BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM. Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al bai yang berarti. jual tetapi sekaligus juga bebrarti beli.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INSTRUMEN HEDGING PADA TRANSAKSI SWAP

Abdullah Zaki Alkaf, (Cet. I; Bandung: Hasyimi Press, 2001), h Hasil observasi, (9 September, 2014).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

JUAL-BELI SISTEM DROPSHIPPING

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli.

BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

BAB IV. pemilik sapi kemudian pelunasan akan dibayar ketika jangka waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

al-ba>i dalam terminologi fiqh kadang digunakan untuk pengertian

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN MATA UANG LOGAM DI PASAR SIMO SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM PADA JUAL BELI HANDPHONE RUSAK DI PASAR WONOKROMO

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB II KERANGKA TEORITIS

Transkripsi:

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM A. Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al bai yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-bai dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asyi-syira (beli). Dengankata lain al-bai berarti jual tetapi sekaligus juga bebrarti beli. 1 Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. 2 Secara etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba i, asy-syira, almubadah, dan at-tijarah. Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain : 1 Nasron Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 111 2 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, diakses, (18 agustus 2014). 20

21 1. Menurut ulama Hanafiyah: Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). 2. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu : Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. 3. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mugni: Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik. Pengertian lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual). Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak (dirham). Akad bai ini dapat di buat sebagai sarana untuk memiliki barang atau manfaat dari sebuah barang untuk selama-lamanya. 3 2. Dasar Hukum Jual Beli Jual beli sudah ada sejak dulu, meskipun bentuknya berbeda. Jual beli juga dibenarkan dan berlaku sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai sekarang. Jual beli mengalami perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia. Jual beli yang ada di masyarakat diantaranya adalah: 4 a. jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang) 3 Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), 25. 4 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, di akses, (18 Agustus 2014).

و 22 b. money charger (pertukaran mata uang) c. jual beli kontan (langsung dibayar tunai) d. jual beli dengan cara mengangsur (kredit) e. jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat umum untuk mendapat harga tertinggi). Berbagai macam bentuk jual beli tersebut harus dilakukan sesuai hukum jual beli dalam agama Islam. Hukum asal jual beli adalah mubah (boleh). Allah SWT telah menghalalkan praktik jual beli sesuai ketentuan dan syari at-nya. Dalam Surah al-baqarah ayat 275 Allah SWT berfirman: أ ح ل االله ال بي ع و ح رم ال ربۈا Artinya : Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Q.S. al-baqarah: 275) Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad jual beli adalah haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang berdasarkan ayat ini. 5 Jual beli yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama Islam. Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh merugikan salah satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan atas dasar suka sama suka, bukan karena paksaan. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat an-nisa ayat 29: 5 Abdullah Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta, Amzah, 2010), 26.

23 ي ا ل ذ أ ي ه ين ا ا آم ن وا لا ت ا ك ل وا أ م و ال ك م ب ي ن ك م ب ال ب اط ل إ لا أ ن ت ك ون تج ار ة ع ن ر ت اض م ن ك م و لا ت ق ت ل وا أ ن ف س ك م إ ن الل ه ك ان ب ك م ر ح يم ا (٢٩) Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil melainkan dengan jalan jual beli suka sama suka diantara kamu. (QS. An-Nisa : 29) Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: 6 ع ن أ بي س ع ي د الخ د ر ي ق و ي ل : ق ال ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م ا نم ا ال ب ي ع ع ن Artinya : ر ت اض. رواه ابن ماجه Dari Abi Sa id al-khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu didasarkan atas saling meridai. (H.R. Ibnu Maajah). Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu: 7 1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli; 2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk membayar hutang; 3. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan barang yang dijual; 6 Syafei Rachmat. Fiqih Muamalah Untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001). 75 7 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, di akses, (18 agustus 2014).

24 4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat. 3. Rukun Jual Beli Dalam menetapkan rukun jail beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat, menurut ulama Hanafiah rukun jual beli adalah ijab dan qobul yang menunjukan pertukaran barang secara ridha, baik dengan ucapan maupun perbuatan. 8 Akan tetapi karena unsure kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukan kerelaan kedua belah pihak. 9 Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: 1. Ada orang yang berakad atau al-muta aqidain (penjual dan pembeli). 2. Ada Shighat (lafal ijab dan qabul). 3. Ada barang yang dibeli. 4. Ada nilai tukar pengganti barang. Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli. Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada 8 Syafei Rachmat. Fiqih Muamalah Untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001). 75-76. 9 Nasron Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 114-115.

25 dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: Saya jual barang ini seharga Rp 5.000,00. Sedangkan kabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jual beli, misalnya: Saya beli barang itu seharga Rp 5.000,00. Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan kabul tidak harus diucapkan, tetapi menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar. 4. Syarat Jual Beli Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan dalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang yang berkualitas lebih rendah kemudian dijual dengan harga barang yang berkualitas baik. Rasulullah Muhammad SAW melarang jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut untuk berlaku jujur dalam menjual dagangannya. 10 Adapun syarat sah jual beli adalah sebagai berikut: 10 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, di akses, (18 Agustus 2014).

26 a. Syarat orang yang berakad 1) Berakal. 2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, tidak sekaligus menjadi penjual atau pembeli. b. Syarat syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul 1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal. 2) Qabul sesuai dengan ijab. 3) Ijab danqabul dilakukan dalam satu majelis. c. Syarat barang yang diperjual belikan belikan. 11 Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjual 1) Barang yang dijual ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual menyatakankesanggupan untuk mengadakan barang itu. 2) Barang yang di jual memiliki manfaat. 3) Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang dipercayakan kepadanya untuk dijual. Rasulullah bersabda: Artinya : لا بي ع ا لا ف ي م اتم ل ك رواه ابو داود Tidak Sah jual beli kecuali pada barang yang dimiliki. (H.R. Abu Daud dari Amr bin Syu aib) 4) Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan dalam jual beli. 11 Nasron Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 118-120.

27 5) Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan bentuknya oleh penjual dan pembeli. d. Syarat sah nilai tukar (harga barang) Termasuk unsur terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari barang yang di jual (untuk zaman sekarang adalah uang). Ijab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Kabul adalah perkataan pembeli barang. Dengan demikian, ijab kabul merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab dan kabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: 12 1) Kabul harus sesuai dengan ijab; 2) Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada barang yang ditentukan mengenai ukuran dan harganya; 3) Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad, misalnya: Buku ini akan saya jual kepadamu Rp 10.000,00 jika saya menemukan uang. 4) Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji. 5. Bentuk-Bentuk Jual Beli Ulama Hanafiyah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk, yaitu: 12 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, di akses, (18 Agustus 2014).

28 a. Jual beli yang shahih Dikatan shahih apabila jual beli ini disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi. 13 Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam adalah : 1) Telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli 2) Jenis barang yang dijual halal 3) Jenis barangnya suci 4) Barang yang dijual memiliki manfaat 5) Atas dasar suka sama suka bukan karena paksaan 6) Saling menguntungkan b. Jual beli yang batal Dikatakan batal apabila salah satu rukun atau sepenuhnya tidak terpenuhi. Atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak di syariatkan, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang gila, atau barang yang di jual itu adalah barang-barang yang di haramkan syara, seperti babi, bangkai, dan khamer. Adapun bentuk-bentuk jual beli yang terlarang dalam agama Islam karena merugikan masyarakat diantaranya sebagai berikut: 14 1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakan menyatakan jual beli ini tidak sah/batil. Misalnya, memperjual belikan buah-buahan yang putiknyapun belum muncul 13 Nasron Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 121 14 Ibid, 122-123..

29 dipohonnya atau anak sapi yang belum ada sekalipun diperut ibunya telah ada.hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh al-bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad Ibnu Hambal, An-Nasai, dan At-Tirmidzi. Akan tetapi, Ibnu Qayyim al-zauziyyah (691-751 H/1292-1350M), pakar fiqh Hanbali, mengatakan bahwa jualbeli yang barangnya tidak ada waktu berlangsungnya akad, tetapi diyakini akan ada di masa yang akan datang sesuai dengan kebiasaannya, boleh diperjual belikandan hukumnya sah, alasanya karena tidak dijumpai di dalam al-quran dan as-sunnah larangan terhadap jual beli seperti ini. Yang ada dan dilarang dalam sunnah Rasulullah SAW., menurutnya adalah jual beli tipuan (ba I al-gharar). Memperjual belikan sesuatu yang diyakini adapada masa yang akan dating, menurutnya tidak termasuk jual beli tipuan. 15 2) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan pada pembeli, seperti menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang lepasdan terbang di udara. jual beli barang curian. Alasannya adalah Hadis yang diriwayatkan Ahmad ibn Hambal, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi sebagai berikut: jangan kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli seperti ini adalah jual beli tipuan. 16 3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan. Yang pada lahirnya baik tetapi dibalik itu terdapat unsur-unsur tipuan, sebagaimana 15 Nasron Haroen, fiqih muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 122 16 Ibid. 123

30 terdapat dalam sabda Rasulullah SAW tentang memperjual belikan ikan yang masih ada di dalam air di atas. 4) Jual beli benda-benda najis. Seperti khamer, babi, dan darah,karena semua itu dalam pandangan islam adalah najis dan tidak mengandung makna harta. 5) Jual beli al-arbun (jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju maka jual beli sah tetapi jika pembeli tidak setuju, dan barang dikembalikan maka uang telah diberikan kepada penjual menjadi hibah bagi penjual) 17 6) Memperjual belikan sesuatu yang tidak boleh dimiliki seseorang, seperti air sungai, air danau, dan air laut. Karena air yang tidak dimiliki seseorang merupakan hak bersama umat manusia, dan tidak boleh diperjual belikan. c. Jual beli yang fasid Ulama Hanafiyah yang membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan barang yang dijual belikan, maka hukumnya batal. Seperti memperjual belikan benda-benda yang haram (khamar, babi, dan darah). Apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli itu di namakan fasid. 17 Ibid.. 124-125.

31 6. Khiyar Khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan, pembahasan khiyar di kemukakan para ulama fiqh dalam masalah yang menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya transaksi ekonomi sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa persoalan dalam transaksi yang dimaksud. 18 Dalam jual beli sering terjadi penyesalan diantara penjual dan pembeli. Penyesalan ini terjadi karena kurang hati-hati, tergesa-gesa atau sebab lainnya. Untuk menghindari penyesalan dalam jual beli, maka Islam memberikan jalan dengan khiyar. Khiyar adalah hak untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya. Maksudnya, baik penjual atau pembeli mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan apakah meneruskan jual beli atau membatalkannya dalam waktu tertentu atau karena sebab tertentu. 19 Khiyar dalam jual beli ada tiga macam yaitu: a. Khiyar Majlis Khiyar majlis adalah hak bagi penjual dan pembeli yang melakukan akad jual beli untuk membatalkan atau meneruskan akad jual beli selama mereka masih belum berpisah dari tempat akad. Apabila keduanya telah berpisah dari satu majlis, maka hilanglah hak khiyar majlis ini. Rasulullah SAW bersabda: 18 Ibid,. 129. 19 Abdul Hadi, Dasar-dasar hukum ekonomi Islam, (Surabaya: PMN&IAIN PREES, 2010), 75.

32 رواه البخرى ت ف ر يق ا. لم م ا ا ل ب ع ي ا ن ب الخ ي ا ر Artinya: Dua orang yang berjual beli, boleh memilih (akan meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah dari tempat akad. (H.R. Bukhori dari Hakim bin Hizam) b. Khiyar Syarat Khiyar syarat adalah suatu keadaan yang membolehkan salah seorang atau masing-masing orang yang melakukan akad untuk membatalkan atau menetapkan jual belinya setelah mempertimbangkan dalam 1, 2, atau 3 hari. Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka jual beli harus segera ditegaskan untuk dilanjutkan atau dibatalkan. Waktu khiyar syarat selama 3 hari 3 malam terhitung waktu akad. Sabda Rasulullah Muhammad SAW: س ل ع ة في ك ل ا ن ت ا ب ع ت ه تا ب ا لخ ي ا رث لا ابن ماجه رواه ث ل ي ال. Artinya: Engkau boleh berkhiyar pada semua barang yang telah engkau beli selama tiga hari tiga malam.(h.r. Ibnu Majah dari Muhammah bin Yahya bin Hibban) c. Khiyar aibi Khiyar aibi adalah hak untuk memilih meneruskan atau membatalkan jual beli karena ada cacat atau kerusakan pada barang yang tidak kelihatan pada saat ijab kabul. Pada masa sekarang, untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli, para produsen dan penjual barang biasanya memberikan jaminan produk

33 atau garansi. Pemberian garansi juga dimaksudkan untuk menghindari adanya kekecewaan pembeli terhadap barang yang dibelinya. 20 Berkaitan dengan khiyar aibi ini, Rasulullah SAW memberikan tuntunan dengan sabdanya : ر ض ي ع اي ش ة ع ن االله ع ه ن ا ا ا ن رج لا بت ا ع م اش ا ء االله ا ن ع ن د ه غ لا م ا ف ا ق ما و ج د ع ي ب ه ب ا ثم ي ق ي م ف خ اص م ا ه لىالن بي ر ف ع ده ل ي ه. و س ل م االله ع ل ي ه ص ل ى داود ابو رواه Artinya: Dari Aisyah r.a. berkata bahwasanya seorang laki-laki telah membeli seorang budak, budak itu tinggal beberapa lama dengan dia, kemudian kedapatan bahwa budak itu ada cacatnya, terus dia angkat perkara itu dihadapan Rasulullah saw. Putusan dari beliau, budak itu dikembalikan kepada penjual (H.R. Abu Dawud) Khiyar diperbolehkan oleh Rasulullah Muhammad SAW karena memiliki manfaat. Diantara manfaat khiyar adalah untuk menghindari adanya rasa tidak puas terhadap barang yang dibeli, menghindari penipuan, dan untuk membina ukhuwah antara penjual dan pembeli. Dengan adanya khiyar, penjual dan pembeli merasa puas. 20 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, di akses, (18 Agustus 2014).