akan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear regression method). Tujuannya untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan. Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer Econometric Views (EViews) versi 7.0. Tujuan Analisis Regresi Linier Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Model Persamaan Regresi Linier Berganda, sebagai berikut: Dimana : Y = Pendapatan β 0= Konstanta regresi β 1- β k= koefisien regresi X 1 = Modal Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 - β 3 X 3 + e X 2 = Perilaku Kewirausahaan X 3 = Persaingan e = Eror Variabel
71 1.8.1.1 Uji Asumsi Klasik 1.8.1.1.1 Multikolinearitas Istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Jadi, multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen. (Yana Rohmana, 2010 : 140-141). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan uji derajat nol atau melihat korelasi parsial antar variabel independen dengan bantuan program komputer Econometric Views (EViews) versi 7.0. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,85 maka kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas (Agus Widarjono, 2005 : 135). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dilihat dari nilai R 2 dan kolerasi parsial antarvariabel independen. 1.8.1.1.2 Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama (Gujarati, 2001 : 177). Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk
72 menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode informal (Grafik) dan metode yang dibantu dengan program komputer Econometric Views (EViews) versi 7.0. 1.8.1.1.3 Autokorelasi Secara harfiah, autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain (Agus Widarjono, 2005 : 177). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan metode Durbin-Watson. Untuk uji metode Durbin Watson dilakukan dengan program komputer Econometric Views (EViews) versi 7.0. Durbin-Watson mengembangkan uji statistic yang disebut uji statistic d. Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel uji statistic Durbin-Watson d sebagai berikut:
73 Tabel 3.2 Uji Statistik Durbin-Watson Nilai statistik d Hasil 0 <d <d L Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif d L d d u Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan d u d 4 - d u Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/negatif 4 d u d 4 - d L Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan 4 d L d 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif Autokorelasi Positif Ragu - ragu Tidak ada Autokolerasi Autokorelasi Ragu - ragu Autokorelasi Negatif Negatif 0 d L d u 4 - d u 4 - d L 4 Gambar 3.1 Statistik Durbin - Watson (Yana Rohmana, 2010:195) 1.8.2 Pengujian Hipotesis 1.8.2.1 Uji t (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Individual) Bertujuan untuk mengkaji tingkat signifikan dari setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Uji t adalah cara untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model secara statistik signifikan atau tidak, dengan cara
74 membandingkan t-hitung dengan t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu, dengan rumus sebagai berikut: t = β^ β 1 Se (β^1) t = b k Se k (Gujarati, 2001: 78) Uji hipotesis positif satu arah a. Uji hipotesis satu arah variabel modal (X1) terhadap variabel pendapatan (Y) H 0 : β 1 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif variabel modal (X1) terhadap variabel pendapatan (Y). H a : β 1 > 0, artinya terdapat pengaruh positif varibel modal (X1) terhadap variabel pendapatan (Y). b. Uji hipotesis satu arah variabel perilaku kewirausahaan (X1) terhadap pendapatan (Y). H 0 : β 2 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif variabel perilaku kewirausahaan (X2) terhadap pendapatan (Y). H a : β 2 > 0, artinya terdapat pengaruh positif variabel perilaku kewirausahaan (X2) terhadap variabel pendapatan (Y).
75 Gambar 3.2 Uji Pihak Kanan Kriteria uji t adalah sebagai berikut: Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel, maka: H 0 ditolak dan H a diterima artinya signifikan. Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel, maka: H 0 diterima dan H a ditolak artinya tidak signifikan. Uji hipotesis negatif satu arah Uji hipotesis satu arah variabel persaingan (X3) terhadap variabel pendapatan (Y) H 0 : β 3 0, artinya tidak terdapat pengaruh negatif variabel persaingan (X3) terhadap variabel pendapatan (Y). H a : β 3 < 0, artinya terdapat pengaruh negatif variabel persaingan (X3) terhadap variabel pendapatan (Y).
76 Gambar 3.3 Uji Pihak Kiri Kriteria uji t adalah sebagai berikut: Jika nilai -t-hitung < nilai -t-tabel, maka: H 0 ditolak dan H a diterima artinya signifikan. Jika nilai -t-hitung > nilai -t-tabel, maka: H 0 diterima dan H a ditolak artinya tidak 1.8.2.2 Uji F (Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Keseluruhan) Pengujian F statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji F dengan rumus : 2 R (k 1) F = (Sudjana, 1996: 385) 2 1 R n k Hipotesis H 0 : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel modal, perilaku kewirausahaan dan persaingan (X1, X2 dan X3) terhadap variabel pendapatan (Y).
77 H 1 : β 0, artinya terdapat pengaruh variabel modal, perilaku kewirausahaan dan persaingan (X1, X2 dan X3) terhadap variabel pendapatan (Y). Kriteria Uji F 1. Jika F hitung < F tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak artinya keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y. 2. Jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y. 1.8.2.3 Uji R 2 (Koefisien Determinasi) Menurut Gujarati (2001 : 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R 2 ) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai R 2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R 2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut : Jika R 2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik. Jika R 2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.